JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menilai, terlalu banyak hal kecil yang diributkan di negeri ini. Terlalu banyak pula energi dan waktu yang terbuang untuk keriuhan di media sosial, mulai dari berita bohong, fitnah, hingga caci maki. Padahal, merawat persatuan dan kemudian berkonsentrasi untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan jauh lebih penting.
Dalam pembukaan Musyawarah Nasional Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), di Istana Negara, Jakarta, Selasa (18/9/2018), Presiden Joko Widodo mencontohkan rekaman video dalam Pembukaan Asian Games 2018. Dalam rekaman tersebut, Presiden tampak melaju dan ”melompat” dengan sepeda motor. Tak hanya viral, rekaman ini sekaligus memicu perdebatan ada tidaknya pemeran pengganti atau stuntman dalam adegan tersebut.
”Masak presiden disuruh meloncat sendiri. Enggak mungkin, ya, pasti stuntman, enggak usah ditanyakan itu. Di film, peran kecil-kecil juga pakai stuntman, masak kita yang akrobat disuruh (melakukannya) sendiri. Kalau anak muda sekarang bilang, Gila lu, Ndro. Ini, kan, hiburan dalam opening ceremony, jadi jangan ditarik ke mana-mana,” tutur Presiden yang langsung disambut gelak tawa hadirin.
Hadir dalam pembukaan Munas I Permabudhi ini sekitar 400 biksu dan biksuni serta pengurus majelis-majelis umat Buddha. Presiden didampingi presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Tak hanya itu, Presiden menambahkan, sering kali energi dan waktu malah habis untuk urusan yang tak perlu. Sebab, setiap hari media sosial berisi dengan celaan, berita bohong, caci maki, dan fitnah.
Apabila tak menyia-nyiakan energi untuk hal-hal tersebut dan bersatu, Indonesia bisa melompat dan menjadi negara yang sangat maju. Dicontohkan, dengan persatuan saat Asian Games 2018, prestasi Indonesia bisa melompat dari hanya peringkat belasan menjadi keempat. Semua warga pun bersatu bersama atlet, pelatih, dan ofisial, tak mempersoalkan agama, suku, dan asal daerah atlet.
”Di pertandingan badminton, kita enggak mikir agama (atlet)-nya apa. Pencak silat, panjat tebing, enggak mikir dari provinsi mana, dari pulau apa. Saat itu kita hanya mikir satu, kita ini Indonesia. Dan, akhirnya dapat 31 medali emas, juarakeempat,” ujar Presiden.
Persatuan lahirkan kekuatan
Presiden Jokowi menegaskan, persatuan akan melahirkan kekuatan. Hal ini yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar bangsa ini, yakni mengatasi kemiskinan dan kesenjangan.
Selain itu, kita masih perlu berkejaran dengan perkembangan teknologi yang luar biasa cepat. Karena itu, Presiden mengingatkan semua elemen masyarakat untuk selalu hidup rukun, saling membantu, serta tak hanya mengutamakan kepentingan kelompok dan golongan.
Dalam sambutannya, Ketua Umum Permabudhi Arief Harsono menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah Kabinet Kerja yang menunjukkan kinerja dengan pembangunan infrastruktur yang terus dipacu. Diakui, waktu lima tahun terlalu singkat untuk pemerataan pembangunan di negara sebesar dan seluas Indonesia.