JAKARTA, KOMPAS – Mantan lifter nasional Winarni berharap agar anaknya Achmad Fariz (2,5 tahun) yang mengidap penyakit langka atresia esofagus dapat segera dioperasi. Penyakit langka berupa tidak berkembangnya usus pada janin membuat Fariz tak bisa menelan makanan dan minuman.
Winarni mengatakan, sejak dua bulan terakhir dirinya bersama Fariz tinggal di Jakarta untuk memeriksakan kondisi buah hatinya di RSCM. Berbagai prosedur pemeriksaan kesehatan sudah dijalani. Tetapi, dokter belum bisa memberi kepastian kapan Fariz dapat dioperasi.
“Dokter mengatakan untuk operasi perlu menunggu kamar kosong, yang artinya bisa memakan waktu satu, dua, atau tiga bulan. Antreannya sangat panjang, saya diminta terus menunggu,” ujar juara dunia angkat besi Indonesia (1997) dan peraih medali perunggu Olimpiade Sydney 2000 itu.
Selama di Jakarta, Fariz sudah menjalani pemeriksaan kesehatan berupa dua kali foto rontgen, pemeriksaan radiologi dan CT scan, dua kali kunjungan ke poli anestesi, pengecekan di klinik gastro hepatologi, pemeriksaan di unit respirologi anak, pemeriksaan paru-paru, dan empat kali konsultasi di dokter bedah anak.
Selama di Jakarta, Winarni tinggal di rumah kos sederhana bersama buah hatinya, Fariz. Winarni juga harus cuti dari pekerjaan di kantor PT Pos Indonesia.
Demi mendapat kepastian operasi, Winarni berulang kali bertanya ke RSCM. “Mereka malah tanya, untuk apa saya datang kalau tidak ada keluhan. Mereka minta saya terus menunggu. Padahal, anak saya perlu segera operasi. Kalau terus-terusan menunggu, kondisi tubuh Fariz bisa menurun. Sekarang saja Fariz sudah batuk dan kesulitan mengeluarkan dahak. Lagi pula, biaya hidup selama di Jakarta bisa terus membengkak,” ujar atlet asa Lampung ini.
Winarni menuturkan begitu banyak proses pemeriksaan yang sudah dijalani. “Tidak terbayangkan kalau kelamaan menunggu, saya harus menjalani pemeriksaan dari awal lagi,” ujarnya.
Fariz mengidap penyakit langka atresia esofagus sejak lahir. Karena Fariz tidak bisa makan dan minum, Winarni harus menyuntikkan susu ke perut anaknya melalui selang yang dipasang di lambung. Susu itu disuntikkan setiap 1,5 jam.
Untuk menyembuhkan anaknya, Winarni membutuhkan sedikitnya Rp 300 juta untuk operasi menarik usus besar ke tenggorokan sebagai jalan makan. Uang juga dipakai untuk memenuhi kebutuhan masa persiapan, operasi, dan memenuhi kebutuhan pascaoperasi. Pendapatan yang pas-pasan membuat Winarni kesulitan memenuhi biaya operasi. Dia bahkan sempat berniat menjual rumah agar anaknya bisa segera mendapat penanganan dokter.
Sejak adanya pemberitaan Kompas berjudul “Juara Dunia Berjuang demi Kesembuhan Anak” (Minggu, 29/7), masyarakat tergerak membantu. Kepedulian masyarakat ditunjukkan dengan adanya penggalangan dana secara daring, atau crowdfunding,melaluihttps://kitabisa.com/atletangkatbesi yang dibuat oleh penulis dan konsultan kreatif televisi Maman Suherman (Kang Maman). Hingga Selasa (25/9/2018) malam, dana yang terkumpul Rp Rp 305.511.875 atau melebihi target Rp 300.000.000.
Sebagian dana dari masyarakat sudah dicarikan untuk keperluan sehari-hari Fariz, seperti untuk membeli susu, selang, perban, dan kebutuhan pemeriksaan kesehatan. Total dana yang sudah dicairkan Rp 71.750.000.
Winarni juga mendapat bantuan dana dari PT Toyota Astra Motor yang menyumbang Rp 80 juta dengan cara membeli foto ”Ajang Pacu Jawi” karya fotografer Kompas, Yuniadhi Agung, saat lelang foto pada pembukaan Festival Fotografi Kompas (FFK) di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (31/7/2018) malam. Dato Sri Tahir dari Mayapada Group juga menyumbang Rp 50 juta. Selain itu, bantuan berasal dari Dana Kemanusiaan Kompas Rp 10 juta, dan dari pengunjung festival Rp 4,27 juta dan 100 dollar AS.
Meski bantuan sudah berdatangan, Maman membuka kembali penggalangan dana untuk anak Winarni mengingat kebutuhan dana untuk operasi dan pasca-operasi tak sedikit. “Kami membuka penggalangan dana masyarakat, dan masih menantikan bantuan konkret pemerintah untuk atlet berprestasi yang sudah banyak berjasa bagi negeri ini. Pemerintah berjanji untuk membantu, kami berharap agar janji tersebut dapat dipenuhi,” kata Maman.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto mengatakan, dirinya akan segera menghubungi BPJS untuk membantu Winarni. "Besok pagi kami akan kontak BPJS lagi," ujar Gatot.