Topan Jebi Terus Menguat, KRI Bima Suci Masih Menunggu di Yeosu
Oleh
DAHONO FITRIANTO
·4 menit baca
YEOSU, KOMPAS -- Topan Yeosu yang terbentuk di Samudera Pasifik barat laut terus menguat dan sejauh ini telah dinyatakan sebagai siklon tropis terkuat yang terjadi di Bumi sepanjang tahun 2018 ini. Salah satu akibatnya adalah ditundanya balapan kapal layar SCF Far East Tall Ships Regatta 2018 yang diikuti kapal layar tiang tinggi kebanggaan TNI Angkatan Laut, KRI Bima Suci.
Hingga hari Sabtu (1/9/2018) siang ini, KRI Bima Suci masih bersandar di dermaga World Expo di kota Yeosu, Korea Selatan, menunggu kepastian kapan panitia balapan kapal ini akan mengizinkan para peserta berangkat menuju garis finish di Vladivostok, Rusia.
Kapal-kapal peserta lain, seperti Nadezhda dari Rusia, Koreana dari Korsel, Ami dari Jepang, dan dua yacht asal Rusia, Komodor Bering dan Pulsar, juga masih berlabuh menunggu,
Sabtu pagi, dua petinggi penyelenggara balapan dari Sail Training International (STI), yakni Project Director STI Mike Bowles dan Race Chairman STI Einar Corwin, datang ke KRI Bima Suci untuk bertemu dengan Komandan KRI Bima Suci Letnan Kolonel Laut (P) Widyatmoko Baruno Aji guna membicarakan perkembangan situasi terkini.
Menurut Bowles, berdasarkan pantauan cuaca dari sejumlah lembaga, arah gerak Topan Jebi masih seperti prediksi kemarin, yakni mengarah ke timur laut dan utara, menuju pesisir timur Jepang. "Walau demikian, ada prakiraan dari Badan Meteorologi Jepang yang menunjukkan lintasan topan ini agak lebih condong ke arah barat dalam beberapa hari ke depan," ujar Bowles.
Berdasarkan peta prakiraan di laman resmi Badan Meteorologi Jepang (www.jma.go.jp), arah topan itu akan bergerak hingga ke Laut Jepang, lokasi balapan akan dilangsungkan.
Melihat perkembangan tersebut, Corwin memastikan balapan belum bisa dimulai pada hari Minggu (2/9/2018). Bahkan, Bowles memperkirakan para peserta masih harus menunggu di Yeosu sekitar 2-3 hari lagi.
Masih dibuka
Letkol Baruno Aji mengatakan, kondisi ini sudah dilaporkan ke Markas Besar TNI Angkatan Laut di Jakarta dan Komando Armada II RI di Surabaya yang terus memantau situasi cuaca dan perjalanan KRI Bima Suci. "Kami tetap mengikuti keputusan penyelenggara yang tentunya mempertimbangkan keselamatan para peserta sebagai hal paling utama," ungkapnya.
Sepanjang hari Sabtu ini, Yeosu pun diliputi mendung tebal. Bahkan sejak Jumat (31/8/2018) malam hingga Sabtu siang, hujan deras disertai angin kencang terjadi di pelabuhan tempat kapal bersandar. "Kita tidak mungkin bertolak dalam kondisi cuaca seperti ini," imbuh Baruno.
Selama menunggu, kegiatan open ship kapal terus dilakukan. Para pengunjung hilir mudik naik ke kapal untuk melihat-lihat kapal layar tiang tinggi terbaru milik Indonesia ini.
Sabtu siang, rombongan staf Kedutaan Besar RI di Seoul beserta keluarganya tiba di kapal untuk berkunjung. "Mereka sedianya hadir di sini untuk melepas keberangkatan KRI Bima Suci ke Vladivostok. Namun karena pelayaran ditunda, mereka hadir menjadi tamu saja," kata Atase Pertahanan RI untuk Korea Selatan, Kolonel Laut (P) Anak Agung Oka Wirayudha yang sudah lima hari terakhir mendampingi KRI Bima Suci di Yeosu.
Topan terkuat
Portal berita dan layanan informasi cuaca The Weather Channel (www.weather.com) menyebut Topan Jebi sebagai sebuah "super-typhoon". Saat ini, topan itu telah menjadi topan Kategori 5 atau skala terkuat dan pusatnya berada di sebelah barat laut Pulau Guam.
Lembaga Joint Typhoon Warning Center (JTWC) Angkatan Laut AS (US Navy) menyebutkan, pada hari Sabtu pukul 00.00 UTC, kecepatan angin Topan Jebi mencapai 140 knots atau sekitar 259 kilometer per jam. Gelombang laut di sekitar pusat badai bisa mencapai ketinggian 14 meter.
Berdasarkan data tersebut, The Weather Channel menyebut Jebi adalah topan terkuat yang terjadi di seluruh dunia sepanjang tahun ini. Badan Meteorologi Jepang (JMA) menambahkan, topan bergerak dengan kecepatan 20 km per jam ke arah barat-barat laut dan diperkirakan akan tiba di pesisir timur Jepang pada hari Selasa (4/9/2018) walaupun dengan kekuatan yang sudah jauh berkurang.
Dalam peta prakiraan yang dikeluarkan JTWC terlihat hampir seluruh Laut Jepang, termasuk rute lomba dari Yeosu ke Vladivostok, termasuk dalam daerah bahaya. Lokasi yang berarsir biru telah dinyatakan oleh JTWC sebagai kawasan yang harus dihindari kapal-kapal Angkatan Laut AS yang beroperasi di Asia Pasifik.