BOGOR, KOMPAS — Dalam sepekan sudah beberapa kali tawuran pelajar terjadi di Bogor, Jawa Barat. Yang terbaru adalah tawuran antara pelajar SMP Al Nur, Cibinong, dan SMP PGRI Pabuaran, Cibinong, pada Jumat (14/9/2018) sekitar pukul 17.00 WIB.
Kejadian tersebut merenggut nyawa Y (13), siswa SMP PGRI Pabuaran, Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Y meninggal akibat luka bacok pada leher bagian kiri. Ia dibacok oleh seorang siswa SMP Al Nur menggunakan celurit. Sebelum mengembuskan napas terakhir, Y dibawa oleh dua temannya menggunakan sepeda motor ke Rumah Sakit Trimitra, Cibinong, untuk mendapatkan pertolongan.
”Kemarin korban datang dengan dibonceng dua temannya. Sudah berlumur darah,” ujar Enny (62), pedagang soto yang berjualan di depan Rumah Sakit Trimitra, Sabtu (15/9/2018). Hal tersebut juga dikatakan beberapa pedagang lain. Tiga orang di antaranya bahkan membantu mengangkat korban ke Instalasi Gawat Darurat RS Trimitra.
Menurut Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar AM Dicky Pastika Gading, kejadian bermula ketika beberapa siswa SMP PGRI Pabuaran melintas di Jalan Cikaret, Cibinong.
”Mereka sedang lewat, kemudian diserang oleh sekelompok siswa dari SMP Al Nur,” kata Dicky saat dihubungi Kompas, Sabtu sore.
Kasus tersebut saat ini masih dalam penyelidikan Polres Bogor. Sudah ada beberapa orang, yang terdiri dari teman korban, saksi mata, dan pihak sekolah, yang diperiksa sebagai saksi.
Sebelumnya, pada hari itu ada tawuran antarpelajar lain di kawasan yang sama. Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 11.00 WIB. Menurut petugas keamanan RS Trimitra, satu pelajar terluka dalam tawuran Jumat siang itu.
”Kalau (kejadian) siang itu, (tawuran) antar-SMK. Cuma saya tidak tahu persisnya SMK mana. Korbannya dibawa ke sini (RS Trimitra), kena bacok di punggungnya,” ucap pria berusia 47 tahun yang tak ingin disebutkan namanya itu.
Dicky menambahkan, Rabu (12/9/2018), tawuran pelajar SMK juga terjadi. SV (15), pelajar sebuah SMK di Cileungsi, Bogor, tewas akibat luka bacok dalam tawuran yang terjadi dua hari sebelum tawuran Jumat itu.
Selain SV, kejadian tersebut juga menyebabkan FF (15) yang terkena bacok dirawat intensif di sebuah rumah sakit.
Tak boleh lengah
Tawuran di daerah Cibinong menurut penuturan warga sekitar memang sering terjadi. Tawuran bahkan dikatakan seperti sudah terjadwal.
”Setiap Jumat pasti ada saja anak sekolah yang tawuran. Saya memilih untuk menutup warung lebih awal kalau sudah begitu,” ujar Enny.
”Biasanya banyak polisi berseragam preman berjaga di sekitar sini karena pasti di sini tawurannya,” kata Indra (27), penjual siomay di sekitar RS Trimitra.
Hal tersebut dibenarkan oleh Dicky. Polisi sempat terkecoh. ”Kemarin kami patrolinya di sekitar lokasi tersebut, eh, malah mereka pindah lokasi,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan Kompas pada Sabtu siang di Jalan Raya Jakarta-Bogor Km 43, beberapa guru dari Yayasan Pendidikan Al Huda tampak mendampingi para siswanya keluar dari sekolah. Mereka ditunggui sampai semuanya berpencar. Ada yang masuk angkutan umum dan ada pula yang dijemput keluarga atau kerabat.
Tak lama kemudian, rombongan pelajar bersepeda motor berhenti di pinggir jalan tak jauh dari RS Trimitra. Lebih kurang 11 pelajar tersebut langsung mengeluarkan ponsel mereka dan tampak sibuk dengan benda tersebut. Melihat hal itu, dua petugas keamanan dari Yayasan Pendidikan Al Huda mendatangi dan membubarkan mereka.
Menurut Dicky, pihak sekolah dan orangtua harus bekerja lebih keras untuk mengawasi anak-anak mereka. Kegiatan pelajar di sekolah, lanjutnya, harus dibuat lebih padat sehingga siswa tidak lagi punya waktu untuk melakukan hal-hal negatif. Orangtua juga harus perhatian apabila anak belum di rumah saat sudah waktunya pulang sekolah.
Tawuran ini dapat dikatakan sudah seperti budaya. Kebiasaan nirfaedah tersebut terus-menerus dilestarikan dari waktu ke waktu. Bahkan, alumni yang seharusnya mewariskan hal-hal baik tak jarang ikut menjadi provokator tawuran. Hasutan dari alumni juga yang menjadi motif tawuran antarkelompok pelajar di beberapa tempat, salah satunya tawuran di Permata Hijau, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Menurut Dicky, orientasi siswa memilih sekolah saat ini juga sudah bergeser. ”Ada saja yang memilih sekolah karena sekolah tersebut terkenal sering tawuran, biar dianggap jagoan katanya,” ujar Dicky.
Polres Bogor akan merekomendasikan kepada dinas pendidikan agar sekolah-sekolah yang sering tawuran dievaluasi dam dicabut izinnya. (KRISTI DWI UTAMI)