Ketatnya Kunjungan ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Rusia
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F09%2FIMG_20180911_133937-1-1.jpg)
Foto ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dioperasikan Rosatom, perusahaan penyedia listrik milik Rusia. Foto ini diambil dari sampul buku profil Rosatom. Ketatnya persyaratan kunjungan ke lokasi PLTN di Voronezh, Rusia, menyebabkan Kompas tak leluasa mengambil gambar.
Bersama empat media nasional di Jakarta, Kompas berkesempatan mengunjungi salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir di Rusia, tepatnya di Voronezh, Jumat (7/9/2018). Ketatnya persyaratan kunjungan ke pembangkit tersebut terasa sejak di Jakarta sebelum bertolak ke Rusia. Semua serba dibatasi, termasuk pemotretan.
Beberapa hari sebelum pemberangkatan dari Jakarta, Kompas sudah diminta menyerahkan daftar pertanyaan kepada jajaran direksi Rosatom selaku pengelola pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang hendak dikunjungi itu. Rosatom ibarat PLN-nya Rusia. Sebelum kunjungan ke PLTN di Voronezh pada Selasa (4/9/2018) diagendakan pertemuan dengan jajaran direksi Rosatom.
Selain menyerahkan daftar pertanyaan, Kompas diminta mendaftarkan peralatan kerja yang hendak dibawa, seperti telepon seluler dan kamera. Identitas lengkap alat kerja harus disertakan, yaitu nomor seri barang dan jenis peralatan. Kepada pihak Rosatom, Kompas mendaftarkan telepon seluler Samsung Galaxy A8 plus dan kamera GoPro Hero4. Tak ketinggalan pula nomor seri kedua barang tersebut.
Sayangnya, hanya beberapa jam dari jadwal pertemuan dengan direksi Rosatom di Moskwa, ibu kota Rusia, sesi pertemuan dengan wartawan mendadak dibatalkan. Tak ada alasan jelas kenapa agenda itu urung dilaksanakan. Pertemuan dengan direksi Rosatom hanya diikuti dua anggota direksi PLN, rektor dan wakil rektor dari tujuh universitas di Indonesia, serta tujuh akademisi dan pemerhati sektor ketenagalistrikan. Rombongan jurnalis akhirnya menghabiskan waktu ke Lapangan Merah, yang kebetulan berjarak hanya sepelemparan batu dari hotel tempat menginap.
Akhirnya, jadwal kunjungan ke Voronezh tiba. Perjalanan itu ditempuh selama 2 jam dengan pesawat terbang dari Moskwa. Pada Jumat subuh (sekitar pukul 03.30 waktu setempat), rombongan sudah meninggalkan hotel menuju bandara. Sekitar pukul 08.00 pesawat mendarat di Bandara Voronezh.
Perjalanan berikutnya menuju lokasi PLTN ditempuh dengan bus sekitar 45 menit. Selama di dalam bus, rombongan (direksi PLN, rektor, akademisi, pemerhati ketenagalistrikan, serta jurnalis, yang semuanya berjumlah 27 orang) diberikan daftar aturan-aturan yang harus dipatuhi selama di lokasi PLTN. Aturan ditulis pada tiga lembar kertas yang harus ditandatangani.
Peraturan berubah-ubah
Setiba di area PLTN, kami memasuki ruang pertemuan untuk mendengarkan pemaparan direksi Rosatom. Pengunjung hanya diizinkan membawa paspor. Selain paspor, seluruhnya ditinggalkan di dalam bus. Pihak Rosatom menjamin keamanan barang-barang bawaan rombongan di dalam bus. Paspor digunakan untuk pemeriksaan oleh petugas keamanan dengan melewati pintu pendeteksi logam. Nama pada paspor harus sesuai dengan daftar nama yang dipegang petugas.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F09%2FIMG_20180911_173942.jpg)
Deputy Chief Engineer for Personal Training on Novovoronezh NPP Lobanov Vladimir (kiri), saat memberikan penjelasan di ruang pelatihan operator PLTN di Voronezh, Rusia.
Seusai paparan selama hampir sejam, berikut tanya jawab singkat, rombongan dibagi menjadi tiga grup. Seluruh jurnalis dari Indonesia terkumpul dalam satu grup. Rombongan jurnalis ditemani tiga anggota staf Rosatom, dua perempuan dan satu laki-laki. Ada tiga lokasi yang akan dikunjungi, yaitu lokasi luar yang bisa memandang seluruh area PLTN, tempat pelatihan operator PLTN, dan ruang kontrol PLTN.
Sebelum perjalanan tur dimulai, mendadak ada pemberitahuan terbaru dari Rosatom. Telepon seluler dilarang untuk dibawa alias harus ditinggalkan di mobil. Hanya kamera yang didaftarkan yang diizinkan dibawa. Satu-satunya kamera GoPro Kompas yang pada akhirnya bisa dibawa meskipun pemakaiannya sangat terbatas. Kamera itu ibarat penyelamat karena menjadi satu-satunya kamera yang bisa dibawa rombongan.
