Komplotan Pencopet Kerap Berpakaian Rapi
JAKARTA, KOMPAS — Komplotan pencopet kerap menggunakan pakaian rapi saat beroperasi. Mereka melakukan hal tersebut supaya penumpang angkutan umum, terutama kopaja, tidak mencurigai mereka.
Hal itu diungkapkan oleh kernet Kopaja P-19 jurusan Ragunan-Tanah Abang dan korban sasaran pencopet saat ditemui pada Selasa (25/9/2018) di Jakarta.
”Pakaian dan aksesori mereka lengkap, mulai dari kemeja, celana jins, jam tangan, dan topi. Hal itu dilakukan untuk mengelabui penumpang agar tidak dicurigai,” ujar Yanto, kernet Kopaja P-19.
Sementara itu, pengalaman nyaris dicopet diutarakan oleh Poengky Indarti, anggota Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Kejadian tersebut terjadi pada Minggu (23/9/2010) saat dirinya menumpangi Kopaja 66 dari Jalan Jenderal Sudirman menuju Blok M, Jakarta Selatan, sekitar pukul 14.00.
”Saat itu, jumlah mereka ada tiga orang. Mereka semua berpakaian rapi, dua di antaranya mengenakan baju biru dan putih yang bermotif. Ketiganya juga memakai celana jins dan topi,” ujarnya.
Poengky menceritakan, saat itu dirinya berjalan dari kursi di dekat pintu masuk menuju sopir untuk membayar ongkos. ”Saat saya kembali menuju kursi, komplotan pencopet sudah naik. Dua orang naik dari pintu belakang dan satunya dari pintu depan,” katanya.
Satu orang duduk di kursi seberang Poengky dan dua lagi duduk di belakangnya secara berurutan. ”Saya sadar beberapa detik setelah salah satu pencopet jatuh karena sopir tiba-tiba menancap pedal gas,” katanya. Saat menyadari hal itu, tas ransel miliknya sudah terbuka.
”Beruntung tidak ada barang atau uang yang diambil,” kata Poengky. Ia juga mengatakan bahwa salah satu pencopet sempat memberitahukan kepadanya bahwa tas ranselnya terbuka.
Adapun tugas mereka berbeda-beda. Dua orang bertugas mengawasi dan memberi kode dan satu orang berusaha mencopet isi tas ransel miliknya, kata Poengky.
Mencari pencopet
Untuk mendapatkan fakta sebenarnya, Kompas berusaha mencari komplotan pencopet dengam memancing mereka dengan menaruh dompet di saku belakang celana. Tentu, dompet tersebut sudah dikosongkan dan diisi kertas kosong.
Hal itu dilakukan pada pukul 16.00, bertepatan jam pulang kerja karyawan, dengan menggunakan Kopaja P-19 jurusan Ragunan-Tanah Abang. Kendati kopaja dipadati penumpang, Kompas tidak menemukan komplotan pencopet yang beraksi.
”Mereka biasa beraksi pukul 08.00 saat karyawan berangkat kerja. Mereka biasa naik dari Terminal Blok M atau di Tanah Abang,” ujar Yanto saat Kompas kembali ke Blok M dengan Kopaja P-19.
Yanto mengaku sudah hafal dengan wajah para pencopet. ”Sudah hafal, setiap hari saya lewatin jalur ini. Mereka biasa naik dari Terminal Blok M atau Tanah Abang,” kata Yanto yang sudah menjadi kernet selama sepuluh tahun.
Meski mengetahui komplotan pencopet, Yanto tak mampu berbuat apa-apa. Sebab, berbagai ancaman, seperti pemukulan dan pencegatan, pernah dia dapatkan dari komplotan tersebut.
”Paling kalau sudah lihat mereka mau naik, sopir langsung tancap gas,” kata Yanto. Ia menuturkan, beberapa penumpang juga hafal dengan wajah para pencopet yang beraksi. Calon penumpang yang hafal para pencopet akan batal naik angkutan tersebut.
Modus operasi
Beragam modus operasi kerap dilakukan para komplotan pencopet, mulai dari menjatuhkan korek, koin, dan menarik tali sepatu calon korban.
”Tujuannya supaya calon korban lengah. Saat korban lengah, mereka mulai beraksi,” kata Yanto. Adapun barang yang sering diambil adalah ponsel dan dompet. Ketika sudah mendapatkan barang tersebut, dengan cepat mereka memberikan ke kawanannya sehingga korban sulit mengetahui pelakunya.
Yanto mengatakan, komplotan pencopet berjumlah 7-8 orang. Dari jumlah tersebut, biasanya satu orang akan berjaga di pintu untuk menghadang calon korban, sementara sisanya mengatur posisi dan mengawasi calon korban.
”Saat sasaran mereka ingin turun, mereka akan mengikuti calon korban menuju pintu keluar. Mereka juga kerap memegang ujung bawah celana dari korban agar tidak bisa bergerak,” kata Yanto.
Di sisi lain, ulah para pencopet tersebut menghambat Yanto dalam mencari rezeki. ”Gara-gara ulah mereka, penumpang jadi malas naik kopaja,” kata Yanto. Dia berharap agar kepolisian mampu menindak tegas para komplotan tersebut.
Poengky juga berharap, ada operasi reguler dari kepolisian untuk merazia komplotan pencopet dan pelaku kriminal lainnya yang berada di tempat-tempat publik, seperti terminal, rumah sakit, bandara, dan pasar.
Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris Besar Indra Jafar mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan waspada saat menggunakan angkutan umum. ”Ke depan, kami akan melakukan evaluasi bersama polda untuk mencegah kejahatan tersebut berulang,” ujar Indra saat dihubungi melalui telepon.
Dia juga berharap, masyarakat segera melaporkan ke kepolisian apabila menjadi korban pencopetan atau kejahatan jalanan. Sebab, laporan dari masyarakat juga penting bagi kepolisian agar mampu mengidentifikasi para pelaku. (DIONISIO DAMARA)