Koalisi Saudi Mengaku Bersalah dalam Serangan pada Bus Pelajar, 9 Agustus
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·3 menit baca
SANA\'A, MINGGU — Koalisi pasukan Arab pimpinan Arab Saudi akhirnya mengaku bersalah dalam serangan udara yang menewaskan 40 anak di Yaman pada Agustus 2018. Aneka serangan di Yaman disebut sebagai kejahatan perang.
Serangan itu terjadi pada Kamis, 9 Agustus 2018, di Provinsi Sa\'ada, daerah Yaman yang berbatasan dengan Arab Saudi dan kini dikendalikan pasukan pemberontak Houthi. Saat itu, bom yang dilepaskan jet tempur pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi menghantam bus yang ditumpangi pelajar.
Akibatnya, 40 anak dan 11 orang dewasa tewas dalam serangan tersebut. Serangan itu membuat 56 anak dan 23 orang luka-luka.
Setelah hampir sebulan berlalu, koalisi pimpinan Arab Saudi mengaku bersalah atas serangan itu. Juru bicara koalisi, Mansour al-Mansour, menyatakan bahwa penyelidikan oleh pihaknya menemukan ada kesalahan sebelum serangan. Koalisi memastikan akan menghukum pihak yang bertanggung jawab.
”Ada perintah untuk tidak menyasar bus yang berada di antara warga sipil. Akan tetapi, perintah datang terlambat. Sasaran bukan ancaman, dan membidik bus di permukiman tidaklah dibenarkan,” ujarnya di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (1/9/2018).
Disebutkan, koalisi mencari bus yang ditumpangi milisi pemberontak. Koalisi mendapat informasi bahwa ada bus yang ditumpangi pimpinan pemberontak Houthi. Bus yang disasar dinyatakan telah dipakai untuk mengangkut pimpinan pemberontak.
Pengakuan seperti itu amat jarang dibuat oleh koalisi. Sejak menginvasi Yaman pada 2015, koalisi pimpinan Saudi sudah berulang kali dituding melakukan kejahatan perang karena menyasar penduduk sipil dalam aneka serangan mereka.
Koalisi selalu berkilah, pemberontak bersembunyi di antara warga sipil. Koalisi juga menuding pemberontak menjadikan warga sipil sebagai perisai.
Koalisi Saudi beralasan membantu pemerintah sah Yaman yang dipimpin Abd Rabouh Mansour Hadi. Beberapa tahun terakhir, Hadi mengungsi ke Arab Saudi. Dengan bantuan koalisi Saudi, pasukan yang setia pada Hadi sudah bertahun-tahun menghadapi milisi Houthi.
Kejahatan perang
Human Rights Watch (HRW) menyebut koalisi mempunyai catatan panjang soal pembunuhan warga sipil. Koalisi menyasar pernikahan, pemakaman, rumah sakit, dan sekolah di Yaman. HRW mendesak seluruh negara menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi.
Sebelumnya, tim ahli Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyimpulkan semua pihak yang terlibat perang Yaman telah melakukan kejahatan perang. Dalam laporan yang diumumkan pada Selasa (28/8/2018), PBB menyebut koalisi Saudi diduga melakukan kejahatan perang karena menutup akses bantuan kemanusiaan ke Yaman.
Penutupan akses tersebut menyebabkan aneka bantuan sulit dikirimkan ke Yaman. Akibatnya, jutaan warga Yaman pun menderita.
Berbagai serangan udara oleh koalisi telah menyebabkan banyak warga sipil tewas. Dalam tiga tahun terakhir, serangan udara menghantam permukiman, pasar, penjara, kapal sipil, bahkan fasilitas kesehatan. Serangan-serangan yang gagal melindungi warga sipil dan fasilitas yang harus dijaga, menurut hukum kemanusiaan internasional, dapat disebut pelanggaran hukum.
”Orang-orang di pemerintahan (Yaman) dan koalisi, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, diduga telah melanggar prinsip penghormatan, proporsional, dan pencegahan yang tergolong kejahatan perang,” demikian tertulis di laporan itu.
Panel ahli PBB juga telah menyusun daftar sejumlah orang yang diduga melakukan kejahatan perang. Adapun kejahatan perang oleh Houthi terutama karena mereka menjadikan anak-anak sebagai milisi dan menyiksa banyak orang. Laporan itu tidak secara jelas menyinggung Amerika Serikat dan negara-negara lain yang memasok senjata dan informasi intelejen ke koalisi.