Pencipta Lagu ”Poco-poco” Belum Direhabilitasi
Pencipta lagu ”Poco-poco”, Arie Sapulette, yang menderita skizofrenia hingga saat ini belum direhabilitasi. Ia masih tinggal di Tanjung Priok, Jakarta Utara, bersama dengan keluarganya. Saat ditemui di Jakarta, Selasa (18/9/2018), istri Arie, Sondang Paulina Manurung (52), berharap Arie dapat dirawat di panti rehabilitasi untuk memulihkan kondisi kejiwaannya.
Lagu ”Poco-poco” dikenal masyarakat Indonesia pada tahun 1990-an hingga 2000-an. Masyarakat pun membuat aneka gerakan sehingga muncul tarian Poco-poco. Pada Agustus 2018, gerakan Poco-poco dibawakan 65.000 orang dalam acara ”The Largest Poco-poco Dance” untuk mencetak rekor dunia.
Nasib Arie tidak semeriah lagu ”Poco-poco” karena menderita skizofrenia. Ia sering berhalusinasi dan merasa ketakutan. Semenjak kegiatan menari bersama tersebut, perhatian masyarakat pun tertuju kepada Arie. Namun, hingga sekarang, Arie belum mendapatkan perawatan khusus di panti rehabilitasi untuk memulihkan kondisi kejiwaannya.
”Saya berharap ada orang yang mau membantu Arie agar dapat dirawat di panti rehabilitasi,” kata Sondang, yang tidak ingin Arie dirawat di rumah sakit jiwa karena ingin dirawat melalui pendekatan personal dan kerohanian.
Sondang pernah menanyakan kepada salah satu panti rehabilitasi bahwa biaya yang dibutuhkan untuk perawatan Arie, yaitu Rp 5 juta per bulan, dan untuk menjemput Arie membutuhkan dana Rp 5 juta.
Karena tidak memiliki uang yang cukup, Sondang mengurungkan niatnya untuk membawa Arie ke panti rehabilitasi. Sehari-hari Sondang bekerja sebagai pelayan jemaat di gereja dan tukang masak panggilan. Adapun anak Arie, Stephanie Sapulette (31) dan Marthin Sapulette (27), juga belum memiliki uang untuk biaya perawatan Arie.
Adik Arie, Ferry Sapulette, mengaku masih mengurus administrasi dari Arie agar mendapatkan jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Hingga saat ini, ia masih merawat Arie bersama dengan ayahnya, Zefnath Sapulette, di rumahnya.
Beberapa waktu lalu, Kementerian Kesehatan dan Jaringan Rehabilitasi Psikososial Indonesia (JRPI) berjanji membantu mencarikan rumah sakit jiwa yang dapat merawat Arie. Keluarga mengharapkan Arie dirawat di panti rehabilitasi, bukan di rumah sakit jiwa.
Karier musik
Sebelum berkarier di dunia musik, Arie bekerja di beberapa perusahaan swasta. Arie mengawali karier di dunia musik pada 1984 sebagai pengiring musik di Pantai Ancol, Jakarta Utara, dan Taman Mini Indonesia Indah dengan bergabung grup musik Abusur. Selain sebagai pemain alat musik, Arie melatih penyanyi cilik.
Arie selalu mengajak Sondang saat bermain musik atau melatih vokal. Adapun Arie mengenal Sondang pada Agustus 1983. Mereka menikah di Jakarta pada 1 Agustus 1986 dan mempunyai dua anak, yaitu Sephanie dan Marthin.
Pada 1987 hingga 1989, Arie kembali ke Ternate, Maluku Utara, dan bekerja sebagai tenaga honorer di kantor Departemen Ketenagakerjaan. Pada 1990, Arie bekerja sebagai tenaga keuangan di pabrik sagu. Pada 1991, Arie membuka warung makan.
Tidak lama kemudian, Arie bekerja sebagai pengajar Bahasa Inggris di Balai Latihan Kerja Ternate. Mereka sempat pindah ke Ambon dan kembali ke Jakarta pada 1992 bersama dengan kedua anak mereka. Arie sempat bekerja di salah satu perusahaan dari Korea Selatan, tetapi tidak lebih dari setahun.
Pada 1993, Arie mulai menciptakan beberapa lagu daerah Ternate (Maluku Utara), lagu pop, dan lagu rohani. Saat itu, Arie tinggal bersama keluarganya di rumah kos Jalan Kayu Mas, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Di rumah kos ini, Arie menciptakan lagu ”Poco-poco” dan ”Amboina Son”.
Sondang setiap hari menemani Arie saat menciptakan lagu ”Poco-poco”. Lagu tersebut tidak ditujukan kepada dirinya atau orang lain. Lagu tersebut diciptakan Arie karena kekagumannya kepada perempuan cantik. Poco-poco berasal dari bahasa Manado, Sulawesi Utara, yang memiliki arti anak yang lucu atau menggemaskan. Adapun bahasa Manado sering digunakan di daerah Ternate, Maluku Utara.
