Stadion Utama GBK Dibuka untuk Umum Seusai Asian Para Games
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah Asian Games, Indonesia juga menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018 pada 6-13 Oktober 2018. Perhelatan pertandingan untuk para atlet difabel berlokasi di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Untuk sementara SUGBK belum bisa dibuka sepenuhnya untuk publik hingga perhelatan itu usai.
Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha Pusat Pengelola Kompleks GBK Gatot Tetuko mengatakan, untuk saat ini Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) belum bisa dibuka secara umum karena masih dalam proses pembongkaran sejumlah perangkat dan atribut Asian Games.
”Setelah pembongkaran itu akan dilanjutkan pemasangan perangkat untuk Asian Para Games. Oleh sebab itu, SUGBK untuk sementara belum dibuka umum demi keselamatan pengunjung,” ucap Gatot saat dihubungi di Jakarta, Selasa (4/9/2018).
Sekitar pukul 18.00, Kompas berkeliling menggunakan sepeda di kawasan trotoar luar SUGBK. Pada setiap pintu gerbang masuk SUGBK ada setidaknya dua petugas yang berjaga di samping pagar. Para petugas itu bersiap menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan para pengunjung.
Sejumlah anak muda yang sedang berolahraga berhenti sejenak di depan pintu gerbang SUGBK untuk bertanya kepada petugas. ”Pak, kalau mau masuk ke GBK lewat pintu gerbang yang mana, ya?” ujar salah satu warga. Petugas meminta maaf dan menjelaskan untuk sementara GBK belum dibuka untuk umum. Pengunjung itu tetap melanjutkan aktivitasnya.
Bilik loket pembelian tiket yang terletak di Jalan Pintu Senayan juga masih belum dibongkar. Akses warga yang melakukan olahraga, seperti berlari santai atau bersepeda, agak terhambat karena harus menepi. Guiding block untuk penyandang disabilitas pun masih terhalang oleh adanya bilik tersebut.
Menanggapi hal itu, Direktur Media dan Humas Panitia Penyelenggara Asian Games (Inasgoc) Muhammad Danny Buldansyah menuturkan bahwa bilik loket itu akan segera dibongkar dalam minggu ini. ”Kami akan membongkarnya segera supaya tidak mengganggu akses pengguna jalan, terutama penyandang disabilitas.”
Apresiasi
Kondisi trotoar luar kawasan SUGBK diapresiasi positif oleh sejumlah warga yang berolahraga malam. Rama (17), misalnya, semula bermaksud untuk berolahraga di dalam SUGBK pada malam hari. Namun, rupanya SUGBK belum dibuka untuk umum. Rama pun tidak kecewa walaupun hanya bisa menikmati GBK dari luar. Menurut dia, kondisi trotoar sudah cukup nyaman untuk joging.
”Trotoarnya cukup lebar dan nyaman sehingga memberi ruang bagi kami untuk berlari,” ujar pemuda asal Palmerah yang rutin joging di GBK setiap Minggu pagi itu.
Senada dengan Rama, Yoga (17) juga merasa aman saat joging di trotoar SUGBK karena setiap pintu gerbang dijaga oleh setidaknya dua petugas keamanan. Menurut dia, penerangan di sekitar trotoar sudah cukup baik. ”Cukup terang sehingga memudahkan kami untuk melihat dengan jelas bagaimana kondisi jalan ketika berlari.”
Sementara itu, Riri (32) juga mengapresiasi trotoar di kawasan SUGBK yang ramah bagi pengguna sepeda. Sebagai pengguna sepeda, dia merasa dirinya dihargai karena diberikan akses khusus di trotoar.
”Adanya jalur khusus ini membuat nyaman saya sebagai pesepeda. Bersepeda pun jadi aman,” katanya.
Daun-daun kering mendominasi trotoar, begitu pun dengan pasir yang berada di beberapa lokasi. Daun-daun dan pasir itu perlu dibersihkan agar tidak membuat warga terpeleset. Bagi Alam (16) dan Rafli (16), hal itu dapat mengganggu saat berlari. ”Kalau ada pasir bisa bikin terpeleset,” kata Alam.
Rafli menyarankan agar pepohonan semakin diperbanyak supaya menambah kesejukan. Dia juga berharap agar trotoar itu dapat terjaga dengan baik sehingga memotivasi untuk berolahraga di malam hari tanpa rasa takut.
Larangan berjualan
Di sepanjang Jalan Asia Afrika terpasang beberapa spanduk larangan berdagang di sepanjang area trotoar kawasan GBK. Sejumlah petugas keamanan turut berdiri di sepanjang trotoar jalan itu. Tidak terlihat pedagang minuman keliling ataupun pedagang makanan di sepanjang trotoar kawasan SUGBK.
Sebelum perhelatan Asian Games, lokasi tertentu di trotoar Jalan Asia Afrika kerap dijadikan tempat berdagang makanan dan minuman oleh sejumlah pedagang. Seusai perhelatan itu diharapkan para pedagang mematuhi Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.