Kasus Malaria Merebak di Tenda Pengungsian Lombok Barat
Oleh
KHAERUL ANWAR
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS -- Setelah kasus malaria muncul di tenda pengungsian Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, kini kasus yang sama merebak ke tenda pengungsian Desa Bukit dan Mumbul Sari, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat. Dari 939 warga yang diperiksa darahnya, sebanyak 44 orang di antaranya dinyatakan positif malaria.
“Sebelumnya ada dua kasus malaria di satu tenda pengungsian warga di Lombok Utara, sekarang muncul di tenda pengungsian Lombok Barat,” kata Marjito, Pelaksana Harian Kepala Dinas Kesehatan NTB, Minggu (2/9/2018) di Mataram.
Kasus malaria diketahui setelah petugas kesehatan melakukan monitoring dan pemeriksaan kesehatan pada warga terdampak gempa yang tinggal di tenda pengungsian hari Jumat pekan lalu.
Di Desa Bukit Tinggi ada 783 warga yang diperiksa darahnya, kemudian 32 orang di antaranya positif malaria. Kemudian di Desa Mumbul Sari, tercatat 12 orang positif malaria dari 150 orang yang diperiksa darahnya.
Terhadap 44 warga yang positif malaria, kata Marjito, tendanya dilengkapi kelambu yang dipinjamkan daru jatah bantuan 300 kelambu untuk Lombok Utara, yang beberapa warganya lebih dulu diketahui positif malaria.
Para penderita juga diberikan terapi kombinasi berbasis artemisin (Artemisinin based Combination theraphy) berupa obat artesunate –mengandung bahan aktif Artemether dan Lumefantrine, yang berfungsi optimal dalam penyembuhan penyakit malaria.
“Pemberian obat selama 14 hari di bawah pengawasan petugas kesehatan,” tutur Marjito.
Dua desa di wilayah kerja Puskesmas Penimbung, Kecamatan Gunung Sari itu, berada di ketinggian, berdekatan dengan kawasan hutan, merupakan daerah endemik malaria.
Nyamuk anopheles, sebagai penyebar virus dan parasit, biasanya beranak pinak di tempat aktivitas harian masyarakat seperti sungai dan kolam. Perilaku nyamuk ini aktif saat senja dan terbit fajar, kemudian berkembang sewaktu musim kemarau.
Selain pengobatan, jajaran Dinas Kesehatan NTB, di tenda Pengungsian Lapangan Gunung Sari –rencananya tempat menginap Presiden Joko Widodo, Minggu mala mini- dilakukan foging dan membersihkan tempat berkembangbiaknya nyamuk, lalat dan vector penyakit lainnya.
“Sesuai Protap (Prosedur Teta), bila terjadi DBD baru dilakukan fogging. Sedang fogging saat dimaksudkan mematikan vektor penyakit lainnya,” ungkap Marjito.
Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat, Rahman Sahnan Putra, mengakui adanya kasus malaria di tenda pengungsian dua desa itu. Kasus itu telah dilaporkan ke Crisis Center Provinsi NTB untuk segera mendapatkan perhatian dan intervensi.
Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid, merespon munculnya kasus malaria itu menjadi prioritas penanganan, dan aparat Pemkab Lombok Barat segera turun tangan.
“Segera kami kerahkan semua komponen untuk gotong-royong, bukan karena kedatangan bapak Presiden ke Lombok Barat, juga menjadi kegiatan rutin demi menjaga kesehatan para pengungsi,” ujar Fauzan. (RUL/ZAK/JUM)