Pengerjaan Jembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang Baru 30 Persen
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pembangunan jembatan penyeberangan multiguna Tanah Abang digenjot demi mencapai target dapat beroperasi pada 15 Oktober 2018. Hal itu ditempuh dengan penambahan durasi pengerjaan per hari dan meningkatkan efektivitas pokok pekerjaan. Adapun pedagang kecil menengah (PKM) yang beroperasi di sisi Jalan Jatibaru, Tanah Abang, perlu diawasi terus agar tertib dan aman dari risiko kecelakaan akibat kerja.
Pemimpin Proyek JPM Tanah Abang dari PD Pembangunan Sarana Jaya Stefani Dwi Handamari, Senin (17/9/2018) di area proyek JPM Tanah Abang mengatakan, pengerjaan proyek dilakukan selama 24 jam penuh. Terdapat dua shift bagi pekerja yang berjumlah sekitar 100 orang, yakni pukul 04.00–19.00 dan pukul 19.00–04.00. Pada jadwal jam proyek itu, akan dilakukan buka-tutup jalan yang disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.
“Sampai hari ini progres pembangunan mencapai 30 persen, dan telah memasuki zona B. Kami berkoordinasi dengan beberapa suku dinas terkait, seperti dinas perhubungan dan KUKMP (Koperasi, UKM serta Perdagangan), untuk mendukung pelaksanaan proyek ini. Sosialisasi ke pedagang juga telah dilakukan pada awal Agustus lalu sebelum proyek dilaksanakan,” kata Stefani.
Stefani melanjutkan, petugas pengendali operasional Dishub melakukan rekayasa lalu lintas dan pengaturan buka-tutup jalan. Selain dilakukan dari Zona A di bawah Blok G Pasar Tanah Abang, pengerjaan juga dilakukan dari zona D yang berada di bawah jembatan layang Tanah Abang.
Hal ini dilakukan untuk mempercepat penyelesaian proyek. Sementara itu, pedagang pakaian yang mengisi ruas Jalan Jatibaru diimbau untuk mengatur secara mandiri pergantian waktu berjualan.
Dalam pantauan Kompas, terdapat delapan lapak pedagang yang menempati trotoar jalan. Hal itu terjadi lantaran pengembangan pengerjaan JPM telah melintasi tempat berjualan mereka sebelumnya. Seorang pedagang pakaian batik anak-anak di situ menyebut ia telah menempati lokasi itu sejak Jumat (14/9/2018).
Ade, pedagang lain yang juga berada di lokasi yang sama, mengatakan, mereka menurut saja apa arahan pengelola Pasar Tanah Abang.
“Ya, mau gimana lagi. Tinggal pinter-pinter kita untuk mencari peluang (berjualan),” kata Ade.
Selain itu, deretan lapak pedagang juga bersisian dengan area tempat meletakkan besi-besi dan baja konstruksi. Menurut staf Humas pelaksana proyek JPM Tanah Abang dari PT Amarta Karya, Agus Priyono, kondisi itu terkait dengan upaya kejar target pengerjaan JPM Tanah Abang.
“Karena ada percepatan, jadi sebagian jalan kita pakai untuk menaruh alat-alat dan konstruksi,” kata Agus. Ia berharap, setelah proyek selesai, sebagian pedagang dapat menempati area JPM di atasnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Koperasi UKM serta Perdagangan (KUKMP) DKI Jakarta Irwandi cukup terkejut dengan kondisi pedagang di Jalan Jatibaru tersebut. Ia mengkhawatirkan keselamatan pedagang yang berada di dekat alat-alat berat dan konstruksi.
“Itu berbahaya, (pedagang) bisa ketiban konstruksi nanti. Perlu diperhitungkan keselamatan pedagang yang ada di dekat proyek JPM,” kata Irwandi. Ia melanjutkan, sebelumnya pihaknya sudah mengimbau agar pedagang dapat saling bergantian berjualan sebab pilihan merelokasi tidak dimungkinkan. Setelah berkoordinasi dengan tim di KUKMP, dia menyatakan akan segera kembali bersosialisasi dengan para PKM di Jalan Jatibaru.
“Rabu sore kita akan sosialisasi lagi kepada pedagang. Sekitar jam 6 sore seusai mereka berjualan,” tegasnya.
Konsep Ideal Kawasan Niaga
Staf Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan Her Pramtama memaparkan, pembangunan JPM Tanah Abang dikembangkan sebagai program jangka menengah Penataan Kawasan Tanah Abang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, menurut dia, telah mencanangkan ini sejak 2014.
Hal itu dilegalkan melalui Peraturan Gubernur Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pengembangan Kawasan Sentra Primer Tanah Abang di Kelurahan Kampung Bali dan Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah, Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Adapun program jangka pendek yang telah dijalankan sejak Desember 2017 adalah penyediaan bus Transjakarta sebagai angkutan publik mengitari kawasan niaga Tanah Abang dan pembukaan lapak pedagang di Jalan Jatibaru. Ia menjelaskan, JPM Tanah Abang menjadi sarana fisik yang mengintegrasikan Stasiun Kereta Api Tanah Abang dengan moda transportasi darat, antara lain bus besar, sedang, dan angkutan mobil yang lebih kecil.
“JPM juga bertujuan menghubungkan pergerakan orang di atas level jalan raya menuju blok-blok di Kawasan Niaga Tanah Abang. Jadi nanti tidak ada interaksi atau pergesekan warga dengan kendaraan yang lewat,” imbuh Her menjelaskan.
Dalam peninjauan Senin siang, Her mengundang Kompas untuk turut ke lokasi JPM Tanah Abang bagian atas. Sebagian area JPM, yakni pada zona A, sudah terpasang beton dan dicor semen. Pada zona B, empat pekerja sedang mengecat rangka talang saluran air yang akan dipasang di sisi-sisi atap jembatan. Selain itu, beberapa pekerja lain membetulkan jaring-jaring biru yang membentang antartiang. Senin malam dilakukan pengecoran semen untuk melapisi beton-beton pada zona B.
Agus mengungkapkan, baik pemasangan maupun pengecoran, dilaksanakan menggunakan alat berat. Yaitu pemasangan beton menggunakan mobile crane. Lalu pengecoran menggunakan concrete pump yang mengalirkan semen melalui pipa-pipa.
Stefani mengatakan, pembangunan JPM menggunakan metode knock down yang tidak menggunakan fondasi dalam. “Pembangunan JPM ini hanya pada bagian tengahnya yang dibor ke dalam tanah sedalam 1,5 meter,” kata dia.
Sementara kolom-kolom baja yang mengitari setiap pilar atau pedestal menjadi tumpuan jembatan. JPM ini, kata Stefani memiliki ketahanan menampung beban seberat 450 kilogram per cm2. Sesudah JPM siap beroperasi, KUKMP akan menyeleksi pedagang yang layak berjualan di JPM Tanah Abang tersebut. (ROBERTUS RONY SETIAWAN)