Pada 1994, lagu ”Poco-poco” dan ”Amboina Son”, serta beberapa lagu ciptaan Arie direkam di studio Gemini. Pada 1995, lagu-lagu tersebut diproduksi PT Kie Raha Intraprindo (KRI). Perusahaan tersebut dibangun Arie bersama dengan saudaranya.
Pada 1996, Arie menciptakan lagu ”Poco-poco II” dan pada 1999 menciptakan lagu ”Poco-poco III”. Selain itu, Arie menciptakan beberapa lagu lainnya.
Pada awalnya, lagu-lagu ciptaan Arie dinyanyikan Arie bersama dengan saudaranya yang tergabung dalam grup vokal Nanaku. Setelah Arie menderita skizofrenia, lagu-lagu ciptaannya dinyanyikan penyanyi lain.
Dalam kondisi sakit, Arie masih menciptakan beberapa lagu. Bahkan, ia masih merekam lagu ciptaannya.
Adapun seluruh karya Arie dipegang kakak Arie, yaitu Melky Sapulette yang menjabat sebagai Direktur Utama PT KRI dan ayah Arie, yaitu Zefnath Sapulette. Ada sekitar 70 lagu yang telah diciptakan Arie. Sondang hanya memegang kartu anggota Lembaga Manajemen Kolektif Hak Cipta Karya Cipta Indonesia milik Arie.
Skizofrenia
Arie mulai merasa ketakutan dan sulit tidur pada 1998 hingga 2002. Karena kondisi tersebut, Arie sering mengajak Sondang ke studio rekaman atau ke kantor PT KRI. Sondang mengatakan, kondisi kejiwaan Arie mulai terganggu bukan karena tidak diangkat sebagai pegawai negeri sipil.
Meskipun demikian, Sondang tidak tahu penyebab gangguan kejiwaan yang dialami Arie. Menurut Sondang, kerusuhan di Jakarta berpengaruh pada rasa takut yang berlebihan pada Arie.
Karena kondisi kejiwaan Arie, Sondang dan kedua anaknya tidak tinggal bersama Arie. ”Kami bukan tidak mau mengurus, merawat, dan meninggalkannya, tetapi Arie sudah mulai membahayakan,” kata Sondang.
Saat dihubungi di Jakarta, Marthin menambahkan, anak dan istri tidak pernah meninggalkan Arie. Namun, karena ada permasalahan keluarga, mereka tidak dapat tinggal bersama.
Baca: https://kompas.id/baca/utama/2018/08/09/nasib-tragis-pencipta-lagu-poco-poco/
Sondang mengaku setiap hari dipukul Arie hingga berdarah, diintimidasi dengan alasan yang tidak masuk akal, dan dilarang berinteraksi dengan orang-orang di luar rumah. Beberapa kali penganiayaan tersebut dilakukan Arie di depan saudara dan ayah Arie.
Setelah menganiaya, Arie sadar dan minta maaf. Bahkan, Arie meminta Sondang untuk melaporkannya kepada polisi, tetapi Sondang tidak menghiraukannya. Tidak lama kemudian, Arie kembali melakukan penganiayaan dan mengancam akan membunuh Sondang.
Sondang mengatakan, Arie sering mendengar bisikan-bisikan aneh yang mengganggu kejiwaannya. Ketika merasa tidak nyaman di luar rumah, Arie akan melampiaskan kemarahannya kepada Sondang.
Sondang tetap bertahan untuk mendampingi Arie dalam keadaan seperti itu hingga tiga tahun. Ia merasa sedih karena Arie seperti bukan seorang laki-laki yang ia kenal.
Pada 2003, dengan terpaksa, Sondang pindah ke rumah saudaranya yang berada di seberang jalan, sedangkan Arie tinggal bersama kedua anaknya. Sondang terpaksa pindah karena tidak ingin Arie membunuhnya dan meninggalkan kedua anaknya yang masih kecil.
”Kalau hanya sakit fisik, seperti stroke hingga tidak berdaya, saya akan selalu melayani dengan sepenuh hati dan berada di sampingnya,” kata Sondang dengan sedih. Ia bersama kedua anaknya selalu berusaha mencari pertolongan untuk Arie. Namun, hingga saat ini, mereka belum mendapatkannya.
Pada 2008 hingga 2011, Sondang bersama dengan kedua anaknya tinggal di rumah kos di Pulomas, Jakarta Timur. Setelah itu, mereka tinggal di rumah kontrakan milik orangtua Sondang yang letaknya tidak jauh dari rumah yang ditinggali Arie hingga saat ini.
Beberapa kali Arie masih mengunjungi Sondang dan Stephanie. Adapun Marthin telah tinggal bersama istrinya di Bekasi, Jawa Barat. Mereka berharap Arie segera mendapatkan pertolongan. Mereka juga masih punya keinginan untuk dapat tinggal bersama. ”Kami selalu mendoakan Arie dan berharap dapat merawatnya,” kata Sondang.
Baca: https://kompas.id/baca/utama/2018/08/12/pencipta-poco-poco-mulai-mendapat-perhatian/