WASHINGTON, SELASA Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berpeluang bertemu lagi. Peluang ini muncul setelah Kim menyurati Trump.
”Tujuan utama surat ini menjadwalkan pertemuan dengan presiden. Kami sangat terbuka (dengan usulan pertemuan) dan sedang dikoordinasikan,” ujar juru bicara Kepresidenan AS, Sarah Sanders, Senin (10/9/2018), di Washington DC, AS.
Ia belum bisa memastikan kapan dan di mana Trump serta Kim akan kembali bertemu. ”Kami akan memberi tahu jika ada perkembangan lebih lanjut,” kata Sanders.
Trump dan Kim bertemu pada Juni 2018 di Singapura. Setelah pertemuan ini, Korut melakukan sejumlah hal yang dinyatakan sebagai bentuk itikad baiknya.
Pyongyang antara lain menghancurkan salah satu tempat
uji coba nuklir dan peluncuran rudal. Korut juga memulangkan sisa jenazah prajurit AS yang tewas dan terkubur di wilayah Korut selama Perang Korea 1950-1953.
Namun, Korut dan AS beberapa kali pula saling berkomentar keras. Keadaan melunak setelah Trump menerima surat dari Kim.
Pekan lalu, Trump mengumumkan sedang menanti surat dari Kim. ”Saya tahu sepucuk surat sedang dikirimkan kepada saya. Surat pribadi Kim Jong Un kepada saya, yang diserahkan di perbatasan (Korea Utara dengan Korea Selatan). Saya pikir itu surat yang positif,” ujarnya.
Komitmen Korea
Surat dari Kim menunjukkan komitmen negara yang dipimpinnya untuk meneruskan denuklirisasi Semenanjung Korea. ”Suratnya sangat hangat, sangat positif,” kata Sanders.
Surat itu dinyatakan sebagai bukti lanjut atas kemajuan hubungan Washington dengan Pyongyang. ”Kami pikir hal ini penting dan kami senang ada kemajuan,” ujarnya seraya menyebut Trump berhak mendapat pujian karena mengusahakan para pihak berdialog.
”Pada akhirnya, hal yang terbaik adalah membuat kedua pemimpin mau duduk bersama,” kata Sanders.
Ia juga mengapresiasi pilihan Korut saat menggelar parade militer dalam rangka peringatan hari jadi ke-70, Minggu (9/9). ”Untuk pertama kalinya, parade tidak tentang persenjataan nuklir,” ujar Sanders.
Tergantung denuklirisasi
Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan, AS membuka kemungkinan dialog lebih lanjut dengan Korut. Trump dinyatakan membuka pintu untuk hal itu. Namun, AS tetap menunggu langkah lanjutan Korut untuk denuklirisasi Semenanjung Korea.
”Kami menunggu mereka. Peluang pertemuan lanjutan kedua pemimpin jelas ada. Namun, Presiden Trump tidak bisa membuat Korut melewati pintu yang dibukanya. Mereka yang harus melangkah untuk denuklirisasi dan itu yang kami tunggu,” kata Bolton.
Bolton menjelaskan, pertemuan Trump-Kim pada Juni bertujuan menghilangkan persenjataan nuklir dari Semenanjung Korea. Kim setuju melakukan itu. Bahkan, Kim dinyatakan mengungkapkan kepada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bahwa denuklirisasi akan tuntas dalam setahun.
”Jika mereka mau denuklirisasi, seperti komitmen di Singapura, mereka akan mempunyai kehidupan yang sangat berbeda di Korut,” kata Bolton.
Juru bicara Moon Jae-in, Kim Eui-kyeom, menyebut Trump meminta Moon menjadi juru runding Washington-Pyongyang. ”Untuk mendorong kami terus maju mengungkap persenjataan nuklir Korut, pemimpin Korut dan AS harus membuat keputusan penting. Korut harus menghancurkan program nuklir dan AS membuat kebijakan yang mendukung hal itu,” ujarnya.