Ardern yang baru setahun menjadi PM sesekali menciumi dan menimang-nimang bayinya, sementara ayah sang bayi yang menjadi pengasuhnya, duduk di sampingnya sambil memerhatikan keduanya. Foto-foto Ardern bersama bayinya di ruang sidang itu langsung menyerbu jagat media sosial di seluruh dunia.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengonfirmasi bahwa kehadiran bayi di ruang Majelis Umum PBB merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah PBB yang berusia 73 tahun.
"Tentulah hal ini menggembirakan, dan kami semua senang menerima Neve di ruang Majelis Umum. Dengan hanya sekitar lima persen perempuan pemimpin di dunia, kita harus memastikan mereka semua merasa diterima di sini," kata Dujarric.
Pemandangan ketika ayah sang bayi memerhatikan Ardern bekerja, telah mengundang komentar positif warga di Amerika Serikat yang saat ini khawatir bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump akan mengancam hak-hak perempuan. "Saya sampai sulit mengungkapkan betapa Perserikatan Bangsa Bangsa dan para pemerintahan yang terdapat di dalamnya, membutuhkan (kejadian) ini," tulis Samantha Power, mantan Duta Besar AS di PBB dan menjadi profesor di Harvard.
Kepada CNN, Ardern mengatakan, dirinya ingin membuka jalan bagi perempuan lain. "Saya ingin menormalisasikan apa yang saya lakukan," kata Ardern yang saat ini merupakan pemimpin perempuan termuda di dunia, dan juga merupakan perempuan kedua setelah Benazir Bhutto yang melahirkan di saat sedang memerintah.
"Jika kita ingin membuat dunia kerja lebih terbuka, kita perlu menyadari tantangan-tantangan logistik yang dihadapi kaum perempuan. Dengan membukanya lebih jauh, kita membangun jalur bagi perempuan lain," kata Ardern.
Berbagi tugas
Ardern juga mengakui peran asistennya, yang juga pasangannya, Clarke Gayford, yang harus "jungkir balik" membagi waktu antara pekerjaannya dan menjadi pengasuh utama anak mereka. Sosok Clarke yang penuh perhatian disambut positif di media sosial Amerika.
"Andai saja saya bisa merekam wajah-wajah kaget delegasi Jepang di PBB kemarin yang berjalan masuk ke ruangan di saat si bayi sedang diganti popoknya," tulis Clarke yang sehari-hari bekerja sebagai presenter di televisi.
Tugas pertama Ardern di sidang PBB telah membuatnya menjadi pusat perhatian pers di negerinya. Ardern tak henti melayani permintaan wawancara oleh media. Ia dianggap sosok yang mengedepankan modernitas di Selandia Baru yang penduduknya kurang dari lima juta orang, namun sudah tiga kali memiliki perdana menteri perempuan.
"Dalam hidup saya, saya tidak pernah merasa gender akan menghalangi seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya. Saya mengapresiasi para perempuan sebelum saya dan mengapresiasi warga Selandia Baru yang menerima baik kelahiran anak saya, Saya bangga dengan negeri ini," kata Ardern.
Peristiwa di PBB itu meningkatkan popularitas Ardern yang pemerintahannya saat ini sedang mengalami kesulitan yang berujung dengan mundurnya dua menteri kabinet.