JAKARTA, KOMPAS—Perguruan tinggi perlu menyesuaikan kurikulum dengan revolusi industri 4.0. Ini dapat dilakukan dengan mengembangkan kemampuan digital mahasiswa maupun pengajar, serta mengirim mahasiswa untuk belajar di lingkungan industri untuk magang.
Dalam sebuah seminar nasional yang diadakan LPPM STIKOM InterStudi, Kamis (13/9/2018), Sekretaris LLDIKTI Wilayah III Jakarta Samsuri mengatakan, kurikulum perguruan tinggi perlu disesuaikan dengan kebutuhan industri masa depan yang telah bertransformasi secara digital. Karena itu, program studi apa pun perlu meningkatkan literasi data dan keahlian komputer.
“Kurikulum perguruan tinggi, jurusan apa pun, perlu mengajarkan mahasiswa membaca data dalam bentuk big data. Harapannya, mahasiswa dapat memecahkan masalah dengan berbagai variabel. Ini juga perlu didukung oleh komputerisasi dalam proses belajar-mengajar,” kata Samsuri.
Di samping itu, mahasiswa juga perlu mengembangkan kemampuan membangun jaringan sosial. Sebab, kata Samsuri, mahasiswa perlu diarahkan berwirausaha sesuai dengan kebutuhan industri masa depan. Ini telah dibuktikan dengan semakin maraknya produk dan layanan yang dapat diperoleh dari aplikasi ponsel pintar.
Kurikulum perguruan tinggi, jurusan apa pun, perlu mengajarkan mahasiswa membaca data dalam bentuk big data. Harapannya, mahasiswa dapat memecahkan masalah dengan berbagai variabel. Ini juga perlu didukung oleh komputerisasi dalam proses belajar-mengajar
Kepala Departemen Pembelajaran dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Metro TV Setiawan Wibisono menegaskan pentingnya kemampuan membangun jaringan sosial melalui komunikasi. Mahasiswa sering kali kesulitan dalam komunikasi karena kurangnya peraktik soft skill di perguruan tinggi.
“Kampus mengenalkan soft skill pada mahasiswa, tetapi selalu kesulitan dalam implementasi. Misalnya, dalam hal berkomunikasi dengan rekan kerja dan pimpinan. Karena itu, di beberapa kampus di Jawa dan Sumatera, kami mengadakan program magang,” kata Setiawan.
Setiawan berharap, industri dan perguruan tinggi dapat bersinergi menciptakan tenaga kerja yang memiliki kemampuan teknis serta soft skill yang sama-sama baik. Saat ini, terdapat sekitar 20 mahasiswa yang magang di Metro TV. Mereka bekerja di bidang penyiaran, desain komunikasi visual, media sosial, promosi digital, produksi program, serta dukungan grafis dan teknologi informasi.
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung Engkus Kuswarno mengatakan, perguruan tinggi juga perlu memerhatikan peralihan generasi di kalangan mahasiswa, dari generasi terdahulu ke generasi milenial. Generasi milenial cenderung ingin bereksperimen dan berinovasi. Karena itu, setiap program studi perlu memperjelas, profesi-profesi apa yang dapat dikerjakan oleh lulusan.
Perguruan tinggi juga perlu memerhatikan peralihan generasi di kalangan mahasiswa, dari generasi terdahulu ke generasi milenial. Generasi milenial cenderung ingin bereksperimen dan berinovasi.
“Setiap jurusan harus memperjelas profil dan kompetensi khususnya sehingga para pelajar tahu pekerjaan apa yang akan dikerjakannya setelah lulus. Ini perlu dipadukan dengan kajian-kajian yang dilakukan, kemudian dimasukkan ke dalam paket-paket mata kuliah agar nantinya sesuai kebutuhan industri,” kata Engkus.
Direktur Teknologi Informasi Kompas Gramedia Hardanto Subagyo menekankan pentingnya menguasai digitalisasi informasi di dalam industri saat ini. Sebab, revolusi industri 4.0 tidak hanya mencakup otomatisasi, tetapi juga memproses informasi di dunia fisik yang dijadikan data digital secara real time dalam proses penyediaan barang dan jasa.
Revolusi industri 4.0 tidak hanya mencakup otomatisasi, tetapi juga memproses informasi di dunia fisik yang dijadikan data digital secara real time dalam proses penyediaan barang dan jasa.
Ini terlihat dalam layanan peta daring yang dapat mendeteksi posisi seseorang dan memberikan informasi lainnya seperti rekomendasi restoran. “Ini dapat mempercepat proses pembuatan kebijakan, sehingga dituntut adanya informasi yang tepat. Produsen akan dibantu data dalam penjualan,” kata Hardanto.
Digitalisasi industri akan membantu manfaat untuk berkembang dalam operasi dan pertumbuhan pendapatannya. Secara operasional, perusahaan dapat meningkatkan utilitas lebih banyak aset dan produktivitas karyawan.
Pertumbuhan pendapatan juga dimungkinkan dari berbagai sumber pendapatan baru, misalnya melalui kerja sama dengan perusahaan lain dalam iklan yang muncul sebagai pop-up di aplikasi daring layanan.
Kurikulum
Terkait kurikulum 4.0, Engkus mengatakan, perguruan tinggi dapat memanfaatkan sistem perkuliahan jarak jauh (PJJ). Syaratnya, program studi tersebut perlu mendapatkan akreditasi A. Perguruan tinggi juga perlu dilengkapi infrastruktur internet yang memadai.
“Kalau dosennya mengajar di Jakarta, mahasiswanya bisa berada di Aceh sampai Papua, dan mereka terhubung secara real time di jam tertentu,” ujar Engkus.
Di samping itu, kompetensi pengajar juga perlu ditingkatkan melalui penelitian yang tidak hanya menghasilkan laporan penelitian. “Skema penelitian perguruan tinggi perlu menciptakan proptipe produk yang sudah diuji coba dan bisa mendapatkan hak intelektual,” kata Samsuri.
Dari sisi pengembangan riset, dosen dapat membuat rencana bisnis yang kemudian dikembangkan dengan bersinergi dengan perusahaan. Ini dapat membantu proses penyempurnaan produk dengan feasilibility study atau uji kelaikan hingga peluncuran ke pasar. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)