Bekerja Penuh Pengorbanan, Dokter Sudan Selatan Dianugerahi Penghargaan UNHCR
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
Mengabdi dengan penuh pengorbanan, mengupayakan kesembuhan pasien dengan kesungguhan berbuah manis. Seorang dokter dari Sudan Selatan bernama Evan Atar Adaha, yang bertugas di Rumah Sakit Maban di kota Bunj, Sudan Selatan, Selasa (25/9/2018), dianugerahi penghargaan Nansen dari Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR).
Evan Atar Adaha bertugas dengan dedikasi yang tinggi. RS Maban yang selalu penuh sesak dengan pasien, kamar bedah dengan penerangan kurang memadai, dan tidak ada pasokan rutin obat anestesi tak membuat Adaha terkendala. Ia terus berkarya menjalankan tugas sebagai seorang dokter.
UNHCR menyatakan, RS Maban di kota Bunj itu melayani lebih dari 144.000 pengungsi dari Negara Bagian Blue Nile yang terletak di negara tetangga Sudan. Mesin pemindai sinar-X RS rusak, tetapi Atar dan timnya melakukan hampir 60 operasi per minggu di ruangan dengan hanya satu lampu. Menurut UNHCR, staf RS Maban pun menggunakan ”suntikan ketamin dan epidural tulang belakang”, bukan anestesi umum.
Kemanusiaan
Kepala UNHCR Filippo Grandi mengatakan bahwa ”rasa kemanusiaan dan ketidakegoisan” yang dimiliki Evan Atar Adaha telah menyelamatkan ribuan nyawa.
Atar sebelumnya mengelola sebuah rumah sakit di Blue Nile, tetapi pindah ketika konflik meletus di sana pada 2011, yaitu pertempuran antara pemerintah Khartum dan pemberontak. Kemudian, Khartum secara sepihak mengumumkan gencatan senjata di area itu pada Maret.
Penghargaan bergengsi Nansen yang diberikan setiap tahun diberi nama Fridtjof Nansen, penjelajah kutub asal Norwegia, yang menjabat sebagai komisioner tinggi pertama bagi para pengungsi di Liga Bangsa-Bangsa.
Peraih penghargaan Nansen tahun lalu adalah warga Nigeria, Zannah Mustapha, yang membantu merundingkan pembebasan ratusan gadis sekolah menengah yang diculik kelompok Boko Haram dari sekolah mereka di Chibok pada 2014. (AFP)