Cerita Taman Bacaan Pelangi Mendirikan Ratusan Perpustakaan di Indonesia Timur
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Membangun perpustakaan yang menarik dengan buku bacaan anak yang beragam untuk menumbuhkan minat baca anak-anak di kawasan Indonesia Timur menjadi fokus Taman Bacaan Pelangi sejak 2009. Tidak terasa, 104 perpustakaan sekolah ramah anak berhasil dibangun Taman Bacaan Pelangi di 17 pulau di kawasan Indonesia Timur.
Setelah meresmikan perpustakaan ramah anaknya yang ke-100, Taman Bacaan (TB) Pelangi meluncurkan sebuah inisiatif baru, yaitu penyelenggaraan lokakarya dan kegiatan pendampingan bagi komunitas atau lembaga yang ingin mendirikan perpustakaan serupa di berbagai daerah. Pengalaman TB Pelangi yang dapat mendirikan perpustakaan ramah anak yang berkelanjutan bisa jadi salah satu contoh untuk dapat dikembangkan di berbagai daerah lain di Indonesia.
”Gerakan literasi sedang marak di Indonesia. Ada banyak komunitas masyarakat bergerak di bidang literasi. Kami ingin berbagi pengalaman dan ilmu tentang bagaimana membuat perpustakaan ramah anak yang berkesinambungan. Langkah ini kami yakini akan membuka peluang bagi lebih banyak lagi pihak-pihak yang ingin berkiprah dalam meningkatkan kebiasaan membaca anak di Indonesia. Mari kita bersinergi demi peningkatan literasi anak bangsa,” kata Pendiri TB Pelangi Nila Tanzil di acara konferensi pers perjalanan 100 Perpustakaan Taman Bacaan (TB) Pelangi di Jakarta, Rabu (19/9/2018).
Hadir pula di acara ini Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Hubungan Pusat dan Daerah James Modouw..
Nila mengatakan, inisiatif ini terbuka bagi berbagai calon mitra dari beberapa latar, baik lembaga swasta masyarakat, swasta, maupun pemerintah, dan dari berbagai daerah di Indonesia, atau bahkan lebih luas lagi. TB Pelangi akan berbagi prinsip, proses, dan ragam dukungan yang dibutuhkan untuk mendirikan perpustakaan ramah anak. Hal ini mencakup perbaikan fisik ruang perpustakaan sekolah, penyediaan perabot perpustakaan, penyediaan buku cerita anak-anak, pelatihan bagi para pustakawan dan guru, serta pendampingan selama proses persiapan dan awal pelaksanaan perpustakaan.
Didirikan pada tahun 2009, Taman Bacaan Pelangi adalah organisasi nirlaba yang berfokus pada pendirian perpustakaan ramah anak di daerah terpencil di Indonesia Timur. Dengan diresmikannya perpustakaan ke-100 minggu lalu, secara keseluruhan, TB Pelangi telah membantu memberikan akses ke lebih dari 200.000 buku bacaan yang berkualitas kepada lebih dari 26.000 anak-anak di daerah terpencil yang tersebar di 17 pulau di Indonesia Timur, serta telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 1.000 guru di Indonesia Timur.
Nila mengatakan, perjalanan panjang mendirikan 100 perpustakaan ramah anak di berbagai daerah pelosok di Indonesia Timur menunjukkan rasa cinta yang besar dari berbagai pihak kepada kemajuan anak-anak di daerah pelosok. ”Terima kasih kepada semua pihak yang terus mendukung kami selama ini, baik pihak sekolah, orangtua siswa, pemerintah daerah, para relawan, penyandang dana, maupun masyarakat luas. Tanpa mereka, semua capaian ini tidak mungkin terwujud,” ujar Nila.
Menurut Nila, dukungan untuk peningkatan minat baca anak-anak Indonesia harus terus dibangun secara bersama-sama. Sebab, kemampuan baca adalah modal dasar anak dalam mewujudkan potensi diri.
Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, Nila melanjutkan, anak perlu memiliki akses ke buku berkualitas. Sayangnya, berdasarkan data Perpustakaan Nasional tahun 2015, dari 170.647 sekolah dasar di Indonesia, hanya 45,9 persen yang memiliki perpustakaan. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap skor Program for International Student Assessment (PISA) siswa-siswi Indonesia dalam hal membaca yang berada di peringkat ke-64 dari 70 negara.
Nila mengatakan, momentum kehadiran 100 perpustakaan TB Pelangi dirayakan dengan peresmian perpustakaan ke-100 di SD Katolik Nangapanda 1, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, sekaligus memperingati Hari Literasi Internasional. Program ini merupakan bagian dari rangkaian peresmian perpustakaan siklus ketiga proyek TB Pelangi dengan dana dari sebuah LSM internasional dalam bidang pendidikan Room to Read.
Pada siklus ini, TB Pelangi mendirikan 20 perpustakaan di Kabupaten Ende. Sebelumnya, pada siklus kedua, TB Pelangi telah membuka 18 perpustakaan di Kabupaten Ende, sementara sebelumnya pada siklus pertama, 12 perpustakaan di Kabupaten Manggarai Barat.
”Kami bangga konsep perpustakaan ramah anak telah diterapkan di Ende. Kami percaya perubahan dunia dimulai dari anak-anak yang berpendidikan. Melalui kerja sama dengan Taman Bacaan Pelangi, kami berkomitmen membantu meningkatkan kebiasaan dan kemampuan membaca anak-anak di Indonesia,” kata Joel Bacha, Accelerator Project Director, Room to Read, partner utama dan donor untuk proyek yang dilakukan TB Pelangi di Kabupaten Ende.
Menurut Nila, walau angka 100 terasa besar, pekerjaan yang lebih besar lagi masih terbentang. Ada 1.751.000 anak yang berada di daerah tertinggal di Indonesia Timur dan 92.320 sekolah dasar yang belum memiliki perpustakaan. ”Bagi kami, semua anak di Indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan akses buku bacaan yang berkualitas. Kami bertekad terus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kemampuan baca anak dan mengembangkan kebiasaan membaca anak Indonesia melalui pendirian perpustakaan ramah anak ,” kata Nila.
Sementara itu, James Modouw mengapresiasi berbagai upaya yang dilakukan oleh TB Pelangi untuk meningkatkan kemampuan membaca anak melalui penyediaan akses ke buku berkualitas. Hal ini demi meningkatkan kemampuan literasi anak-anak di daerah-daerah tertinggal di kawasan Indonesia Timur.
”Keberadaan perpustakaan ramah anak mampu menumbuhkan minat baca anak-anak di daerah pelosok. selain itu pelatihan guru yang dilakukan oleh TB Pelangi juga sangat berguna untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan mereka tentang sistem pengelolaan perpustakaan yang baik dan kegiatan literasi yang mampu menumbuhkan minat baca anak,” kata James.