Dampak Kunjungan Suporter Mancanegara Tidak Merata
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan angka okupansi selama Asian Games 2018 tidak dirasakan secara merata oleh hotel-hotel di Jakarta. Banyaknya alternatif hunian bagi suporter membuat tingkat okupansi hotel di Jakarta tidak mengalami peningkatan. Selain itu, jarak dari hotel ke arena pertandingan juga menjadi pertimbangan utama bagi calon penghuni.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Krishnadi. Menurut dia, alternatif hunian seperti apartemen menjadi pilihan suporter mancanegara yang datang ke Indonesia. Mereka mencari alternatif setelah hotel-hotel yang dekat dengan arena pertandingan telah terisi penuh.
”Karena hotel-hotel untuk para delegasi, ofisial, dan media pasti sudah ditunjuk oleh Panitia Penyelenggara (Inasgoc), kecuali mereka menyewa secara pribadi. Dengan demikian, hotel-hotel bersaing untuk mendapatkan calon penghuni potensial yang tersisa, yaitu suporter,” kata Krishnadi, Kamis (30/9/2018) pagi.
Krishnadi juga mengatakan, selain apartemen, ada beberapa alternatif lain yang dipilih suporter. Hunian berupa losmen, indekos yang disewa harian, dan bahkan rumah susun merupakan beberapa di antaranya.
Selain apartemen, ada beberapa alternatif lain yang dipilih suporter. Hunian berupa losmen, indekos yang disewa harian, dan bahkan rumah susun merupakan beberapa di antaranya.
Diuraikan kenaikan angka okupansi hotel saat Asian Games hanya terjadi pada hotel yang berdekatan dengan arena pertandingan. Hotel-hotel yang berdekatan dengan Gelora Bung Karno atau Velodrome Rawamangun dapat memiliki angka okupansi di atas 80 persen. Kedekatan hotel dengan arena pertandingan dapat menekan biaya yang dikeluarkan oleh suporter.
Sementara hotel yang berada jauh dari arena pertandingan tidak terkena dampak positif Asian Games. Menurut dia, angka okupansi hotel-hotel tersebut berada pada angka sekitar 60 persen. Angka tersebut relatif sama dengan angka okupansi pada hari biasa, yang menurut Krishnadi, berada pada angka 50-60 persen.
”Hotel yang dekat arena pertandingan angka okupansinya bisa mencapai 95 persen bahkan 100 persen. Mereka (hotel) ini biasanya berada pada radius 2 kilometer dari arena Asian Games,” katanya.
Sebelum Asian Games dimulai, Inasgoc memperkirakan total jumlah suporter asing yang akan datang ke Indonesia mencapai 150.000 orang. Sementara, 5.500 ofisial, 11.326 atlet, dan sekitar 10.000 jurnalis juga akan berada di Indonesia selama Asian Games 2018. (Kompas.id, 18/8/2018).
Salah satu hotel yang tidak terkena dampak kenaikan saat Asian Games 2018 adalah Hotel Artotel Thamrin. Menurut aplikasi GoogleMaps, hotel ini terletak 6,5 kilometer dari arena pertandingan terdekat, yaitu Gelora Bung Karno (GBK).
Menurut Assistant Director Marketing Communication Artotel Group Yulia Maria, hingga hari Kamis, pihaknya belum pernah menerima tamu yang datang terkait Asian Games.
”Kami hanya pernah menjadi tempat internal meeting-nya Inasgoc. Setelah itu, kami belum pernah menerima tamu Asian Games lagi seperti para suporter ataupun perwakilan delegasi negara peserta,” tutur Yulia.
Hotel yang memiliki total 107 kamar itu juga tidak mengalami kenaikan jumlah penghuni secara signifikan. Peningkatan angka okupansi juga bukan karena faktor acara Asian Games.
Sementara Hotel Shangri-La yang berada di Jalan Jenderal Sudirman mengalami kenaikan jumlah hunian meski tidak signifikan. Menurut Director of Communications Hotel Shangri-La Jakarta Debby Setiawaty, hal ini terjadi karena lokasi hotel yang tidak berada dekat dengan GBK. Menurut penelusuran dengan aplikasi GoogleMaps, jarak dari GBK ke Hotel Shangri-la sekitar 4 kilometer.
