Palembang Terus Bersolek
Perhelatan olahraga nasional dan internasional mendorong perkembangan Kota Palembang. Pembangunan 20 tahun terakhir menjadikan Palembang semakin menarik untuk dikunjungi. Perekonomian masyarakat pun bergerak.
Sekitar 20 tahun lalu, kawasan Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, hanya area rawa yang menakutkan untuk dilewati. Kawasan ini kerap disebut ”tempat jin buang anak”. Namun, kini ribuan orang dari dalam dan luar negeri datang ke Jakabaring untuk menyaksikan Asian Games, pesta olahraga terbesar di Asia.
Anis Marsela (15), siswi SMA Negeri 4 Lais, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, duduk bersama dua temannya di trotoar Kompleks Olahraga Jakabaring (JSC), Palembang, Jumat (31/8/2018). Dia bersama 30 teman sekolahnya bersiap menyaksikan sejumlah pertandingan.
Antusiasmenya untuk melihat atlet Indonesia berlaga di Asian Games sangat besar. Dia rela bangun pukul 04.00 untuk bersiap menonton pertandingan takraw dan soft tennis. Butuh waktu empat jam perjalanan dari sekolahnya di Musi Banyuasin menuju Palembang. Rombongannya menggunakan bus dari sekolah menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB), Palembang. Dari sana, rombongan berganti transportasi menggunakan kereta ringan (light rail transit/LRT) menuju kawasan JSC.
Setibanya di JSC, Anis merasa kagum dengan kemegahan Jakabaring. Maklum di kawasan tempat tinggalnya tidak ada kompleks olahraga sebesar itu. ”Saya baru pertama kali ke tempat ini. Bagus,” katanya.
Bersama Anis, ada ribuan penonton lain juga berada di lokasi seluas 400 hektar tersebut. Ada yang menikmati rerimbunan pohon dan bunga di taman JSC, ada pula yang menonton pertandingan di sejumlah arena.
Julius Palapa (40), warga Perumnas, Palembang, tak menyangka perkembangan kotanya, terutama Jakabaring, demikian pesat. ”Dulu tempat ini hanya rawa, jalan aspal hanya satu jalur selebar 3,5 meter. Sekarang megah sekali,” katanya.
Julius mengatakan, pesatnya pembangunan di kawasan Jakabaring mulai terjadi sebelum penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional 2004, SEA Games 2011, Islamic Solidarity Games 2013, hingga Asian Games 2018.
Pengawas Jakabaring, Rusli Nawi, mengatakan, rencana pembangunan kawasan Jakabaring dimulai tahun 1990 saat pemerintahan Gubernur Sumsel Ramli Hasan Basri. Kala itu pemerintah membebaskan tanah sekitar 1.000 hektar dengan harga Rp 400-Rp 1.000 per meter persegi. Pembebasan lahan bertujuan mempercepat pembangunan di kawasan hulu Kota Palembang. ”Dulu pembangunan di kawasan hulu dan hilir sangat timpang,” ucapnya.
Saat berganti ke Gubernur Rosihan Arsyad baru tercetus rencana kawasan Jakabaring dijadikan kawasan olahraga. Pada 2001, pembangunan dimulai. Bukan perkara mudah membangun gedung di atas rawa. Rusli yang saat itu menjadi Camat Seberang Ulu I menjelaskan, proses reklamasi dilakukan dengan cara menyemprotkan pasir dari Sungai Musi dan Sungai Ogan ke atas rawa yang memiliki kedalaman hingga 20 meter.
Saat kepemimpinan Gubernur Sumsel Syahrial Oesman, PON 2004 terselenggara. Ada tiga gedung yang dibangun lebih dulu, yakni Stadion Sepak Bola Gelora Sriwijaya, GOR Ranau, dan GOR Dempo.
Namun, pembangunan paling masif terjadi saat kepemimpinan Gubernur Sumsel Alex Noerdin. Dari 24 arena olahraga di kawasan JSC saat ini, 21 di antaranya berdiri di masa pemerintahan Alex. Beberapa arena diklaim sebagai yang terbaik di Asia. Arena dayung Jakabaring sepanjang 2.200 meter diklaim yang terbaik di dunia.
Direktur Utama JSC Bambang Supriyanto mengatakan, dari 400 hektar kawasan di JSC, 362 hektar sudah difungsikan. Selain untuk arena, JSC juga memiliki beberapa fasilitas penunjang, seperti pembangkit listrik tenaga surya, rumah ibadah, dan wisma atlet. Untuk menjaga keberadaan arena dan fasilitas penunjang lain, ujar Bambang, pihaknya berupaya mencari peluang adanya agenda olahraga yang digelar di JSC.
Beberapa agenda kejuaraan, seperti boling, dayung, dan menembak, akan digelar di JSC tahun 2019.
Menurut Bambang, JSC memiliki sejumlah keunggulan salah satunya kawasan terintegrasi, yakni semua arena dan fasilitas pendukung ada di satu kawasan. ”Atlet tidak perlu keluar kawasan untuk bertanding,” katanya.
Untuk merealisasikan kawasan JSC sebagai kota olahraga, pihaknya mengeluarkan aturan dilarang merokok di kawasan JSC.
Wisata dibenahi
Berkat Asian Games, tidak hanya kawasan Jakabaring yang dirombak total. Lokasi wisata Kota Palembang juga dibenahi. Setidaknya 13 obyek wisata dibenahi untuk menyambut Asian Games, di antaranya Benteng Kuto Besak (BKB) di pinggir Sungai Musi, Kampung Arab Almunawar, dan Pulau Kemaro. Ikon kota dibangun di kawasan BKB, yakni Tugu Ikan Belida.
Jembatan Ampera juga dipercantik dengan pengecatan ulang. Trotoar dirombak dan dilapis keramik serta disediakan kursi bagi pejalan kaki. Sebuah jam dipasang di menara Jembatan Ampera sebagai penunjuk waktu. Setiap sore jembatan sepanjang 1.117 meter ini dipadati warga untuk menikmati keindahan jembatan atau berfoto.
Industri oleh-oleh khas Palembang juga bergerak, seperti pempek, songket, dan suvenir kaus khas Palembang.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani, sejak dua tahun lalu, pemerintah terus membenahi obyek wisata di Palembang untuk menarik minat wisatawan.
Pengamat perkotaan Zuber Angkasa mengatakan, Asian Games mendorong sejumlah proyek infrastruktur terlaksana. Mulai dari pembangunan konstruksi LRT sepanjang 23,4 km yang menghubungkan Bandara SMB II Palembang dan Kompleks JSC, 2 Jembatan Musi, 2 jalan layang (flyover), 1 lintas bawah(underpass), dan 2 jalan tol di Sumsel.
Investor juga banyak menanamkan modal. Hotel dan pusat perbelanjaan tumbuh pesat di Palembang.
(Rhama Purna Jati/Adrian Fajriansyah)