Ketua Umum Muhammadiyah Meminta Liga Indonesia Dibekukan Sementara
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyerukan kepada seluruh warga bangsa agar menghentikan praktik kekerasan di dunia sepak bola. Haedar pun meminta pemerintah dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia bersikap tegas memutus rantai kekerasan dalam sepak bola. Menurut dia, apabila perlu, Liga Indonesia dan klub yang suporternya melakukan tindak kekerasan harus dibekukan sementara.
Haedar menilai kekerasan dalam bentuk apa pun bertentangan dengan ajaran agama, Pancasila, serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
”Kekerasan apa pun, lebih-lebih yang melenyapkan nyawa manusia, tidak dapat dibenarkan. Agama, Pancasila, dan budaya luhur bangsa Indonesia menentang keras perbuatan keji seperti itu,” kata Haedar di Jakarta, Senin (25/9/2018).
Menurut dia, kondisi kekerasan atau vandalisme di dunia sepak bola Indonesia termasuk gawat darurat. Karena itu, lanjut Haedar, PSSI dan Kemenpora juga perlu mengambil langkah tegas dan berani agar mampu memutus mata rantai kekerasan sadis di dunia sepak bola Tanah Air. ”Apabila perlu, sesuai kewenangan, bekukan sementara Liga Indonesia dan klub yang melibatkan suporter-suporter anarki itu,” ujar Haedar.
Jika penanganannya tambal sulam dan biasa saja, tragedi serupa akan terus terulang. ”Mau dibawa ke mana sepak bola Indonesia jika kekerasan demi kekerasan berlalu seolah biasa? Saatnya mengambil langkah dan tindakan yang tuntas demi masa depan olahraga dan penyelamatan generasi bangsa Indonesia,” ujar Haedar.
Sepanjang sembilan bulan terakhir, setidaknya sudah 17 suporter klub sepak bola meninggal akibat kekerasan. Terakhir, suporter Persija Jakarta bernama Haringga Sirla meninggal setelah dianiaya suporter Persib Bandung saat akan mendukung tim kebanggaannya tanding di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Jawa Barat, Minggu lalu.
Haedar menyampaikan kesedihan atas kematian suporter Persija Jakarta tersebut. ”Kami seluruh warga bangsa sedih dan pilu dengan terbunuhnya suporter sepak bola secara sadis dan mengerikan yang terjadi di Bandung dan sejumlah tempat akhir-akhir ini,” katanya.
Kondisi tersebut, lanjut Haedar, tidak bisa dibiarkan karena lama-kelamaan akan dianggap biasa. Padahal, kekerasan dalam bentuk apa pun, apalagi sampai mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, tidak dapat dibenarkan.
Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan kekerasan. Begitu pula nilai-nilai luhur bangsa tak sedikit pun membenarkan adanya kekerasan.
Nilai-nilai sepakbola dan olahraga, ujar Haedar, juga sebenarnya tidak membenarkan kekerasan jalanan dan tindakan anarkistis. Hukum harus ditegakkan dengan keras dan tegas. Aparat kepolisian jangan ragu-ragu bertindak meskipun menghadapi kerumunan massa yang anarki, harus berani tegas seperti ketika menghadapi teroris. (NTA)