Belajar tentang Keberagaman dari Paduan Suara Gabungan Mahasiswa
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS—Anak muda belajar tentang makna bersatu dalam keberagaman lewat paduan suara mahasiswa gabungan. Mereka berusaha meredam ego masing-masing guna menyiapkan pertunjukan yang apik. Dalam proses itu, satu sama lain saling memahami perbedaan yang dimiliki, lalu menerimanya sebagai sebuah anugerah.
Hal tersebut dialami 10 kelompok paduan suara mahasiswa (PSM)
dari sejumlah di Yogyakarta. Mereka tampil dalam Ode Bulan Agustus Ke-4 Bentara Budaya bertajuk “Meneguhkan Keberagaman Indonesia”, di Auditorium Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta Senin (27/8/2018).
Adapun kelompok paduan suara mahasiswa yang berpartisipasi dalam pertunjukan itu, Duta Voice dari Universitas Kristen Duta Wacana, Vocallista Harmonic dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Vocallista Paradisso dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. PSM Universitas Gadjah Mada, Narawungi Dasandriya dari Universitas Teknologi Yogyakarta, PSM Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Miracle Voices dari Universitas Islam Indonesia. Juga tampil Gita Swara Dewantara dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Cantus Firmus dari Universitas Sanata Dharma, dan Swara Wadhana dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Aji (21), anggota Miracle Voices dari Universitas Islam Indonesia, mengatakan, ajang tersebut menjadi tempatnya untuk semakin mengenali perbedaan. Dengan saling mengenal, ia merasa mampu memahami orang lain yang memiliki latar belakang berbeda dengan dirinya.
“Saya belajar banyak lewat proses menyiapkan pertunjukan. Kami saling berkolaborasi satu sama lain. Teman-teman dari universitas lain ini punya latar belakang yang bermacam-macam. Saya makin sadar bahwa Indonesia memang beragam, dan ini harus terus kita rawat,” kata Aji.
Rasa bersatu dalam keberagaman itu tidak hanya menjadi jargon dalam acara. Hal itu berusaha diwujudkan dengan sajian pertunjukan lewat lagu kebangsaan dan daerah yang dinyanyikan oleh setiap kelompok paduan suara.
Saat gabungan paduan suara antara Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Teknologi Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada tampil, terlihat setiap penyanyi mengenakan pakaian adat yang berbeda-beda. Namun, mereka tetap berada satu barisan menyanyi lagu yang sama dengan harmonis.
Sewaktu menyanyikan lagu berjudul “Bendera” dari grup musik Coklat, mereka sambil mengepalkan tangan kanan masing-masing dan meletakkannya di dada. Terlihat pula satu orang di antara mereka mengibarkan bendera merah putih dengan semangat.
Manajer Operasi Bentara Budaya Paulina Dinartisti mengungkapkan, gagasan awal dari ajang tersebut berawal dari dilihatnya anak muda sebagai sesuatu kekuatan yang akan meneruskan perjalanan bangsa. Lalu, dicarilah cara mempertemukan mereka dalam format yang bukan kompetisi.
“Kemudian, ide pertunjukan paduan suara gabungan ini muncul,” kata Dinartisti, seusai pertunjukan.
Dinar menyatakan, jika pertunjukan musik berupa paduan suara gabungan itu memang tidak bisa serta merta mewakili Indonesia. Terlebih lagi jika hanya diadakan di satu kota. Lantas, pertunjukan itu pun digelar secara bergiliran di empat kota, yang memiliki Bentara Budaya, yaitu Bali, Solo, Yogyakarta, dan Jakarta. Ia beranggapan, keempat kota itu mampu mewakili Indonesia.
“Harapannya, ke depan, kita bisa cukup bangga bahwa punya anak muda yang peduli, bangga dengan negara dan bangsanya. Terlepas adanya berita-berita negatif, kami ingin mengajak anak muda untuk bersemangat dan berpikir positif tentang Indonesia melalui lagu,” kata Dinar.
Rektor Universitas Sanata Dharma Johanes Eka Priyatama mengapresiasi penyelenggaraan acara itu. Menurut dia, pelibatan anak muda dalam acara tersebut sangat strategis karena mereka yang nantinya akan menjadi penerus bangsa ini.
“Ini jadi proses pendidikan untuk saling memahami. Sangat relevan dengan konteks saat ini. Terlebih yang tampil adalah anak muda. Hal ini menjadi sangat strategis karena mereka adalah penerus bangsa,” kata Johanes.