Wapres Kalla Minta Sanksi dan Aturan Suporter Sepak Bola Dipertegas
Oleh
·2 menit baca
NEW YORK, KOMPAS – Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta aturan mengenai alur lintasan pendukung sepak bola maupun sanksi untuk tim sepak bola serta suporternya perlu lebih ketat dan tegas. Tanpa aturan yang ketat dan penegakan yang tegas, musibah yang membawa korban jiwa bakal terus terjadi di sepak bola Indonesia.
Wakil Presiden Kalla menilai jatuhnya korban dalam fanatisme pendukung sepak bola adalah akibat industrialisasi sepak bola. Hal ini pun terjadi di Belgia Eropa beberapa tahun silam.
Fanatisme dan militansi pendukung sepak bola diakui sangat kuat. Wapres Kalla mengibaratkan, “Di sini, maaf ya, orang pindah partai biasa, ada juga orang yang bercerai dan menikah lagi. Tapi, tidak pernah ada fans sepak bola yang pindah klub yang digemari,” tutur Kalla.
Akibat militansi yang tak sepantasnya, perbedaan pendapat soal sepak bola bisa mengakibatkan pertengkaran. Bahkan, ketika lebih brutal, korban meninggal bisa menjadi akibatnya.
Salah seorang pendukung Persija Jakarta Haringga Sirla meninggal, Minggu (23/9/2018) lalu saat menyaksikan tim kesayangannya bertandang ke kandang Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung dalam lanjutan kompetisi sepak bola Liga Indonesia. Haringga meninggal setelah dikeroyok pendukung Persib Bandung. Riset Save Our Soccer, lembaga pemantau sepak bola nasional, setidaknya 70 supporter meninggal akibat vandalisme sejak 1995.
Kalla pun mendukung bila liga pertandingan dihentikan terlebih dahulu sambil menata ulang penempatan penonton dan pendukung setiap klub sepak bola. Pengaturan supaya para pendukung dikumpulkan di satu tempat mulai stasion sampai stadion dengan pengawalan kepolisian serta mencegah pertemuan kedua belah pendukung juga bisa dilakukan.
Di sisi lain, sanksi keras harus diterapkan. Misalnya, klub sepak bola diskors tak bisa bermain satu tahun bila para pendukungnya bersikap anarkis.