ENDE, KOMPAS – Perpustakaan sekolah perlu dihidupkan dengan kegiatan yang menarik dan interaktif serta didukung dengan beragam buku bacaan anak yang sesuai kemampuan membaca anak. Dengan pengelolaan perpustakaan yang ramah anak, semakin banyak perpustakaan sekolah yang diminati para siswa.
Di sejumlah sekolah di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur yang mendapatkan program perpustakaan sekolah Taman Bacaan (TB) Pelangi berhasil membuat perpustakaan kembali diminati siswa. Bahkan, sekolah wajib menyelenggarakan jam kunjung perpustakaan untuk tiap kelas di tiap minggu yang diisi dengan aktivitas mendongeng, membaca, maupun menggambar yang dilakukan oleh guru kelas.
Guru Kelas 4 SD Inpres 14 Ende Siprianus Wendelinus Sesu, Jumat (14/9/2018), menggantikan guru kelas 2 yang berhalangan hadir, dalam kegiatan kunjung perpustakaan sebanyak 21 siswa kelas 2. Ketika diumumkan jam kunjung perpustakaan tiba, para siswa segera berhamburan dari ruang kelas ke ruang perpustakaan yang terletak di bagian depan sekolah. Ketika sampai di depan perpustakaan, para siswa mulai tertib karena harus melepaskan sepatu mereka. Namun, kembali para siswa bergegas untuk duduk di karpet biru sambil berkelompok di empat meja kayu dan sejumlah bantal duduk.
Siprianus mengisi jam kunjung perpustakaan dengan mendongeng dari salah satu buku bacaan anak. Sebelum mulai mendongeng, Siprianus memacing dengan sejumlah pertanyaan soal judul di buku guna membuat para siswa penasaran dengan isi cerita.
Para siswa nampak antusias menjawab pertanyaan guru mereka, bahkan saling berebut. Apalagi siswa umumnya sudah lancar membaca.
Siprianus tidak asyik membaca sendiri. Dia tetap memperhatikan siswa agar bisa fokus mendengarkan guru. Dia menaikkan dan menurunkan nada suara secara bergantian sesuai alur cerita. Terkadang dia meminta anak-anak untuk berpartispasi menirukan suara atau kata dalam cerita. Tak ketinggalan juga bertanya pada siswa untuk menguji pemahaman mereka pada isi cerita.
Usai kegiatan bersama, para siswa diberi waktu bebas untuk memilih buku yang hendak dibaca. Suasana perpustakaan sontak riuh karena siswa segera berhamburan ke beberapa rak untuk mencari buku yang ingin dibaca. Jika buku belum selesai di baca di perpustakaan, siswa boleh meminjam buku untuk dibawa pulang.
Ruangan menarik
Sejak Februari 2018, perpustakaan sekolah disulap menjadi ruangan yang menarik. Semua dinding perpustakaan dihiasi dengan berbagai tokoh kartun yang digemari siswa dengan cat warna-warni. Koleksi buku bacaan yang terdiri dari buku cerita, komik, hingga buku pengetahuan disesuaikan dengan enam level kemampuan membaca anak. Rak buku ditata dengan judul buku yang langsung menghadap ke siswa sehingga mudah menarik perhatian.
"Jam kunjung perpustakaan selalu ditunggu siswa. Jika guru lupa, siswa langsung mengingatkan dan tak sabar ke perpustakaan," ujar Siprianus.
Pustakawan SD Inpres 14 Ende, Erwin Musa, mengatakan selain jam kunjung perpustakaan yang berlangsung 35 menit tiap pertemuan. Selain itu, siswa bisa datang saat jam istirahat.
"Peminjaman buku meningkat drastis. Sebulan bisa 200-500 buku. Di saat istirahat, minimal 20 siswa dari berbagai kelas menghabiskan waktu dengan membaca buku," ujar Erwin.
Di SD Katolik Nangapanda 1, Kabupaten Ende, Pustakawan Sekolah Maria Tekla mengatakan, sebelum didukung TB Pelangi, perpustakaan sekolah jarang dikunjungi guru dan siswa. Banyaknya buku bacaan sumbangan pemerintah daerah hanya disusun ala kadarnya di rak buku. Perpustakaan sekolah pun jarang dibuka.
Dengan pengelolaan perpustakaan sekolah TB Pelangi, siswa menjadi bersemangat untuk datang ke perpustakaan. Ada 1.250 buku bacaan baru yang isinya jauh berbeda dengan sumbangan buku bacaan dari pemda.
"Siswa senang karena bukunya banyak bergambar. Mereka jadi tertarik. Para guru juga bisa mengarahkan siswa untuk membaca sesuai kemampuan membaca. Jika ada yang masih sulit baca, jam kunjung di perpustakaan jadi kesempatan untuk memberikan les baca bagi siswa dengan buku yang sesuai," kata Maria.
[caption id="attachment_8247426" align="alignnone" width="720"] Tim Taman Bacaan Pelangi mendampingi kegiatan siswa di perpustakaan SD KatolikNangapanda 1 di Kabupaten Ende. Perpustakaan sekolah Taman Bacaan Pelangi ke-100 ini bagian dari perpustakaan sekolah ramah anak di kawasan Indonesia Timur yang didukung Taman Bacaan Pelangi.[/caption]
Pendiri Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil, mengatakan, awalnya TB Pelangi didirikan di rumah warga di kampung-kampung pelosok di wilayah Indonesia Timur yang sulit mendapatkan akses buku bacaan anak usia SD.
"Dalam perjalanan pendirian perpustakaan TB Pelangi hingga ke-100 dipindahkan ke sekolah. Sebab, banyak perpustakaan sekolah yang tidak dikelola dengan baik sehingga jadi tempat yang dihindari siswa. Padahal dengan banyak membaca buku cerita yang asyik, minat baca dan kebiasaan membaca siswa bisa tumbuh. Hal ini dapat mendorong prestasi belajar siswa," ujar Nila.
Tiap sekolah yang didukung dengan pendirian perpustakaan TB Pelangi bukan hanya diberikan bantuan pengelolaan perpustakaan yang baik, serta koleksi buku yang sesuai. Pihak sekolah harus bersedia mengadakan jam kunjung perpustakaan dengan variasi kegiatan yang dapat merangsang minat siswa. Pustakawan dan guru sekolah mendapat pelatihan dan pendampingan minimal setahun untuk dapat secara berkesinambungan mengelola perpustakaan sekolah ramah anak secara mandiri.