Status Siaga Darurat Kalimantan Tengah Diperpanjang
Oleh
Yuni Ikawati
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Sebaran titik panas di Kalimantan Tengah meningkat di tengah musim kemarau. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah serta Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan memperpanjang status Siaga Darurat hingga tiga bulan ke depan.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles B Panjaitan mengatakan, status Siaga Darurat yang berakhir pertengahan Agustus lalu diperpanjang hingga November nanti.
Menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), semua wilayah Kalimantan Tengah memasuki musim kemarau. ”Situasi ini diperkirakan berakhir minggu ketiga Oktober,” kata Raffles, Rabu (29/8/2018).
Kepala Subbidang Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi menjelaskan, kekeringan pada 2018 lebih panjang daripada 2016 dan 2017. Puncak kemarau terjadi Agustus-September. ”BMKG mengimbau pemerintah mewaspadai kebakaran hutan dan lahan karena masuk musim kemarau,” ujarnya.
Akibat kekeringan, terjadi peningkatan sebaran titik panas di Kalteng. Pihak KLHK mengendalikan karhutla melalui operasi terpadu di empat daerah operasi Manggala Agni, yaitu Palangkaraya, Kapuas, Muara Teweh, dan Pangkalan Bun.
Raffles memaparkan, patroli terpadu itu melibatkan personel Manggala Agni, TNI, Polri, BPDB, dan Masyarakat Peduli Api (MPA). Satgas Karhutla memakai lima helikopter pengebom air dari udara yang ditempatkan di Bandara Iskandar Pangkalan Bun dan Tjilik Riwut Palangkaraya.
Sumatera Selatan
Sementara titik panas di Sumatera Selatan, lokasi penyelenggaraan Asian Games, berusaha dipadamkan agar tak memicu pencemaran akibat asap. Menurut Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaksanakan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca.
”Operasi ini dilakukan dengan pesawat untuk menyebarkan garam di awan yang berpotensi jadi hujan. Hujan diharapkan memadamkan titik panas sehingga mencegah kabut asap,” ujarnya.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan Teknologi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Sutrisno, operasi hujan buatan itu didukung kondisi cuaca. Sepekan terakhir, pertumbuhan awan di Sumsel baik sehingga penyemaian awan menghasilkan hujan, mematikan titik panas, dan meredam titik panas baru. Operasi TMC dilakukan pada 16 Mei-9 Juni 2018 dan 30 Juli-26 Agustus 2018. (AGUIDO ADRI)