JAKARTA, KOMPAS — Maraknya penyelundupan narkoba melalui paket pengiriman mendorong pihak penyedia jasa pengirim untuk terus memperketat pemeriksaan terhadap barang yang dikirim. Namun, para pelaku pengedar narkoba tersebut selalu berusaha mengelabui petugas menggunakan berbagai modus.
Dari Januari hingga awal Agustus 2018 terdapat tujuh kasus pengiriman paket berisi narkotika menggunakan jasa PT Pos Indonesia yang digagalkan tim gabungan petugas Direktorat Jenderal Bea Cukai Kantor Wilayah Jakarta, PT Pos Indonesia Regional IV Jakarta, dan Polda Metro Jaya. Petugas pun menyita barang bukti berbagai jenis narkotika, seperti 719,8 gram sabu, 50.000 butir ekstasi, 30.000 butir happy five, 4 kilogram daun khat, dan 4 kilogram ketamine.
Dari kasus ini petugas menangkap 18 tersangka yang berperan sebagai penerima barang atau transitor. Barang-barang itu pun dikirim dari sejumlah negara, seperti Belanda, India, Etiopia, dan Taiwan.
Vice President Proses dan Trasportasi Direktorat Kurir dan Logistik PT Pos Indonesia Farius MP, Selasa (11/9/2018) di Jakarta, mengatakan, untuk mencegah maraknya peredaran narkoba melalui paket kiriman, PT Pos Indonesia memiliki prosedur untuk memeriksa isi kiriman. Setiap calon pelanggan pun wajib menunjukkan isi paket yang akan dikirim di depan petugas.
”Kalau kami ragu, barang itu kami minta untuk dibuka. Dan jika ada yang mencurigakan, kiriman tersebut ditahan dan dilaporkan ke polisi,” katanya.
Paket yang dicurigai berisi barang-barang haram itu dapat diketahui dari alamat penerima paket yang disamarkan. Petugas pun kesulitan mengantar paket tersebut karena tidak disebutkan secara rinci alamat penerima kiriman.
Vice President of Marketing JNE Eri Palgunadi mengatakan, JNE sebagai bagian dari Asosiasi Perusahan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) berkomitmen membangun kerja sama dengan pihak kepolisian dan Badan Narkotika Nasional (BNN) mendukung program pemerintah dalam memerangi narkoba.
Bentuk dukungan dilakukan dengan menerapkan prosedur pemeriksaan terhadap seluruh paket kiriman. Salah satu caranya membuka paket itu di depan pelanggan.
”JNE juga menyediakan X-ray di sorting centre sebelum barang diserahkan ke petugas bandara. JNE juga memasang alat-alat pengamanan seperti CCTV. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akan mempermudah proses investigasi,” katanya.
Masih lolos
Eri menambahkan, meski pengamanan telah dilakukan secara maksimal dan sesuai prosedur, masih ada yang lolos. Dari sejumlah paket yang digagalkan, narkoba disisipkan di barang kiriman.
”Misalnya pengirim mengaku bahwa barang kiriman adalah makanan. Setelah diperiksa, ternyata ada sisipan mencurigakan di antara makanan tersebut,” katanya.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jakarta Oentarto Wibowo dalam konferensi pers pengungkapan penyelundupan narkotika melalui kantor pos di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (10/9/2018) siang, mengatakan, petugas telah berupaya maksimal dalam memeriksa paket-paket kiriman itu.
Namun, para pelaku selalu memiliki cara-cara baru untuk dapat mengelabui petugas. Misalnya, pada 25 Juni terdapat kiriman paket melalui pos yang berasal dari India. Paket itu berisi mesin pompa air. Setelah diperiksa petugas, di dalam mesin pompa air itu ditemukan sabu seberat 319,8 gram.
Kasus lain terjadi pada 9 Agustus saat petugas mencurigai paket kiriman dari Belanda yang berisi snack. Setelah petugas melakukan pemeriksaan melalui uji laboratorium, diketahui snack itu dicampur serbuk yang mengandung ketamine dengan berat 2 kilogram.
Modus yang dilakukan untuk mengelabui petugas ini, kata Wibowo, sering kali lolos dari pemeriksaan petugas. Namun, pihaknya akan terus bekerja sama untuk memperketat pemeriksaan terhadap setiap paket kiriman dari luar negeri.
”Barang-barang yang lolos itu jadi bahan evaluasi kami agar pengamanan lebih ditingkatkan,” ucapnya.
Selain itu, Kepala PT Pos Indonesia Regional IV Jakarta Onni Hadiono mengatakan, untuk mencegah peredaran narkoba dari luar negeri, pihaknya akan bekerja sama dengan Badan Pos Dunia. Lembaga itu diharapkan berperan untuk mengingatkan kantor-kantor pos di luar negeri untuk lebih teliti sebelum barang dikirim ke Indonesia.
PT Pos juga mengawasi paket kiriman dari luar dengan mempelajari basis data yang dimiliki. ”Kami punya data orang-orang tertentu di Indonesia yang sering mendapat kiriman dari luar,” katanya. (STEFANUS ATO)