Kacang Mete Tak Lagi Dihidangkan di Pesawat Setelah Presiden Murka
Oleh
Myrna Ratna
·2 menit baca
Maskapai penerbangan nasional Sri Lanka, Srilankan Airlines, tidak lagi menghidangkan kacang mete setelah Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena marah besar karena dirinya disuguhi kacang mete dalam penerbangan pulang dengan pesawat Srilankan Airlines ke Colombo dari Kathmandu, Nepal.
”Ketika pulang dari Kathmandu, saya disuguhi kacang mete. Rasanya begitu buruk. Saya yakin, anjing saja tak akan mau memakannya,” kata Sirisena kepada para petani yang ditemuinya di Sri Lanka.
Ia kemudian memerintahkan agar layanan pemberian kacang mete bagi penumpang pesawat dihentikan. ”Saya ingin tahu siapa yang memberikan wewenang untuk membeli kacang seperti itu,” kata Sirisena.
Masih belum jelas apakah yang membuat sang presiden itu murka karena jenis kacangnya atau ia kebetulan memperoleh kacang yang kondisinya buruk. Namun, juru bicara Srilankan Airlines menyebutkan, pihaknya kini telah menghilangkan menu kacang mete dalam pelayanan bagi penumpang khusus kelas bisnis.
Ketika pulang dari Kathmandu, saya disuguhi kacang mete. Rasanya begitu buruk. Saya yakin, anjing saja tak akan mau memakannya.
Kisah kacang yang membuat penumpang marah bukan pertama kali ini terjadi. Pada 2014, seorang perempuan kaya Korea Selatan memerintahkan agar pesawat Korean Air kembali ke bandara untuk mengeluarkan seorang pramugari yang memberikan sekantong kacang macadamia. Kacang itu masih berada dalam bungkus plastiknya dan bukan ditaruh di atas piring.
Heather Cho, anak perempuan dari pemimpin perusahaan Korean Air, kemudian dikenai tuduhan telah melanggar keselamatan pesawat. Ia sempat dipenjara selama beberapa bulan, tetapi kemudian dibebaskan karena penangguhan hukuman saat banding.
Bangkrut
Srilankan Airlines, menurut BBC, saat ini dililit utang 770 juta poundsterling. Perusahaan ini dalam beberapa tahun terakhir juga dirundung sejumlah tuduhan korupsi dan saat ini berada di bawah penyelidikan komisi khusus.
Bulan lalu, Colombo berupaya keras mencari investor untuk menanamkan modal di perusahaan penerbangan nasional ini, menyusul peringatan dari Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa Srilankan Airlines telah membuat perekonomian negara makin terpuruk.
Upaya untuk melakukan swastanisasi tahun lalu gagal setelah sebuah perusahaan swasta AS membatalkan tawaran untuk membeli 49 persen saham Srilankan Airlines.
Sebetulnya Srilankan Airlines sempat memberikan keuntungan. Namun, Presiden Mahinda Rajapakse pada 2008 membatalkan kesepakatan kerja sama dengan manajemen Emirates akibat perselisihan pribadi.
Rajapakse kemudian memberhentikan CEO Srilankan Airlines dan menggantinya dengan besannya sendiri, Nishanta Wickremasinghe, untuk memimpin perusahaan itu. Wickremasinghe saat ini dituduh melakukan korupsi dan kesalahan pengelolaan. (AFP)