MARTAPURA, KOMPAS — Musim kemarau membuat air Sungai Martapura, Kalimantan Selatan, di bagian hilir Waduk Riam Kanan menjadi surut. Kondisi itu mengancam kegiatan budidaya ikan dalam keramba jaring apung di sepanjang aliran Sungai Martapura. Petani kadang merugi akibat kematian massal ikan.
Zainal (42), petani ikan di Desa Sungai Alang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, menuturkan, musim kemarau selalu menyulitkan kegiatan budidaya ikan dalam keramba jaring apung di Sungai Martapura. Air sungai yang surut membuat ikan sulit berkembang dan kerap memicu kematian ikan.
”Bulan lalu, pas lebaran haji (Idul Adha), kami merugi karena banyak ikan yang mati. Punya saya saja sekitar satu pikul atau 100 kilogram (kg). Sampai sekarang (kematian ikan) masih terjadi walau sudah tidak banyak lagi,” kata Zainal yang tengah memperbaiki keramba jaring apung saat ditemui di Sungai Alang, sekitar 60 kilometer dari Banjarmasin, Senin (17/9/2018).
Kematian massal ikan nila pada bulan lalu membuat Zainal mengalami kerugian Rp 2,8 juta dengan perhitungan harga 1 kg ikan nila saat itu Rp 28.000. ”Ikan yang mati umumnya sudah hampir siap panen,” ujarnya.
Kondisi serupa dialami Ahmad Sihabuddin (25), petani ikan lain di Desa Sungai Alang. Ikan nila miliknya yang mati bulan lalu juga sekitar 100 kg. ”Ikan yang mati umumnya sudah berbobot kira-kira 300 gram per ekor,” katanya.
Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Melati Desa Sungai Alang Muhammad Refki menyebutkan, total ikan yang mati pada bulan lalu lebih kurang 15 ton. Kematian massal pada ikan nila itu dipicu kurangnya oksigen dalam air sungai yang surut. Beberapa petani rugi besar karena ikan yang mati berkisar 1,5 ton hingga 2 ton.
”Budidaya ikan pada musim kemarau ini ibarat hidup segan mati tak mau. Bisa bertahan saja sudah bersyukur. Hasilnya memang tidak bisa diharapkan,” ujar Refki.
Berdasarkan pantauan Kompas, Senin (17/9/2018), Sungai Martapura di Desa Sungai Alang sudah sangat surut. Airnya jernih sehingga dasar sungai pun tampak. Sebagian dasar sungai di bagian tepi sudah kering. Kedalaman air di bagian tengah sungai atau di bagian terdalam hanya sekitar 1,5 meter. Padahal, dalam kondisi normal, kedalamannya mencapai 5 meter.
Meskipun air Sungai Martapura sudah sangat surut, menurut Refki, petani masih tetap bertahan dengan kegiatan budidaya ikan dalam keramba jaring apung. Untuk mencegah kematian massal, kepadatan ikan dalam keramba dikurangi, dari 12.000-15.000 ekor menjadi 6.000-8.000 ekor per keramba. Pemberian pakan yang biasanya 2-3 kali sehari dikurangi menjadi sekali sehari.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Perikanan Kabupaten Banjar Robby Azwar juga telah mengimbau petani ikan untuk mengurangi kepadatan ikan dalam keramba jaring apung selama musim kemarau untuk mencegah kematian massal. ”Petani juga diimbau untuk segera memanen atau memindahkan ikan jika keramba sudah menyentuh dasar sungai,” kata Robby.