Di titik pertama, yaitu lokasi di area untuk melihat kompleks PLTN secara menyeluruh, kami dilarang memotret. Kamera GoPro pun ”nganggur”. Padahal, pemandangan dari titik tersebut sangat menarik diabadikan.
Ada bangunan khas PLTN, yaitu ”cerobong asap” raksasa yang menyempit di bagian tengah dan melebar lagi di bagian atasnya, tiang-tiang transmisi berikut juntaian kabelnya, serta bangunan reaktor nuklir. ”Cerobong asap” itu adalah menara pendingin dan asap yang dihasilkan sejatinya adalah uap air. Di titik itu kami berbincang dengan Vitkovskiy Serghey, Deputy Chief Engineer for Construction on Novovoronezh Nuclear Power Plant atau Novovoronezh NPP.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F09%2FIMG_20180911_174009.jpg)
Gambar bagian ruang mesin turbin di Novovoronezh NPP, PLTN yang dioperasikan Rosatom, di Vonorezh, Rusia.
Aturan lebih longgar akhirnya kami dapatkan di pusat pelatihan operator Novovoronezh NPP, demikian nama PLTN tersebut. Kami ditemui dan mendapat penjelasan dari Deputy Chief Engineer for Personal Training on Novovoronezh NPP Lobanov Vladimir. Di ruangan yang mirip dengan ruang kuliah, serta laboratorium komputer, itu kami dibebaskan memotret dengan telepon seluler. Seperti Serghey, Vladimir dengan ramah dan telaten menjawab seluruh pertanyaan rombongan.
Ibarat dikurung
Titik terakhir kunjungan, yaitu ruang kontrol dan ruang mesin turbin Novovoronezh NPP, adalah yang paling ketat. Setiba di lobi, kami mengalami pemeriksaan badan dengan menggunakan pendeteksi logam. Di situ, aroma militer sangat terasa. Sebagai salah satu obyek vital nasional, lokasi tersebut dijaga oleh militer dari angkatan darat Rusia.
Setelah dipastikan tidak membawa barang terlarang, kami memasuki bilik pemeriksaan dari kaca. Di situ, paspor diserahkan kepada tentara yang bertugas untuk dicocokkan dengan daftar nama di tangan mereka. Selama itu pula, kami ibarat dikurung di bilik yang ukurannya mirip boks telepon umum. Pintu hanya bisa dibuka dan ditutup oleh petugas pemeriksa.
Keluar dari bilik pemeriksaan, setiap orang kembali diperiksa dengan menggunakan pendeteksi logam. Itu adalah pemeriksaan terakhir. Prosedur yang sama kembali diulang saat kami hendak meninggalkan lokasi tersebut.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F09%2FIMG_20180911_174032.jpg)
Gambar bagian ruang mesin turbin di Novovoronezh NPP, PLTN yang dioperasikan Rosatom, di Vonorezh, Rusia.
Sebelum memasuki ruang kontrol dan ruang turbin, seluruh rombongan dibekali jaket lapangan dan mengenakan helm kerja. Berikutnya, kami dibawa masuk ke ruang kontrol PLTN. Puluhan layar komputer berisi diagram dan tabel berbahasa Rusia mengalir di bawah pengawasan lima petugas di ruangan tersebut. Di situ, kami disambut Gridnev Roman, Senior Head of Shift of Novovoronezh NPP.
Roman mengajak kami menatap salah satu layar komputer yang menampilkan gambar reaktor nuklir yang merupakan inti dari PLTN tersebut. Namun, tak sampai 5 detik menatap layar, kami sudah diminta berpaling. Selanjutnya, Roman bertutur panjang lebar mengenai tugas dan tanggung jawab petugas di ruang kontrol tersebut.
Seluruh rangkaian proses PLTN dipantau di ruangan itu. Segala kejanggalan operasi akan diketahui dan segera diatasi lewat ruangan tersebut. Di ruangan tak bersekat dengan luas kira-kira 70 meter persegi itu terdapat tak kurang dari 12 kamera pemantau yang tersebar di langit-langit ruangan.
Terakhir, kami memasuki ruang mesin turbin. Di ruangan itu terasa panas. Keringat meleleh selama 15-20 menit di dalam ruang yang bising tersebut. Di situ, kami diizinkan memotret dengan menggunakan satu-satunya kamera rombongan, GoPro Hero4.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F09%2F20180912_100532.jpg)
Rombongan jurnalis asal Indonesia, termasuk harian Kompas, berpose bersama staf Rosatom di halaman luar kompleks Novovoronezh NPP, Voronezh, Rusia.
Kendati serba terbatas, kunjungan ke PLTN tersebut memberikan pengalaman baru. Pasalnya, di Indonesia belum ada PLTN yang dibangun. Pemanfaatan nuklir untuk pembangkit listrik di Indonesia masih kontroversial meski ada peluang dan hal itu sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam peraturan itu, pemanfaatan nuklir untuk pembangkit listrik dijadikan pilihan terakhir.
Teknologi nuklir adalah persoalan daya saing suatu bangsa. Nuklir tak melulu urusan senjata pemusnah massal. Indonesia sudah lama memanfaatkan teknologi nuklir untuk bidang kesehatan atau pertanian. Penguasaan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik tidak ada salahnya dikuasai.