Debby juga menjelaskan, hotel yang memiliki 662 kamar itu menerima sejumlah tamu luar negeri yang datang ke Indonesia untuk mengikuti Asian Games. Tamu-tamu tersebut terdiri dari atlet, sponsor, delegasi, dan suporter. Mereka berasal dari Jepang, China, dan Korea Selatan.
”Kenaikan angka okupansi kami tidak besar, hanya 5 persen,” kata Debby.
Kenaikan angka okupansi kami tidak besar, hanya 5 persen.
Marketing Communication Manager Century Park Hotel Febrityas Putri Dwilarasati mengatakan, tingkat okupansi hotelnya selama gelaran Asian Games dapat mencapai angka 100 persen. Menurut dia, Hotel Century Park menjadi tempat menginap para delegasi teknik dan ofisial sejumlah cabang olahraga.
”Beberapa cabang juga berpusat di sini. Ada atlet renang, atletik, dan bulu tangkis yang selama Asian Games menginap di sini,” ujarnya.
Laras juga mengatakan, atlet dari beberapa cabang yang pertandingannya telah usai sudah ada yang check-out dan pulang ke negaranya masing-masing. Sementara, tamu-tamu luar negeri lainnya mayoritas akan check-out pada dua hari setelah Asian Games usai, yaitu 4 September 2018.
Laras juga mengatakan, hotel yang berada tepat di seberang Pintu 5 GBK ini tidak menyediakan kamar yang dikhususkan untuk penonton asing yang datang. Meski begitu, hotelnya juga sempat menerima beberapa suporter asing yang datang untuk menginap.
”Kemarin karena ada kamar yang tersedia, kami memberikannya ke penonton yang datang. Karena sebagian besar sudah ditempati oleh delegasi teknik dan ofisial, jumlah penonton yang menginap di sini juga tidak banyak,” kata Laras.
Tidak secara langsung
Menurut pengamat pariwisata, Hiramsyah S Thaib, dampak positif dari penyelenggaraan acara sebesar Asian Games tidak semuanya bisa dirasakan secara langsung. Pasti akan ada beberapa sektor usaha yang belum merasakan dampak positif tersebut.
Namun, mereka tidak perlu mengkhawatirkan hal ini. Dengan adanya Asian Games di Indonesia, orang-orang asing, terutama dari negara peserta, akan lebih mengenal Jakarta, Palembang, dan Indonesia secara keseluruhan.
”Mulai dari titik inilah akan muncul wisatawan-wisatawan baru yang akan ke Indonesia sekaligus memberikan dampak baik bagi pariwisata, terutama naiknya okupansi hotel-hotel yang belum merasakan dampaknya saat Asian Games,” katanya.
Wisatawan yang telah datang ke Indonesia dan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan di Indonesia akan memberitahukan kepada orang-orang di sekitarnya tentang di Indonesia. Promosi dari mulut ke mulut inilah yang, menurut Hiramsyah, dapat meningkatkan jumlah wisatawan dan jumlah hunian.
Promosi dari mulut ke mulut inilah yang dapat meningkatkan jumlah wisatawan dan jumlah hunian.
Kenaikan ini, menurut Hiramsyah, dapat terlihat dalam jangka waktu menengah, yaitu sekitar lima tahun. Untuk memaksimalkan peningkatan ini, seusai Asian Games digelar, promosi paket wisata harus lebih digalakkan. Hal ini dilakukan untuk menarik minat wisatawan yang sudah pernah datang untuk kembali dan juga menjaring wisatawan baru dari sejumlah negara.
”Promosi paket wisata sekarang memang sudah baik. Namun, Indonesia harus lebih menggalakkan kegiatan ini (promosi). Koordinasi kerja sama antara Kementerian Pariwisata, pemerintah daerah, dan pihak lain harus baik agar semakin banyak wisatawan mancanegara yang datang,” kata Hiramsyah. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA)