Pejabat Militer Pakistan ke Beijing Pasca Ketegangan Soal Proyek Jalan Sutra China
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·3 menit baca
ISLAMABAD, SENIN -- Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Qamar Javed Bajwa melawat ke China mulai Minggu (16/9/2018). Lawatan itu berlangsung setelah salah seorang menteri Pakistan melontarkan kritik melalui media terkait proyek jalan sutra China di Pakistan.
"Selama kunjungan, Kepala Staf Angkatan Darat akan bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi China, termasuk rekan imbangannya,” kata juru bicara militer Pakistan Mayor Jenderal Asif Ghafoor, Senin (17/9/2018).
Bajwa diharapkan bisa meredakan ketegangan yang ditimbulkan oleh pernyataan Menteri Perdagangan Pakistan Abdul Razak Dawood, pekan lalu. Dalam wawancara dengan koran Financial Times, Dawood mendorong penundaan Koridor Ekonomi Pakistan-China (CPEC). Ia juga menyatakan kontrak-kontrak CPEC tidak adil bagi Pakistan.
Pernyataan itu dipublikasikan setelah Menteri Luar Negeri dan Penasihat Negara China Wang Yi berkunjung ke Pakistan, Sabtu (8/9/2018). Belakangan, Dawood mengatakan, pernyataannya dimuat keluar dari konteks, meski ia tidak membantah kebenaran kutipan pernyataannya.
Pakistan mempererat hubungan dengan China dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan renggangnya hubungan mereka dengan Amerika Serikat. Pejabat militer Pakistan memang kerap melawat ke berbagai negara dan membahas hal-hal di luar ketentaraan selama lawatannya. Hal itu dampak pengaruh luar militer di Pakistan. Tentara Pakistan bisa mempunyai pengaruh ke luar, antara lain, karena ikut mengontrol program nuklir negara itu.
Proyek-proyek CPEC adalah versi Pakistan dari Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI), proyek infrastruktur yang didorong China. Lewat CPEC, China menjanjikan investasi total hingga 57 miliar dollar AS.
Sebelumnya, dalam kunjungan ke Pakistan, Sabtu (8/9/2018), Menteri Luar Negeri dan Penasihat Negara China Wang Yi menyatakan, hingga 2 persen pertumbuhan ekonomi Pakistan dipicu oleh CPEC. Proyek-proyek CPEC juga menghasilkan 70.000 lapangan kerja.
"CPEC tidak menimbulkan beban utang besar pada Pakistan. Bahkan, kala selesai dan beroperasi, proyek-proyek ini akan menghasilkan dampak ekonomi amat besar. Proyek-proyek ini akan menghasilkan imbalan besar bagi perekonomian Jepang,” tutur Wang Yi dalam konferensi pers bersama Menlu Pakistan Shah Mehmood Qureshi.
Kini, sembilan dari 22 proyek CPEC sudah selesai dikerjakan. Proyek-proyek itu telah menarik investasi 19 miliar dollar AS.
Wang menegaskan, 47 persen utang Pakistan berasal dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Ia juga menolak tuduhan CPEC tidak transparan mengingat setiap proyek sudah melewati penilaian memadai.
Menlu Pakistan Shah Mehmood Qureshi mengatakan, CPEC tetap menjadi prioritas bagi Pakistan. Ia menyatakan, Pakistan dan China terus fokus pada proyek-proyek pembangunan sosial ekonomi.
Wang dan Qureshi tidak membahas apakah China akan menyalurkan pinjaman tambahan untuk mengatasi krisis yang tengah dihadapi Pakistan. Defisit neraca pembayaran yang memburuk memaksa Pakistan mencari pinjaman dari IMF. Meskipun demikian, pemerintah Pakistan masih mempertimbangkan kemungkinan mencari tambahan utang dari China.
Soal utang IMF, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pernah memperingatkan Pakistan. Ia meminta Pakistan tidak memakai pinjaman IMF untuk membayar utang ke China. (REUTERS)