Asian Games Dorong Kebangkitan Olahraga di Daerah
MEDAN, KOMPAS — Gairah Asian Games Jakarta Palembang 2018 menjangkiti daerah-daerah di Tanah Air. Semangat Asian Games menjadi titik balik membangun kembali pembinaan, sarana dan fasilitas, serta penyelenggaraan event olahraga di daerah. Dukungan masyarakat dan pemerintah yang mengalir deras menjadi semangat baru kebangkitan olahraga Indonesia.
”Saya terharu melihat dukungan masyarakat yang begitu besar kepada para atlet Indonesia yang bertanding di Asian Games Jakarta Palembang 2018, tak peduli kalah atau menang. Ini menjadi momentum kebangkitan olahraga kita,” kata Sekretaris Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia Sumatera Utara Chairul Azmi Hutasuhut di Medan, Sabtu (1/9/2018).
Chairul mengatakan, demam Asian Games Jakarta Palembang menjangkiti daerah-daerah. Para atlet daerah dan nasional, pelatih, dan pendukung dari daerah berbondong-bondong ke Jakarta dan Palembang meskipun tidak ikut bertanding di Asian Games. Mereka pun kembali ke daerah menyerap dan membawa energi baru untuk membangkitkan kembali pembinaan olahraga di daerah.
Mereka pun kembali ke daerah menyerap dan membawa energi baru untuk membangkitkan kembali pembinaan olahraga di daerah.
Tidak hanya bagi atlet, ”demam” Asian Games juga menular kepada masyarakat. Kecintaan masyarakat kepada cabang olahraga yang selama ini kurang populer bagi masyarakat Indonesia mulai muncul. Ia mencontohkan cabang olahraga atletik yang selama ini kurang diminati masyarakat Indonesia.
”Penonton pertandingan cabang olahraga atletik biasanya hanya sesama atlet, keluarga, dan teman-teman saja meskipun gratis. Namun, di Asian Games ini, stadion pertandingan terisi lebih dari setengah meskipun penonton harus bayar tiket. Momentum ini harus dijaga agar kecintaan masyarakat pada cabang olahraga tertentu bisa terus dirawat,” kata Chairul.
Menurut Chairul, gaung Asian Games Jakarta Palembang juga harus menjadi titik balik bagi pemerintah dalam membangun sarana dan fasilitas olahraga yang memadai di daerah. Ia mencontohkan, hingga saat ini baru ada satu stadion atletik dengan delapan lintasan karet sintetis di Sumut, yakni di Universitas Negeri Medan (Unimed). Hanya stadion itu yang bisa digunakan untuk latihan dan bertanding atletik yang memadai di Sumut. ”Padahal biasanya ada 46 nomor yang dilombakan dalam cabang olahraga atletik. Ini harus dikembangkan,” kata Chairul.
Sudut pandang baru
Chairul mengatakan, momentum Asian Games ini juga menjadi pelajaran bagi Sumut dan Aceh yang akan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional pada 2024. Sumut masih perlu membangun pusat olahraga dengan sarana dan fasilitas olahraga yang memadai.
Chairul mengatakan, Asian Games Jakarta Palembang juga memberi sudut pandang baru bagi daerah-daerah bahwa olahraga bukan hanya soal menghabiskan uang, melainkan olahraga juga bisa menjadi mesin perekonomian daerah jika dikelola dengan baik.
Ketua Pengurus Provinsi Wushu Indonesia (WI) Sumatera Utara Darseng Song juga merasakan semangat baru Asian Games 2018. Selain mengirim empat atlet untuk bertanding, WI Sumut juga mengirim pelatih dan atlet lainnya untuk merasakan atmosfer Asian Games. Mereka pun kembali ke daerah dengan semangat baru. Terlebih karena atlet wushu dari Sumut, Lindswell, meraih satu emas dalam Asian Games.
Darseng mengatakan, cabang olahraga wushu sangat populer di Sumut dan menjadi andalan Sumut mendulang medali dalam setiap PON. Namun, selama ini, banyak atlet yang masih ragu menjadikan wushu sebagai profesi dan masa depan mereka karena tidak ada jaminan kesejahteraan.
”Kami tentu tersentak melihat pemerintah dan berbagai pihak lain memberikan jaminan kesejahteraan bagi atlet yang berprestasi pada Asian Games ini. Ini memacu atlet untuk menekuni olahraga sebagai profesi dan masa depan mereka,” kata Darseng.
Darseng pun berharap agar demam Asian Games berlanjut pada pembinaan atlet dan pembangunan sarana dan fasilitas olahraga hingga ke daerah-daerah. ”Kita pernah dijangkiti demam olahraga pada Asian Games Jakarta 1962, tetapi redup hingga bangkit lagi pada Asian Games 2018. Momentum ini jangan hilang lagi,” katanya.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumut Baharuddin Siagian mengatakan, Pemprov Sumut ikut menyaksikan gelaran Asian Games Jakarta Palembang untuk belajar sebagai tuan rumah PON 2024. Ia mengatakan, Sumut akan membangun sarana dan fasilitas olahraga yang memadai untuk pembinaan atlet di daerah.
Antusias
Anak-anak muda dari berbagai daerah pun antusias ambil bagian dalam Asian Games 2018 meskipun bukan atlet. Mereka ambil bagian menjadi relawan, bahkan sekadar menonton untuk merasakan aura Asian Games.
Imam Gunawan (23), misalnya, warga Kota Bandar Lampung ini nekat berangkat ke Jakarta demi menyaksikan pertandingan bulu tangkis. Berbekal Rp 300.000, mahasiswa Universitas Lampung ini nekat berangkat sendirian.
Meski kehabisan tiket menonton pertandingan bulu tangkis pada 27 Agustus 2018, Imam mengaku tidak menyesal. Hari itu, dia menonton pertandingan dari layar yang disediakan panitia di arena Festival Asian Games di kawasan Stadion Gelora Bung Karno. ”Saat nonton Asian Games, saya kebetulan bertemu dengan teman lama. Senang sekali bisa sekalian reuni,” ujar Imam.
Imam merasa senang bisa hadir langsung di arena pergelaran Asian Games. Di Gelora Bung Karno, dia bisa merasakan semarak dan gempita ajang olahraga terbesar se-Asia itu. Bersama penonton lain, dia juga ikut bersorak dan bangga saat tim Indonesia menang.
Di Gelora Bung Karno, dia bisa merasakan semarak dan gempita ajang olahraga terbesar se-Asia itu.
Agung Ari Saputra (22), lulusan Universitas Lampung, Provinsi Lampung, memilih menjadi relawan Asian Games. Ia terpilih setelah melalui proses perekrutan yang ketat untuk menjadi volunter di Asian Games. Selain seleksi berkas, dia harus melewati serangkaian tes yang susah-susah asyik. Agung juga harus ikut pembekalan dan berbagai latihan sesuai dengan peran yang dipilih.
Tak hanya kecakapan bahasa Inggris, keterampilannya dalam mengorganisasi kegiatan juga diuji. Apalagi, dia harus bersaing dengan sekitar 20.000 pendaftar lain dari berbagai daerah hingga terpilih separuhnya.
”Saya merasa bangga sekali bisa terpilih menjadi salah satu volunter dalam Asian Games 2018. Ini momen bersejarah karena Asian Games hanya ada empat tahun sekali dan belum tentu ada di Indonesia lagi. Terakhir kali Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962,” kata Agung.
Agung yang menjadi volunter di bagian publikasi untuk cabang olahraga sailing atau layar masih berada di Jakarta. Agung ditugaskan mendampingi dan mengarahkan para fotografer yang ingin memotret perlombaan tersebut.
Baginya, menjadi volunter Asian Games adalah pengalaman berharga. Selain harus bisa bekerja sama dengan volunter lain, dia juga dituntut memberikan kesan yang baik pada para tamu dari luar negeri.
Rana Ulfa (20), relawan mahasiswa asal Lampung, mengatakan, meski harus menjalani kegiatan yang padat setiap hari, dia merasa senang bisa menjadi volunter Asian Games. Bagi Rana, lelah yang dia rasakan langsung hilang saat banyak tamu yang merasa terbantu dan berterima kasih kepadanya.
Selain mendapatkan pengalaman baru, menjadi sukarelawan Asian Games juga menumbuhkan rasa nasionalisme. Rasa bangga dan haru muncul saat lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” berkumandang dan tepuk tangan penonton bergemuruh menyambut atlet Indonesia yang menjadi juara.