YEOSU, KOMPAS — Lomba kapal layar tiang tinggi SCF Far East Tall Ships Regatta 2018 yang diikuti kapal layar latih TNI Angkatan Laut, KRI Bima Suci, kembali ditunda start-nya. Keputusan ini diambil panitia setelah mempertimbangkan perkembangan terakhir topan Jebi, badai tropis terbesar tahun ini yang bergerak mendekati Jepang.
”Ada dua skenario. Yang pertama, jika kondisi mendukung besok (Senin) pagi, keputusan pemberangkatan bisa langsung diambil, diikuti proses imigrasi, kemudian kapal bisa meninggalkan pelabuhan Selasa pagi, dan balapan resmi dimulai Selasa siang. Skenario kedua, keputusan baru diambil Senin sore, imigrasi Selasa pagi, kapal meninggalkan pelabuhan Selasa siang, dan balapan dimulai Selasa sore,” kata Einar Corwin, Race Chairman SCF Far East Tall Ships Regatta 2018, dalam taklimat nakhoda kapal peserta di Yeosu, Korea Selatan, Minggu ini.
Balapan kapal layar ini menempuh jarak sekitar 580 mil laut (sekitar 1.037 kilometer) dari Yeosu, Korea Selatan, hingga Vladivostok, Rusia. Kapal diizinkan berlayar dengan mesin hingga ke garis start yang terletak 25-30 mil laut dari pintu Pelabuhan Yeosu, kemudian setelah itu berlayar sepenuhnya dengan menggunakan layar hingga garis finis di dekat perairan Vladivostok.
Bagi KRI Bima Suci, balapan kapal ini menjadi puncak acara pelayaran muhibah Kartika Jala Krida 2018 yang dimulai sejak 2 Agustus 2018. Bahkan, menurut Komandan KRI Bima Suci Letnan Kolonel Laut (P) Widyatmoko Baruno Aji, Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri akan menyambut para peserta balapan di Vladivostok.
”Kami sudah diperintahkan memilih empat kru dari setiap kapal untuk di-screening guna bertemu langsung dengan Presiden Putin,” ungkap Baruno.
Ajang balapan ini juga menjadi arena pengujian langsung ketangguhan KRI Bima Suci yang baru dibuat dan dioperasikan TNI AL pada 2017.
Corwin menambahkan, dengan hanya mengandalkan layar, kapal-kapal peserta diperkirakan hanya akan mencapai kecepatan rata-rata 5-6 knot. Dengan kecepatan tersebut, dibutuhkan 4-5 hari menuju Vladivostok. Jadi, jika kapal jadi diberangkatkan pada Selasa, mereka akan tiba di kota pelabuhan Rusia itu pada 8-9 September 2018.
Praktik lapangan
Pelayaran Kartika Jala Krida (KJK) 2018 ini diikuti 100 taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke-65. Menurut Perwira Pelaksana Latihan KJK 2018 Letkol Laut (P) Joko Purwanto, selama berlayar, para taruna berkesempatan menjalani praktik lapangan seluruh mata pelajaran yang selama ini didapat di kelas.
”Bagi taruna korps pelaut, ini menjadi ajang latihan praktik navigasi astronomi lingkaran besar. Bagi para taruna korps Suplai, ini menjadi latihan mengatur pasokan logistik kapal di negara-negara yang berbeda,” kata Joko. Kapasitas angkut KRI Bima Suci yang lebih besar dibandingkan KRI Dewaruci memungkinkan seluruh korps taruna AAL, yakni pelaut, elektro, teknik, suplai, dan marinir, bisa mengikuti pelatihan langsung di kapal ini.
Berdasarkan jadwal awal, kapal seharusnya bertolak dari Yeosu pada 1 September 2018. Namun, munculnya topan Jebi di Samudra Pasifik barat yang terus bergerak menuju pesisir Jepang membuat panitia khawatir dengan keselamatan para peserta balapan. Pasalnya, tidak semua peserta adalah kapal-kapal besar sekelas KRI Bima Suci, tetapi juga ada kapal-kapal layar berukuran kecil.
Selama bersandar di Yeosu sejak 27 Agustus 2018, para taruna dan awak kapal melakukan berbagai aktivitas diplomasi kebudayaan dengan mengikuti parade keliling kota dan menggelar pesta penyambutan di geladak kapal. Namun, beberapa hari terakhir sejak keberangkatan ditunda, para awak dan taruna lebih banyak melakukan pesiar, dan kapal pun memperpanjang masa open ship bagi warga setempat.
Topan Jebi sendiri telah dinyatakan sebagai badai terbesar di dunia tahun ini setelah menjadi supertyphoon kategori 5 dan diperkirakan menghantam pesisir timur Jepang pada Rabu (5/9/2018). Walau prediksi sementara menyebutkan topan ini tidak akan bergerak menuju perairan Laut Jepang tempat lomba akan dilakukan, sejumlah prakiraan cuaca menyebutkan jalur lintasan lomba ini masuk dalam daerah bahaya.
Bahkan, Angkatan Laut AS (US Navy) telah menetapkan hampir seluruh area Laut Jepang sebagai daerah yang harus dihindari kapal-kapalnya (US Navy Ships Avoidance Area) karena berisiko dihadang tiupan angin berkecepatan hingga 34 knot (63 km per jam) hingga 3-4 hari ke depan.