New Delhi Tolak Bantuan Uni Emirat Arab, Pemimpin Kerala Berang
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
NEW DELHI, KAMIS -- Pemimpin Negara Bagian Kerala di India marah dan mengecam pemerintah pusat pada Kamis (23/8/2018) karena menolak tawaran bantuan senilai 100 juta dollar AS (Rp 1,5 triliun) dari Uni Emirat Arab (UEA). Padahal, akibat banjir yang menghancurkan rumah warga, makin banyak penduduk Kerala datang ke kamp-kamp pengungsian.
Lebih dari 1,3 juta warga Kerala mengungsi ke tenda-tenda sementara. Bencana banjir yang melanda wilayah Kerala mengakibatkan sedikitnya 420 orang tewas dan hilang. Pemerintah pusat di New Delhi membuat marah pemerintah Negara Bagian Kerala karena menolak tawaran bantuan dari UEA.
Menteri Keuangan Kerala Thomas Isaac dalam serangan di Twitter menyatakan bahwa jika pemerintah pusat menolak tawaran bantuan keuangan dari UEA, maka mereka harus memberi kompensasi kepada Kerala.
Bencana banjir yang melanda wilayah Kerala mengakibatkan sedikitnya 420 orang tewas dan hilang.
Kepala Menteri Negara Bagian Kerala Pinarayi Vijayan meminta pertemuan "tingkat tinggi" dengan pemerintah pusat India terkait persoalan tersebut. Ada sekitar tiga juta warga India di UEA, dan banyak yang berasal dari Kerala yang memiliki populasi Muslim besar di India.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri India mengumumkan pada Rabu lalu bahwa pemerintah India akan tetap pada kebijakan untuk memenuhi kebutuhan bantuan dan rehabilitasi melalui upaya domestik, tidak menerima uang dari pemerintah asing.
New Delhi telah menolak bantuan asing dalam sejumlah kali bencana, termasuk menolak bantuan asing setelah tsunami 2004 yang menewaskan ribuan orang di India. Para ahli mengatakan, pemerintah India ingin membuktikan bahwa mereka dapat menangani keadaan darurat di negeri mereka sendiri.
Lebih tinggi
Tawaran UEA tersebut lebih tinggi dari 97 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun) yang diupayakan pemerintah pusat India untuk menangani banjir. Bencana banjir di Kerala, menurut perkiraan pemerintah India, telah menyebabkan kerusakan bernilai lebih dari 3 miliar dollar AS (Rp 43,9 triliun).
Mereka mengatakan bahwa 10.000 kilometer jalan di wilayah Kerala hancur, sementara perkiraan jumlah rumah yang akan dibangun bervariasi dari 20.000 hingga 50.000 unit. Banyak warga yang baru masuk ke kamp-kamp pengungsi adalah mereka yang telah berusaha kembali ke rumah, namun ternyata kediaman mereka sudah hancur.
Seorang pria berusia 68 tahun melakukan bunuh diri pada Rabu lalu setelah melihat rumahnya hancur di Kothad di distrik Ernakulam. Seorang remaja laki-laki berusia 19 tahun juga bunuh diri awal pekan ini karena ijazah sekolahnya rusak akibat banjir.
Bencana banjir di Kerala menyebabkan kerusakan bernilai lebih dari 3 miliar dollar AS (Rp 43,9 triliun).
Vijayan mengatakan, sekarang ada sekitar 1,34 juta warga yang berada di 3.300 kamp pengungsi. Jumlah pengungsi naik 300.000 warga dalam dua hari. Adapun pembukaan kembali bandara utama Negara Bagian Kerala di Kochi baru bisa dilakukan pada 29 Agustus 2018.
Pemerintah Negara Bagian Kerala mengatakan akan meminta bantuan 50.000 sukarelawan untuk membersihkan rumah-rumah dan tempat-tempat umum yang tertutup tanah serta pasir akibat banjir. Di Cheruthoni, di distrik Idukki, warga sudah mulai pulang dan menemukan rumah mereka yang setengahnya tertutup pasir serta lumpur. Pembersihan jalan-jalan mulai dilakukan.
Namun, Tom Jose, pegawai negeri sipil Kerala, mengatakan bahwa situasi di seluruh negara bagian telah membaik. "Jika tidak turun hujan dalam beberapa hari mendatang, maka kita dapat segera kembali sesuai jalur," kata Jose.
"Operasi penyelamatan hampir selesai. Prioritas kami sekarang adalah memberikan bantuan dan membangun kembali infrastruktur yang rusak," katanya. (AFP/REUTERS)