SEMARANG, KOMPAS — Perhatian dan dorongan pemerintah daerah dalam melestarikan warisan budaya menjadi hal positif. Namun, deklarasi satu daerah menjadi kota pusaka perlu diikuti aksi dan tindakan nyata yang sesuai kaidah-kaidah pelestarian, bukan sekadar euforia.
Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Catrini Pratihari Kubontubuh di sela-sela Temu Pusaka Indonesia 2018 di Gedung Oudetrap, Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (21/9/2018), mengatakan, saat ini, 50 kota/kabupaten masuk dalam jaringan kota pusaka Indonesia.
Namun, beberapa kali ditemukan bahwa pemerintah daerah bergerak hanya sampai deklarasi. ”Awalnya euforia, lalu selanjutnya apa? Keberlangsungan pelestarian harus diperhatikan. Selain itu, caranya pun mesti dengan benar, bukan sekadar mengecat warna-warni bangunan, misalnya,” ujar Catrini.
Menurut dia, setelah masuk dalam jaringan kota pusaka Indonesia, satu daerah akan didorong untuk masuk jaringan kota pusaka dunia. Hingga saat ini baru ada tiga daerah asal Indonesia yang masuk jaringan itu, yakni Surakarta, Denpasar, dan Gianyar. Adapun Semarang dan Sawahlunto diharapkan menjadi anggota berikutnya.
Temu Pusaka Indonesia yang diadakan di Semarang pada 21-23 September 2018 diikuti sejumlah peserta, yang di antaranya merupakan perwakilan dari sejumlah daerah, seperti Kabupaten Solok Selatan, Kota Sawahlunto, dan Kota Padang (Sumatera Barat). Pada Sabtu (22/9/2018) akan dibacakan Deklarasi Semarang yang merupakan buah pikiran dalam upaya melestarikan warisan budaya.
Pelaksana Harian Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menuturkan, Kota Lama saat ini tengah direvitalisasi dengan bantuan dana dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat senilai Rp 160 miliar. Penataan antara lain pada jalan jalur pedestrian dan drainase.
Hevearita menambahkan, Kota Lama ditargetkan menjadi destinasi unggulan di Kota Semarang. ”Bukan hanya skala Kota Semarang dan Jateng, kami harap gaungnya sampai internasional, seperti Candi Borobudur. Apalagi, masih banyak destinasi lain di Semarang,” ujarnya.
Adapun revitalisasi Kota Lama tengah dilakukan guna mendukung kawasan itu masuk daftar tetap warisan dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2020. Saat ini, 80 persen dari 116 bangunan juga sudah direvitalisasi.
Hevearita mengatakan, Kota Lama nantinya akan menjadi kawasan bersejarah dengan fasilitas lengkap, termasuk kuliner legendaris Semarang. ”Saat ini sudah ada galeri UMKM dan menurut rencana akan dibangun galeri industri kreatif. Sebelum ke tingkat dunia, kami dorong living heritage di sini,” ucapnya.
Ketua Pelaksana Temu Pusaka Indonesia 2018 Agus Marsudi berharap pertemuan kali ini menjadi ajang pertukaran ilmu terkait pelestarian pusaka. Dengan demikian, nantinya daerah-daerah semakin tergerak dan terdorong untuk mengelola warisan-warisan budaya dengan baik.