Surabaya Jadi Finalis Kota yang Mampu Tingkatkan Kualitas Hidup Warga
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kota Surabaya, Jawa Timur, masuk menjadi salah satu dari 15 kota finalis penerima penghargaan Guangzhou International Award for Urban Innovation 2018. Surabaya menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang menjadi finalis penghargaan untuk kota yang dinilai memiliki inovasi dalam meningkatkan kualitas hidup warganya.
Surabaya akan bersaing dengan 14 kota lain di dunia untuk memperebutkan penghargaan yang disponsori United Cities and Local Governments (UCLG), the World Association of the Major Metropolises (Metropolis), dan kota Guangzhou, China. Penghargaan ini diadakan tiap dua tahun untuk mengenali inovasi yang dilakukan sebuah kota untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup warganya.
Selain Surabaya, 14 kota finalis Guangzhou Award adalah Santa Fe, Argentina; Sydney, Australia; Salvador, Brasil; Repentigny, Kanada; Wuhan, China; Yiwu, China; dan Santa Ana, Kosta Rika. Selanjutnya ada Milan, Italia; Guadalajara, Meksiko; Utrecht, Belanda; Kazan, Rusia; eThekwini, Afrika Selatan; Mezitli, Turki; dan New York, Amerika Serikat. Pemenang penghargaan ini akan diumumkan Desember mendatang.
”Surabaya sudah mengikuti Guangzhou Award hingga empat kali. Semoga yang keempat ini bisa menang,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Sabtu (15/9/2018), di Surabaya. Di ajang penghargaan itu, Surabaya menampilkan program ”Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk Surabaya yang Lebih Baik”.
Risma mengklaim volume sampah di Surabaya terus berkurang meskipun jumlah penduduk naik tiap tahun. Hal itu disebabkan warga ”Kota Pahlawan” aktif mengelola sampah untuk dimanfaatkan menjadi barang yang memiliki nilai.
Sampah-sampah itu dimanfaatkan dengan didaur ulang menjadi produk kerajinan tangan, pupuk kompos, alat pembayaran Bus Suroboyo, sumber pembangkit listrik, dan ditabung di Bank Sampah. Dengan demikian, volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Benowo pun bisa dikurangi.
Volume sampah yang dibuang ke TPA Benowo pada 2014 tercatat 1.441,62 ton. Volumenya terus berkurang menjadi 1.439,43 ton pada 2015, kemudian 1.433 ton (2016), lalu 1.417,6 ton (2017). Adapun jumlah penduduk selalu bertambah, yakni 3 juta jiwa pada 2014 dan naik menjadi 3,21 juta jiwa pada 2015. Lalu, bertambah menjadi 3,30 juta jiwa (2016) dan 3,34 juta jiwa (2017).
”Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis keluarga, sekolah, pondok pesantren, kampus, dan perkantoran,” ujar Risma yang kini menjadi Presiden UCLG Asia Pasifik tersebut.
Direktur Guangzhou Institute for Urban Innovation Nicholas You mengatakan, Surabaya masuk menjadi 15 finalis karena partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah sudah menjadi sebuah gerakan sosial. Hal ini tidak bisa dianggap remeh dan bisa menjadi contoh untuk kota-kota lain dalam pengelolaan sampah.
”Yang harus diapresiasi, meskipun populasi bertambah, jumlah limbah yang dihasilkan terus berkurang. Pengelolaan sampah menjadi salah satu model bisnis yang berkelanjutan,” ucapnya.
Nicholas menilai, Surabaya sudah mengadopsi praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Model yang digunakan menciptakan pasar ekonomi tersendiri bagi warga yang mengelola sampahnya dengan baik. Hal ini menjadikan partisipasi warga dalam mengelola sampah meningkat.
Menurut Risma, penghargaan bukan tujuan utama dalam memimpin Surabaya. Yang lebih penting adalah membuat masyarakat Surabaya sejahtera. Oleh karena itu, keikutsertaan Surabaya dalam beberapa ajang penghargaan tidak untuk mendapatkan pengakuan atau pujian, tetapi sebagai salah satu parameter dalam mengukur kinerja pemerintahan.
Dalam sebuah ajang penghargaan, ada persyaratan yang harus dipenuhi. Biasanya syarat itu adalah capaian dan kinerja dalam menyejahterakan warga. ”Kesejahteraan harus ada parameter terukur. Salah satu indikator pencapaian yang bisa digunakan ialah penghargaan. Ajang ini juga bisa mengukur posisi Surabaya di antara kota-kota besar dunia,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Humas Pemkot Surabaya, selama dua tahun terakhir Surabaya mendapat 10 penghargaan internasional. Beberapa di antaranya berkaitan dengan tata kota, yakni Predikat Special Mention dari Lee Kuan Yew World City Prize 2018, ASEAN Tourism Forum 2018, OpenGov Recognition of Excellence 2018, Global Green City 2018, dan Innovation for Happines 2017.