Setelah Dipakai di Asian Games, Nasib Arena Kano/Kayak Slalom Belum Jelas
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Pasca pelaksanaan Asian Games 2018, nasib arena kano/kayak slalom di Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, belum jelas. Padahal, arena itu dapat menjadi tempat menempa atlet sekaligus ajang perlombaan kano/kayak slalom tingkat nasional maupun internasional.
“Kami masih menunggu keputusan dari pusat (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) terkait arena kano/kayak slalom,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Bidang Operasi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung Dwi Agus Kuncoro, saat dihubungi dari Cirebon, Rabu (5/9/2018).
Bendung Rentang berada di bawah kewenangan BBWS Cimanuk Cisanggarung.
Menurut Agus, lokasi arena kano/kayak slalom di kolam lumpur Bedung Rentang berdampak pada pengairan lahan pertanian di Indramayu bagian barat. Selama ini, Bendung Rentang mengalirkan air ke lahan pertanian di Majalengka, Indramayu dan Cirebon dengan total luas 87.803 hektar.
Ketika pembangunan arena kano/kayak slalom, pengairan ke sentra pertanian harus digilir. Bahkan, saat pertandingan salah satu disiplin dari cabang olahraga dayung ini digelar pada 21-23 Agustus, selama sepekan air tidak dialirkan ke sawah.
Menurut Agus, Rentang sebenarnya bukan menjadi pilihan pertama untuk ajang olahraga terbesar di Asia itu. Sejak survei lokasi 2016, awalnya, Waduk Jatiluhur menjadi pilihan arena. “Namun, di sana banyak kerambah dan berbau. Pilihan selanjutnya Waduk Jatigede (Sumedang). Selain belum selesai, saluran di waduk itu cukup sempit,” ujar Agus.
Wakil Ketua Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) Hari Sidharta berharap, arena di Bendung Rentang dapat dipertahankan untuk tempat latihan atlet. Hari akan berkoordinasi dengan Menteri PUPR yang juga Ketua Umum PB PODSI Basuki Hadimuljono terkait hal ini.
Apalagi, arena itu telah digunakan untuk ajang Asian Games 2018. Kompetisi kano/kayak slalom internasional pun terbuka lebar di sana. Jaraknya juga berkisar 5 kilometer dengan Bandara Internasional Jabar Kertajati serta Jalan Tol Cipali.
“Selama ini, belum ada arena sebagus ini. Arena lain di Indonesia airnya flat (tenang). Padahal, kano slalom butuh yang menantang. Kalau dipertahankan dua sampai tiga tahun, Indonesia pasti berprestasi,” ujar Hari.
Technical Delegate Kano Slalom Asian Games 2018 Sakchai Atibhodi menilai, arena yang menelan biaya 200.000 Dollar AS itu sangat cocok untuk kano/kayak slalom. “Ini bahkan lebih baik dari arena sebelumnya di Asian Games Incheon, 2014,” ucapnya.
Dalam Asian Games 2018, tiga dari enam atlet kano/kayak slalom tuan rumah gagal mempersembahkan medali meskipun sampai ke babak final. Selain waktu latihan yang kurang dari sebulan karena menunggu kesiapan arena, mereka juga kurang jam terbang. “Program pelatnas seharusnya berlanjut jika arenanya tersedia,” ujar pelatih timnas kano/kayak Indonesia Uyun Muhamad Gunawan.