Lanal Lhokseumawe Tangkap Kapal Pembawa 67 Kg Sabu, Dua Pengedar Kabur
Oleh
Nikson Sinaga
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Petugas Pangkalan TNI Angkalan Laut Lhokseumawe, Aceh, menangkap kapal cepat (speedboat) yang membawa 67,4 kilogram sabu di perairan Kabupaten Aceh Tamiang, Kamis (13/9/2018). Dua pengedar melarikan diri. Namun, paspor yang diduga milik kedua pengedar itu ditemukan di kapal.
”Kami mengaktifkan kembali seluruh Pangkalan dan Pos TNI AL untuk menjaga pesisir pantai timur Sumatera dari barang selundupan. Kami juga meningkatkan penjagaan di Selat Malaka dan Selat Singapura dengan patroli KRI (kapal perang Republik Indonesia),” kata Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda Yudo Margono di Pangkalan Utama TNI AL I Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (14/9).
Yudo mengatakan, penangkapan itu bermula dari informasi masyarakat yang menyebutkan akan ada penyelundupan sabu dengan kapal cepat dari Pulau Penang, Malaysia, ke Aceh Tamiang. Tim Lanal Lhokseumawe pun langsung memantau Alur Kuala Peunaga yang merupakan jalur masuk kapal ke Aceh Tamiang.
Setelah melakukan pemantauan beberapa hari, mereka pun menemukan sebuah kapal cepat berbahan kayu berlapis fiber melintas di Alur Kuala Peunaga. Petugas lalu meminta kapal tersebut berhenti.
Namun, kapal berkekuatan 200 PK (daya kuda) dengan panjang sekitar 6 meter itu malah tancap gas. ”Petugas kami lalu melepaskan tembakan peringatan. Mereka pun langsung menepi lalu melarikan diri,” kata Yudo.
Petugas pun menggeledah kapal tersebut dan menemukan sabu yang disimpan dalam tiga tas besar. Sabu dikemas masing-masing 1 kg dalam kemasan teh. Di dalam kapal juga ditemukan dua paspor atas nama Maman Nurmansyah dan Saat Muhammad, warga Kota Langsa, Aceh. Dari paspornya diketahui bahwa kedua orang tersebut sudah beberapa kali masuk ke Malaysia.
Untuk mengejar dua pengedar itu, aparat TNI AL bekerja sama dengan kepolisian setempat. Petugas pun sudah mengantongi identitas kedua pelaku. Barang bukti sabu tersebut pun selanjutnya akan diserahkan kepada Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumut untuk proses penyelidikan lebih lanjut.
Yudo mengatakan, mereka memperketat penjagaan di pantai timur Sumatera juga untuk mencegah barang selundupan lainnya, seperti minuman keras, rokok, bahan bakar minyak, pakaian bekas, dan alat elektronik, masuk ke Indonesia.
Pantai timur Sumatera selama ini menjadi pintu masuk utama narkotika ke Indonesia.
”Dalam sepekan ini, kami berhasil menggagalkan barang selundupan masuk ke Indonesia dengan nilai sekitar Rp 250 miliar,” kata Yudo.
Yudo menjelaskan, pekan ini mereka menggagalkan penyelundupan 5.000 ton bahan bakar minyak ke Batam, 1.200 botol minuman keras ke Tanjungbalai Karimun, dan 250 kotak besar rokok ke Dumai.
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumut Brigadir Jenderal (Pol) Marsauli Siregar mengatakan, pantai timur Sumatera selama ini menjadi pintu masuk utama narkotika ke Indonesia. Lebih dari 90 persen narkotika yang beredar diIndonesia masuk dari pantai timur Sumatera.
”Sinergi antar instansi dalam menjaga perbatasan menjadi sangat penting mengingat garis pantai timur Sumatera sangat panjang,” katanya.