Apa pun nama program gerakan ekonomi, kisah sukses kerap dialami oleh mereka yang bersungguh-sungguh. Kesungguhan itu yang meringankan segala tantangan usaha mereka. Meski bukan satu-satunya faktor, hal ini bisa memicu kelesuan usaha sejumlah gerai yang menyandang nama usaha One Kecamatan One Center for Enterpreneurship atau OK OCE.
Kelesuan usaha di gerai OK OCE Mart Kalibata, Jakarta Selatan sempat menjadi sorotan pemberitaan media Ibu Kota hingga Minggu (9/9/2018) kemarin. Situasi serupa terjadi di sejumlah tempat lain yang terekam pengamatan warga.
OK OC Mart merupakan program usaha kecil di bawah koordinasi Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (KUKMP) DKI Jakarta. Awalnya, OK OCE Mart didirikan untuk menyalurkan barang-barang hasil usaha kecil menengah di Jakarta.
Kepala Dinas KUKMP DKI Irwandi mengakui pelaku usaha kecil masih sulit menyediakan barang secara konsisten dengan harga menarik, sehingga sulit bersaing dengan barang pabrikan di ritel-ritel yang sudah mapan.
Pengamatan Kompas di pekan pertama September, gerai OK OCE Mart Kalibata tidak banyak melayani pengunjung yang belanja. Rak-rak barang dagangan di sana sebagian tidak terisi alias kosong.
Tidak semua
Namun, ternyata tidak semua gerai OK OCE seperti ini. Gerai OK OCE lain justru menunjukkan gairah perdagangan.
Di Warung Modern OKE OCE Mampang, Jakarta Selatan, aktivitas belanja terlihat lebih ramai. Beberapa pengunjung terlihat menenteng kantong belanjaan yang hampir penuh terisi. Mayoritas dari mereka berbelanja kebutuhan rumah tangga. Suasana serupa terjadi di Gerai OK OCE Pancoran, Jakarta Selatan.
Ali Masyhar, pengelola tersebut mengaku telah menjalankan usaha itu sekitar empat bulan lalu. Keuntungan Ali dan beberapa investor lain sekitar Rp 3 Juta per bulan. Sementara Warung Modern OK OCE Mampang yang memiliki sekitar 100 investor meraup keuntungan hingga Rp 50 juta per bulan.
Kedua unit usaha tersebut sama-sama memilih untuk menerima investasi dari masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar yang ingin berinvestasi menurut para pengelola harus menujukkan kartu tanda penduduk dan kartu keluarga mereka. Setiap investor hanya boleh berinvestasi maksimal Rp 5 Juta. Hal ini untuk menghindari monopoli unit usaha.
"Intinya usaha ini adalah dari masyarakat untuk masyarakat. Keuntungan juga untuk mereka," kata Ketua Warung Modern OK OCE Mampang, Jakarta Selatan, Adi Suhatromo.
Jadi Pembelajaran
Adapun kelesuan usaha yang terjadi di OK OCE Mart Kalibata, merupakan pelajaran penting semua pihak terutama peserta program. Ali yang kebetulan salah satu investor di OK OCE Mart Kalibata menyayangkan hal itu terjadi. Menurut Ali kelesuan usaha di sana terjadi karena masalah sewa lahan.
"Setahu saya sewa lahannya sudah habis dan ada masalah dalam perpanjangan sewa," ujar Ali. Tidak hanya kecapakan menjalankan usaha, menurut Ali, namun pemilihan tempat usaha juga menjadi faktor penting.
Dari cerita ini, kesungguhan usaha dibutuhkan sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan usaha. Setelah mendaftar, peserta programharus melalui enam program lain dengan baik sampai tuntas.
Enam tahapan lanjutan itu adalah pelatihan, pendampingan, perizinan, pemasaran, pelatihan keuangan, kemudian permodalan. Pelatihan itu terdiri dari pelatihan mental dan pola pikir, pelatihan terkait proyeksi usaha serta manajemen usaha.
Tidak semua peserta dapat melalui seluruh tahapan itu dengan baik. Amalia Dwi (43), peserta OK OCE Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur mengatakan semua tahapan itu harus dapat dilalui peserta jika ingin berhasil.
Amalia yang bergabung OK OCE sejak Februari 2016 ini sudah memperoleh omzet Rp 30 juta per bulan. "Kalau kita mau bersungguh-sungguh, rajin mengikuti semua tahapan dengan baik pasti bisa sukses," kata penjual kerajinan tangan ini.
Selain perencanaan, kesungguhan mengelola keuangan tidak kalah penting. Dengan cara itu dia dapat mengevaluasi usaha. Namun tanpa kesungguhan usaha, jangan berharap peserta OK OCE menikmati hasilnya, begitu pun juga peserta program gerakan ekonomi lain. (Kristi Dwi Utami / Stefanus Ato)