Setelah 30 Oktober, Nasib PKL Sate Taichan Senayan Tidak Jelas
Oleh
Neli Triana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Relokasi pedagang kaki lima ke tempat parkir sepeda motor Senayan City diperpanjang. Para pedagang yang sebelumnya menempati trotoar di Jalan Asia Afrika tersebut menurut rencana menetap hingga akhir Oktober. Belum ada rencana yang jelas terkait bagaimana nasib puluhan pedagang itu setelah masa perpanjangan waktu berakhir.
Masa relokasi pedagang kaki lima dari Jalan Asia Afrika itu sedianya berakhir pada 15 September 2018. Namun, berdasarkan hasil kesepakatan pihak Pemerintah Provinsi DKI, Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPK GBK), dan Senayan City akhirnya masa relokasi di perpanjang hingga 30 Oktober 2018.
”Mendekati berakhirnya masa relokasi kemarin para pedagang waswas. Mereka selalu taat Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Bagaimana kelanjutan nasib mereka,” kata Lurah Gelora, Mediawati, Kamis (20/9/2018).
Relokasi pedagang kaki lima di Jalan Asia Afrika dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai upaya mensterilkan trotoar selama Asian Games 2018. Sesuai kesepakatan awal, para pedagang akan diperbolehkan kembali lagi berjualan di tempat semula setelah Asian Games berakhir. Padahal, sesuai Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, siapa pun dilarang menggunakan trotoar tidak sesuai fungsinya, termasuk untuk berjualan.
Ada ratusan orang yang menggantungkan hidup mereka pada usaha kuliner sate taichan ini. Di samping itu, sate taichan juga sudah menjadi salah satu ikon di kawasan Senayan. Setiap hari ratusan pengunjung datang untuk mencicipi makanan bercita rasa gurih tersebut.
Hal ini menjadi dilematis ketika pemerintah dalam satu waktu harus menegakkan peraturan dan memikirkan nasib para pedagang kaki lima itu. Perlu langkah yang tepat agar semua pihak bisa mendapatkan solusi yang terbaik.
Mediawati mengatakan, salah satu alternatif yang paling aman adalah dengan cara menempatkan para pedagang sate taichan ke dalam kawasan Gelora Bung Karno.
”Kemarin sudah sempat ada pembicaraan antara pihak Wali Kota Jakarta Pusat dan pihak PPK GBK. Salah satu alternatif adalah dengan menyediakan tempat bagi para pedagang di kawasan GBK,” ujar Mediawati.
Kabar terkait pemindahan ke dalam kawasan GBK sudah terdengar oleh para pedagang sate taichan. Mereka mengaku senang apabila benar-benar bisa ditampung di GBK. ”Sesuai dengan janji Camat Tanah Abang dan Wali Kota Jakarta Pusat, setelah 30 Oktober 2018 kami akan diusahakan untuk masuk ke area GBK,” kata salah satu pedagang sate taichan, Frans Moses Rahayan (40).
Menurut Frans, selama ini baru sebagian kecil pedagang sate taichan yang bisa berjualan di tempat parkir sepeda motor Senayan City. ”Dari total sekitar 100, hanya 20 pedagang yang bisa masuk. Yang lain pulang kampung sampai relokasi selesai,” katanya. Bagi Frans, relokasi selanjutnya harus mempertimbangkan nasib lebih kurang 80 pedagang lain yang saat ini terpaksa meliburkan diri itu.
Menurut Mediawati, saat ini pihak PPK GBK sedang mempertimbangkan terkait lokasi yang tepat untuk menampung semua pedagang, termasuk pedagang yang kemarin tidak terakomodasi. ”Masih dalam pertimbangan, sepertinya akan ditempatkan di kawasan parkir timur GBK atau di kawasan GBK Food Court,” kata Mediawati.
Belum tentu masuk GBK
Dihubungi secara terpisah, Direktur Utama PPK GBK Winarto membantah pihaknya telah setuju untuk memasukkan para PKL ke dalam GBK. ”Memang sudah pernah ada komunikasi dengan pihak Pemprov DKI dan Wali Kota Jakarta Pusat terkait PKL, tapi belum ada omongan, apalagi kesimpulan untuk memasukkan pedagang ke dalam GBK,” kata Winarto.
Ia mengatakan, pembahasan terakhir yang dia ikuti adalah terkait perpanjangan waktu relokasi di Senayan City. ”Sementara kita jalani dulu yang ini. Masih ada waktu sampai 30 Oktober 2018, kita lihat dulu bagaimana,” kata Winarto.
Menurut dia, masih banyak yang harus dipertimbangkan untuk memasukkan pedagang sate taichan ke area GBK. ”Kalau tertib dan baik, ya, nanti akan kami bina, tapi kalau tidak tertib, ya, kami tidak mau,” kata Winarto.
Berdasarkan pantauan Kompas, sejak para pedagang direlokasi, trotoar di sepanjang Jalan Asia Afrika dijaga oleh petugas kemanan dari PPK GBK. Di trotoar sepanjang lebih kurang 500 meter ada tiga tenda yang dijaga oleh enam petugas. Para petugas tersebut secara bergantian berjaga selama 24 jam. Menurut salah satu petugas, hal itu dilakukan agar tidak ada lagi pedagang kaki lima yang nekat berjualan di trotoar. (KRISTI DWI UTAMI)