JAKARTA, KOMPAS — Kesan eksklusif pada peserta Abang None Jakarta ditepis Abang None Jakarta Timur (ANT) dengan kegiatan pengabdian masyarakat. Selama tiga bulan terakhir, mereka menginisiasi program kerja untuk memberdayakan masyarakat di Kelurahan Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
”Cawang adalah satu daerah di Jakarta Timur yang penuh talenta. Ada yang tua, muda, aktif, ataupun pasif. Suatu hari, diceritakan seorang anak muda yang sedang mencari tempat di mana dia bisa berguna bagi masyarakat,” seorang narator dari Karang Taruna Kelurahan Cawang menyampaikan pembukaan pertunjukan lenong.
Pertunjukan itu menjadi salah satu penampilan dalam penutupan kegiatan yang disebut PengabdiANT di halaman kantor Lurah Cawang, Minggu (23/9/2018). Itu juga merupakan hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat di Kelurahan Cawang, mulai 22 Juli hingga 23 September 2018.
Tiga jenis kegiatan pengabdian telah diselenggarakan. Ada kelas matematika, bahasa Inggris, dan kebudayaan Betawi (tari, lenong, dan pantun) untuk anak usia sekolah dasar. Kemudian, seminar dan pelatihan keterampilan (memasak, tata rias, dan kriya) yang diikuti anak muda hingga ibu-ibu setiap akhir pekan. Setidaknya 287 warga ikut serta dalam seluruh kegiatan.
Ketua penyelenggara PengabdiANT 2018, Anugrah Oky Pratama, mengungkapkan, Abang None kerap dinilai tidak berkontribusi ke masyarakat dan hanya menjadi ”pemanis” dalam setiap kegiatan pemerintah daerah dan provinsi. Namun, mereka membuktikan bahwa Abang None bisa menjadi lebih dari sekadar duta pariwisata.
”Masyarakat ternyata membutuhkan kami yang bisa bekerja dengan organisator untuk memberdayakan mereka,” kata alumni Abang None 2016, yang biasa disapa Angga. Kegiatan tersebut dibiayai secara mandiri dan melibatkan puluhan anggota Ikatan Abang None Jakarta Timur dari tahun 1980 sampai 2018.
”Para anggota yang ikut kegiatan pengabdian pun bekerja dengan sukarela. Seperti Indra Bekti yang telah menjadi figur publik kemarin memberikan materi public speaking ke warga,” tutur Angga.
Ketua Ikatan Abang None Jakarta Timur masa bakti 2018-2020, Kemal Ar-Raniri Asegaf, mengatakan bahwa ini menjadi program kerja perdana yang berkonsep pengabdian masyarakat. Konsep ini dipilih karena kekuatan Jakarta Timur tidak terletak di bidang pariwisata, tetapi kultur dan budaya masyarakatnya, kata Kemal.
Wali Kota Jakarta Timur Muhammad Anwar menilai program tersebut perlu terus dianjutkan di daerah lain di Jakarta Timur. ”Kalian adalah duta-duta pembangunan. Program kerja yang menyentuh masyarakat perlu terus digiatkan karena gubernur berharap masyarakat lebih banyak dilibatkan untuk pembangunan,” kata Anwar dalam sambutannya.
Dengan judul Pesta Rakyat, acara penutupan kegiatan PengabdiANT 2018 melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seperti bazar kuliner yang diisi 36 peserta dari perwakilan 12 RW Kelurahan Cawang, ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan pelaku usaha binaan OK OCE (One Kecamatan One Center for Entrepreneurship).
Penampilan budaya, seperti Palang Pintu, pertunjukan silat Betawi dari Padepokan Kedungeran, dan perlombaan tari kreasi oleh anak-anak dari setiap RW di Kelurahan Cawang, mengisi kegiatan yang digelar dari pukul 09.00 hingga pukul 15.00.
Berkelanjutan
Tak berhenti di Abang None, Anwar berharap warga mau tergerak untuk memberdayakan diri melalui program yang ditawarkan pemerintah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menawarkan 54 pelatihan untuk masyarakat.
”Camat atau lurah bisa mengajukan pelatihan yang dibutuhkan warganya. Ini supaya pengangguran berkurang juga aksi tawuran dan penggunaan narkoba,” kata Anwar.
Sementara itu, Lurah Cawang Haerudin mengatakan bahwa daerahnya sudah menjalankan kegiatan program belajar untuk menuntaskan kewajiban belajar dan meningkatkan pendidikan agama untuk anak-anak usia sekolah. Namun, kegiatan tersebut baru aktif di satu RW.
Irvan Apriliawan selaku Ketua Karang Taruna Kelurahan Cawang berharap program pemerintah dapat dimanfaatkan secara merata oleh warga. ”Dengan adanya kegiatan positif yang ditawarkan pemerintah, termasuk bantuan Abang None kemarin, kejadian tawuran dan pengangguran semakin berkurang di Cawang,” ujar Irvan.
Ruang interaksi
Kelurahan Cawang memiliki luas 179 hektar dengan jumlah penduduk sekitar 39.000 jiwa. Dengan kondisi demografi yang terbilang padat, pemerintah setempat mulai menyediakan lahan untuk pengadaan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) berkonsep Taman Maju Bersama.
Haerudin mengatakan, terdapat dua lahan yang telah dibebaskan di Kelurahan Cawang untuk dijadikan RPTRA. Dua lahan tersebut masing-masing terletak di RW 04 dengan luas 1.200 meter persegi dan di RW 12 dengan luas sekitar 2.000 meter persegi. Rencana pembangunan yang baru sampai tahap penyelesaian administrasi tersebut akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
”Ini akan bisa dimanfaatkan untuk tempat interaksi dan edukasi, tetapi lebih menyesuaikan kebutuhan warganya,” kata Camat Kramat Jati Eka Darmawan. RPTRA Cawang akan menambah lima RPTRA yang sudah ada di Kecamatan Kramat Jati.
Hal ini disambut baik sejumlah warga. Seperti Eli, pelatih tari di RW 07 Kelurahan Cawang. Saat ini, ia sudah melatih sekitar 30 anak di rumah warga yang tidak terlalu besar. Ia berharap keberadaan RPTRA bisa menampung lebih banyak generasi muda yang berminat mendalami kesenian tari dari sekitar Kelurahan Cawang. (ERIKA KURNIA)