Perusahaan Harus Lincah Berinovasi di Era Disrupsi
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·2 menit baca
DEPOK, KOMPAS – Perusahaan mapan ditantang berani menggali ide baru di tengah era disrupsi yang mengguncang kemapanan. Kelincahan memanfaatkan potensi teknologi informasi menjadi kunci agar perusahaan petahana tak mati digilas perubahan.
Era disrupsi atau gangguan itu ditandai dengan lahirnya inovasi yang berpotensi mematikan bisnis yang sudah ada. Saat ini, banyak perusahaan mapan goyah atau bahkan bangkrut karena kalah bersaing dengan perusahaan rintisan semacam Go-jek, Bukalapak, Tokopedia, ataupun Traveloka.
Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, Saefudin Noer, Selasa (18/9/2018) menyatakan, perusahaan petahana perlu kembali belajar mengenali diri agar bisa membidik arah inovasi baru yang hendak dituju. Kejujuran mengakui kelemahan strategi lama harus segera diikuti inovasi.
Perusahaan petahana perlu kembali belajar mengenali diri agar bisa membidik arah inovasi baru yang hendak dituju
“Disrupsi itu perubahan yang tak bisa dihindari. Ketakutan dan penolakan terhadap era disrupsi hanya akan menunjukkan kegagapan beradaptasi pada kebutuhan zaman,” kata Saefudin di hadapan ratusan mahasiswa dan anggota Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI).
Inovasi yang bisa diupayakan di tengah era disrupsi mencakup diversifikasi lini usaha, digitalisasi data, dan transformasi organisasi. Ketiganya perlu dipayakan perusahaan petahana agar bisa keluar dari tekanan persaingan akibat munculnya perusahaan baru.
Menurut Saefudin, digitalisasi data merupakan yang terpenting. Perkembangan teknologi digital yang pesat membuat ketersediaan data menjadi kebutuhan tak terhindarkan.
“Dengan data, kita bisa membidik target pasar kita dengan jelas. Dengan data pula, kita bisa mengevaluasi efektivitas strategi bisnis dengan cepat dan tepat,” kata Saefudin.
Pada intinya, manajemen data yang baik menjadi faktor penentu pihak mana akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan bisnis di era digital. Adapun diversifikasi lini usaha dan transformasi organisasi diperlukan untuk mengimbangi perubahan permintaan pasar terhadap pelayanan baru.
Menanggapi hal itu, Ketua Iluni UI, Arief Budhy Hardono, menegaskan, era disrupsi bukan hanya berpengaruh pada pengutamaan penggunaan teknologi ataupun perubahan sistem manajemen perusahaan. Lebih dari itu, era disrupsi juga mengubah pola pikir manusia.
Menurut Arief, perubahan sistem dan strategi perusahaan harus dibarengi dengan komitmen bersama antara pemimpin dan staf lainnya. Hal itu perlu diusahakan agar perubahan sistem tidak terabaikan karena kurangnya kesadaran bersama.
“Ketidakpastian di tengah perubahan yang cepat mengakibatkan kebingungan pelaku usaha, itu hal normal. Yang tidak normal itu kalau kita terlalu lama bingung hingga tak sadar kita sudah kalah tanpa berusaha melawan,” ujar Arief.(PANDU WIYOGA)