Suasana SDN 02 Ciater, Tangerang Selatan, Banten. Sekolah ini akan segera dibongkar dan dibangun gedung baru yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013.
JAKARTA, KOMPAS – Memasuki tahun kelima pelaksanaan Kurikulum 2013, guru-guru masih banyak yang tertatih mengikutinya. Minimnya anggaran pendidikan mengakibatkan pelatihan guru beserta capaiannya tidak bisa berjalan secara optimal.
Salah satu ciri pembelajaran dalam Kurikulum 13 (K13) adalah pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student centred learning). Umumnya, sekolah masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas tinggi seperti kelas V, VI, VIII, dan IX. Sedangkan K13 baru diterapkan di kelas-kelas rendah.
Guru-guru banyak yang belum mengikuti pelatihan K13 sehingga belum memiliki pemahaman mendalam mengenai landasan filosofis maupun penerapan pembelajaran aktif yang berpusat kepada siswa. Guru-guru yang telah mengikuti pelatihan pun umumnya baru dua kali hingga tiga kali pelatihan. Hal ini membuat kemampuan guru menerapkan K13 tidak maksimal.
“Bahkan, banyak guru mengeluhkan belum mendapat pelatihan K13 Revisi 2017 yang menekankan pada pengembangan cara berpikir kritis serta keterampilan abad ke-21. Akibatnya, sekolah memang secara formal menerapkan K13, tetapi hasilnya belum sesuai target pemerintah,” kata Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Heru Purnomo saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/9/2018).
Heru menjabarkan pengadaan pelatihan guru erat terkait dengan alokasi anggaran pendidikan dari pemerintah. Organisasi guru terkejut ketika anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk tahun 2019 turun dari Rp 39 triliun menjadi Rp 35 triliun. Praktis, anggaran pengadaan pelatihan dengan narasumber instruktur nasional berkurang.
Untuk pemerintah daerah selaku salah satu pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan pendidikan, belum banyak provinsi maupun kabupaten/kota yang mau menyisihkan 20 persen APBD untuk pendidikan. “Rata-rata alokasi dana pendidikan hanya 10 persen dari APBD. Bahkan, masih ada kabupaten/kota yang memberi alokasi di bawah 10 persen APBD,” ujar Heru.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMPN 35 Bekasi Mujahidin mengatakan, sebagian besar proses belajar mengajar di sekolahnya masih berpusat pada guru. Guru masih mengandalkan metode ceramah dalam mengajar dibanding memfasilitasi siswa dengan perangkat pembelajaran yang kreatif dan menarik.
Hal ini, kata Mujahidin, karena guru masih menggunakan pola pikir lama. Guru masih terpaku pada mengajar dan menilai, sedangkan aspek perencanaan dan tindak lanjut belum terlaksana.
“Masih banyak guru yang belum menyusun RPP-nya (rencana pelaksanaan pembelajaran). Siswa yang daya serapnya kurang, juga belum mendapat perhatian khusus,” ujarnya kepada Kompas, Senin.
Tantangan
Penerapan K13 menjadi tantangan tersendiri bagi Wirna, guru Matematika di SMPN 3 Tangerang. Ia mengaku cukup bingung jika pelajaran eksak harus berpusat pada murid karena murid harus mendapat bekal rumus terlebih dahulu.
"Tantangan selanjutnya adalah saya harus bisa mengajak murid untuk aktif di kelas serta membuat pelajaran Matematika diminati murid-murid," katanya.
Wakil Kepala SMP 3 Tangerang Bidang Kurikulum M Hasbi mengatakan, penerapan K13 memang memiliki tantangan untuk guru terutama pendidikan di Indonesia lama mengimplementasikan kurikulum yang berbasis kepada guru.
“Mengubah pola atau cara memang tidak mudah dan butuh proses. Tidak hanya untuk murid namun, juga untuk guru,” ujar Hasbi.
Sejumlah sekolah bahkan baru mulai melaksanakan K13. Salah satunya adalah SD Negeri 02 Ciater, Tangerang Selatan, Banten yang baru menerapkan K13 di kelas I. Adapun pembelajaran di kelas lainnya masih menggunakan KTSP.
Kepala SDN 02 Ciater Agus Mulyana mengatakan, guru-guru sudah mengikuti pelatihan. Meskipun begitu, belum ada guru yang mempraktikkan metode pengajaran dengan K13 di kelas.
“Guru-guru sering mengadakan rapat untuk membicarakan strategi pembelajaran interaktif yang ada di K13, termasuk pemastian memasukkan pendidikan karakter ke dalam setiap aspek pelajaran,” tuturnya.