JAKARTA, KOMPAS— Badan Nasional Penanggulangan Bencana sejak Jumat (28/9/2018) terus melakukan penanganan darurat gempa bumi di Donggala, Sulawesi Tengah. BNPB membentuk Tim Reaksi Cepat Tanggap untuk membantu evakuasi di lokasi.
Dalam keterangan tertulisnya, Kepala BNPB Willem Rampangilei bersama pejabat BNPB berangkat ke Palu pada Jumat malam melalui Makassar kemudian melanjutkan ke Kota Palu dan Donggala menggunakan helikopter. Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri Palu ditutup sejak Jumat (28/9/2018) pukul 19.26 WITA hingga Sabtu (29/9/2018) pukul 19.20 WITA.
Tim Reaksi Cepat BNPB juga telah bergerak menuju Donggala melalui Balikpapan. Dari Balikpapan, Tim Reaksi Cepat BNPB terbang ke Donggala menggunakan helikopter water bombing yang ada di Balikpapan. Tim ini membawa peralatan komunikasi satelit dan peralatan lainnya.
TNI akan mengerahkan pasukan untuk membantu penanganan dampak gempa dan tsunami di Kota Palu dan Doggala. TNI menggerakan 7 SSK dari Yonkes, Yonzipur, Yonif, dan Yonzikon menggunakan dua pesawat Hercules C-130.
Basarnas akan menggerakan tiga puluh personel beserta peralatan menggunakan pesawat Hercules. Polri juga akan menggerakkan personel dan peralatan untuk memberikan dukungan penanganan darurat.
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah, TNI, Polri, Basarnas, Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan relawan melakukan evakuasi dan pertolongan pada korban. Korban luka-luka telah ditangani oleh petugas kesehatan.
BMKG telah mengaktivasi peringatan dini tsunami dengan status Siaga (tinggi potensi tsunami 0,5 – 3 meter) di pantai Donggala bagian barat, dan status Waspada (tinggi potensi tsunami kurang dari 0,5 meter) di pantai Donggala bagian utara, Mamuju bagian utara dan Kota Palu bagian barat. BMKG telah mengakhiri peringatan dini tsunami sejak 28/9/2018 pukul 17.36 WIB.
Berdasarkan konfirmasi kepada BMKG, tsunami terjadi menerjang pantai. Posko BNPB juga telah mengkonfirmasi ke BPBD bahwa tsunami telah menerjang pantai Talise di Kota Palu dan pantai di Donggala. Beberapa video yang didokumentasikan masyarakat dan disebarkan di sosial media mengenai tsunami di Kota Palu dan Donggala adalah benar.
Gempa tsunami menimbulkan korban jiwa. Laporan sementara, terdapat beberapa korban yang meninggal karena tertimpa bangunan roboh. Tsunami juga menerjang beberapa permukiman dan bangunan yang ada di pantai. Jumlah korban dan dampaknya masih dalam pendataan.
Kondisi listrik padam menyebabkan jaringan komunikasi di Donggala dan sekitarnya tidak dapat beroperasi karena pasokan listrik PLN putus. Terdapat 276 base station yang tidak dapat dapat digunakan.
Operator komunikasi terus berusaha memulihkan pasokan listrik secara darurat. Kemkominfo telah melakukan langkah-langkah penanganan untuk memulihkan komunikasi yang putus tersebut.
[playlist ids="113034034"]
Komunikasi yang lumpuh saat ini menyebabkan kesulitan untuk koordinasi dan pelaporan dengan daerah. Kondisi listrik padam juga menyebabkan gelap gulita di Palu dan Donggala. Hingga saat ini, gempa susulan masih terus berlangsung.
Sementara itu laporan warga korban gempa bumi Donggala menyatakan, banyak korban luka di sekitar Jembatan Palu Kuning karena pada saat kejadian bertepatan dengan acara pembukaan Festival Tahunan Palu Nomoni.
Warga lainnya mengaku kekurangan air bersih di daerah Kota Palu Barat. Hal itu dikarenakan wilayah mereka berbatasan dengan laut, sehingga sulit dijangkau. (MELATI MEWANGI)