TANGERANG, KOMPAS - Kementerian Pertanian mendorong mekanisasi untuk mengefisienkan pengolahan lahan dan produksi komoditas pertanian. Selain itu, mekanisasi berguna untuk memacu daya saing produk pertanian Indonesia.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, pada peluncuran Inovasi Teknologi Mekanisasi Pertanian Modern di Balai Besar Mekanisasi Pertanian di Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (28/9/2018) mengatakan, mimpi besar industri pertanian adalah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mengontrol pengolahan dan produksi lahan pertanian.
Teknologi digunakan untuk mengolah, menanam, dan memanen sehingga prosesnya kian efisien. Selain itu, pemanfaatan teknologi juga mampu mendorong daya saing pertanian dalam negeri.
"Mimpi besar kita adalah menggunakan teknologi untuk mengontrol lahan pertanian dari rumah. Ada 1128 peneliti dari Kementerian Pertanian yang telah melakukan penelitian untuk pengembangan teknologi guna mewujudkan mimpi besar tersebut," kata Amran.
Beberapa prototipe yang dikembangkan yaitu traktor otomatis (tanpa awak), kendaraan penanam dan pencacah tebu, drone pengontrol unsur hara, mesin irigasi pintar, dan lainnya. Teknologi ini diyakini mampu mengefisiensikan proses pengolahan lahan dan produksi pertanian.
Amran menjelaskan, pemanfaatan teknologi menciptakan efisiensi sekaligus menekan biaya pengolahan lahan pertanian. Mengolah tanah dan menanam dengan memanfaatkan teknologi bisa menekan biaya dari Rp 2 juta per hektar menjadi Rp 1 juta per hektar.
Hal yang sama juga terjadi ketika panen dengan memanfaatkan teknologi. Panen secara tradisional butuh waktu 25-30 hari per hektar. Sedangkan dengan teknologi membutuhkan waktu tiga jam per hektar. Oleh karena itu, inovasi dan pengembangan terus dilakukan untuk menunjang sektor pertanian.
Penanam tebu
Sebanyak 14 teknologi baru untuk meningkatkan produktivitas petani dan mengefisienkan usaha petani diluncurkan dalam acara itu. “Secara nasional, kalau semuanya menggunakan mekanisasi, kita bisa menekan biaya Rp 361 triliun dan meningkatkan produktivitas,” kata Amran.
Salah satu alat yang diluncurkan adalah mesin penananam tebu dan pemasang dripline terintegrasi. Mesin ini mampu menanam tebu seluas 2 hektar per hari. Sedangkan untuk manusia, dibutuhkan sekitar 40 orang untuk menanam 1 hektar per hari.
Alat tersebut mampu menanam bibit tebu sepanjang 30-40 sentimeter (cm). Jarak antar lajurnya 40 cm dan jarak antar tebu 180 cm.
Selain mesin penanaman tebu, Menteri Pertanian juga meresmikan pula Smart Irrigation. Sistem irigasi itu diklaim mampu menghemat air dan nutrisi dengan cara mengairi sekitar akar tanaman dan irigasi tetes permukaan lahan.
Tidak hanya menghemat air, alat irigasi itu mengurangi tenaga kerja pada proses pengairan. Alat-alat yang digunakan juga dapat dikontrol melalui aplikasi ponsel berbasis Android.
Kendala pemanfaatan
Namun demikian, terdapat persoalan yang harus dituntaskan untuk mewujudkan efisiensi dan daya saing pertanian Indonesia. Persoalan tersebut yakni pemanfaatan mekanisasi dan manajemen pertanian.
"Teknologi memungkinkan untuk bersaing dengan negara lain seperti Taiwan, Korsel, dan Jerman. Masalahnya, negara lain mendapatkan sinar matahari selama 6 bulan tetapi dapat ekspor, sedangkan Indonesia mendapatkan sinar matahari setahun tetapi impor. Kita harus memanfaatkan mekanisasi dan manajemen sumber daya untuk mendukung pertanian," ucapnya.
Perlu membuat kebijakan yang tepat sehingga pengolahan lahan berjalan efektif. Contohnya, pemanfaatan air untuk irigasi. Saat ini, banyak air justru terbuang dan tidak dimanfaatkan untuk penggunaan berulang.
Mesin irigasi pintar merupakan inovasi yang dapat memanfaatkan pengolahan air berulang untuk pertanian. "Jerman mampu recycle air sebanyak 40 kali. Indonesia satu kali pun sulit untuk dimanfaatkan. Inovasi ini bertujuan untuk pemanfaatan tersebut," ujarnya.