JAKARTA, KOMPAS — Badan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Badan Perfilman Indonesia mengadakan Forum Pendanaan Film Akatara 2018 di Jakarta pada 18-20 September 2018. Forum ini diharapkan bisa mendorong investasi perfilman Indonesia yang semakin baik.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan, Akatara merupakan bentuk dukungan pemerintah dalam menciptakan ekosistem perfilman nasional yang kuat. Dalam kesempatan ini, para sineas dipertemukan dengan calon pemodal untuk menjajaki kerja sama produksi film.
”Esensi dari kegiatan ini, kami (Bekraf) adalah \'Mak Comblang\'. Mempertemukan orang yang butuh pendanaan dengan orang yang ingin menginvestasikan dananya untuk sesuatu yang positif. Mudah-mudahan banyak yang bertemu jodohnya,” kata Triawan seusai pembukaan Akatara 2018, Selasa (18/9/2018).
Triawan menambahkan, industri perfilman Indonesia terus menunjukkan progres yang pesat. Jumlah penonton terus meningkat dari 76 juta dan 80 juta tiket pada 2014 dan 2015. Pada 2018, penjualan tiket mencapai 105 juta tiket sampai Agustus dan diestimasikan mencapai 157 juta tiket hingga Desember. Jumlah layar bioskop juga terus meningkat dari 1.100 layar pada 2015 menjadi 1.681 layar pada 2018.
Saat ini, 40 persen film yang diputar di bioskop adalah film nasional dan Triawan optimistis bisa menjadi 50 persen pada akhir tahun. Menurut dia, angka ini jauh lebih besar dibandingkan negara tetangga Australia yang hanya memutar satu persen film nasional.
”Tapi saya belum puas. Mudah-mudahan ke depannya bisa lebih berkembang lagi sehingga kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujarnya.
Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo menjelaskan, selain proposal produksi film, Akatara juga menerima proposal nonproduksi, seperti program sekolah film dan studio pascaproduksi. Jumlah proposal yang masuk 343 proposal, meningkat drastis dibandingkan tahun lalu yang hanya 90 proposal.
Proposal yang masuk ialah 281 proposal produksi film dan 62 proposal nonproduksi. Dari jumlah tersebut terpilih 48 proposal produksi film dan 8 proposal nonproduksi, ditambah 4 proyek film untuk Torino Lab.
Sol Amrida, sineas peserta Akatara 2018 dari Surabaya, senang bisa mengikuti kegiatan ini. Selain bisa bertemu calon investor dan pembuat film lainnya, dia bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman dari seminar yang digelar panitia.
Menurut Sol, pendanaan menjadi tantangan terberat sineas dalam memproduksi film. Dukungan dari pemodal dibutuhkan agar sineas bisa menghasilkan karya yang semakin baik.
Dia pun berharap proposal film panjang fiksi Tamu Keseribu yang mereka presentasikan bisa mendapatkan investor pada kesempatan ini.
”Salah satu harapan kita sepulang dari sini, minimal ada gambaran dapat investor,” ujar Sol. (YOLA SASTRA)