Pembiasaan Membaca Sangat Penting untuk Tumbuhkan Minat Baca
JAKARTA, KOMPAS -- Pembiasaan membaca di kalangan siswa SMA harus dimulai dari usaha sekolah untuk memunculkan niat membaca kepada siswa. Selain itu, usaha sekolah melalui perpustakaannya juga harus memenuhi kebutuhan minat baca siswa mulai dari peningkatan pelayanan hingga pembaruan buku.
Pada era digital, membiasakan siswa untuk membaca menjadi vital karena kini mereka lebih tertarik memainkan gawai. Bila pembiasaan membaca tidak dibentuk sejak dini, maka minat baca akan semakin sulit dimunculkan.
St. Kartono, pengamat pendidikan mengatakan, hal pertama yang harus dipenuhi adalah memunculkan kebiasaan membaca siswa sedini mungkin.
"Sekolah harus bisa menciptakan ruang dan waktu bagi siswa agar mereka memiliki kesempatan untuk membaca buku. Dari sana, mereka akan terbiasa untuk melihat buku dan lama-kelamaan minat baca akan tumbuh," ujarnya saat dihubungi dari Yogyakarta, Kamis (23/8/2018).
Kartono menjelaskan salah satu cara pembiasaan membaca dapat dilakukan dengan membawa siswa ke perpustakaan. Mereka kemudian diwajibkan memilih satu buku yang mereka inginkan dan membacanya hingga usai. Setelah itu, mereka menceritakan isi buku tersebut di depan kelas.
Dalam proses tersebut, secara tidak langsung siswa akan mengetahui isi-isi buku tersebut dan bila mereka tertarik, mereka dapat mencari buku tersebut dan membacanya dengan lengkap.
"Proses seperti ini harus dilakukan dengan rutin, tidak bisa hanya sekali-sekali saja. Dengan membiasakan siswa membaca, mereka dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas," kata Kartono.
Usaha menumbuhkan kebiasaan membaca juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas informasi yang didapat siswa dari perpustakaan. Sebagai penyedia informasi yang utama di lingkungan sekolah, perpustakaan juga harus mampu menjawab kebutuhan siswa akan sebuah informasi. Contohnya, penyediaan berbagai jenis bacaan mulai dari buku pelajaran, majalah, koran, novel, dan lain-lain.
Selain itu, pemilihan buku-buku juga harus disesuaikan dengan kemampuan siswa mencerna informasi. Hal ini dilakukan agar siswa dapat memahami isi sebuah bacaan dengan baik. Kesediaan bahan bacaan juga harus mempertimbangkan kebutuhan siswa.
Seorang siswa yang ingin membuat karya ilmiah tentang sebuah topik pasti akan mencari sumber informasi ke perpustakaan. Sekolah melalui perpustakaannya harus mampu menyediakan bahan bacaan yang dapat memenuhi kebutuhan siswa
"Seorang siswa yang ingin membuat karya ilmiah tentang sebuah topik pasti akan mencari sumber informasi ke perpustakaan. Sekolah melalui perpustakaannya harus mampu menyediakan bahan bacaan yang dapat memenuhi kebutuhan siswa," lanjutnya.
Perpustakaan juga tidak boleh ketinggalan dalam memperbarui informasi yang ada. Pemutakhiran buku-buku perpustakaan baiknya dilakukan tiap bulan karena arus informasi yang deras dan pengetahuan yang berubah tiap harinya.
"Sebagai anak muda, mereka harus update soal informasi yang terjadi di sekitar mereka maupun di lingkungan lain. Pengetahuan itu setiap harinya pasti terupdate, siswa tidak boleh tertinggal informasi," tambah Kartono.
Perpustakaan Gonzaga
Salah satu perpustakaan yang melakukan usaha untuk menumbuhkan minat baca siswa dan juga meningkatkan pelayanan perpustakaannya adalah SMA Kolese Gonzaga, Pejaten, Jakarta Selatan. Perpustakaan Kolese Gonzaga baru saja terpilih untuk mewakili Provinsi DKI Jakarta dalam Lomba Perpustakaan SMA Nasional Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Menurut Kepala Perpustakaan SMA Kolese Gonzaga, Theresia Kristiningsih, pihak sekolah melakukan beberapa program untuk menumbuhkan minat baca pada siswa-siswinya. Program tersebut dilakukan setiap bulan pada minggu ketiga.
"Setiap minggu ketiga, satu persatu kelas bergantian ke perpustakaan selama 45 menit untuk membaca buku. Siswa juga diharuskan memilih satu buku yang ingin mereka baca. Mereka diberi waktu seminggu untuk membaca buku tersebut hingga selesai dan kemudian mempresentasikan hasil bacaan tersebut di depan kelas," jelas Theresia saat ditemui di SMA Kolese Gonzaga, Kamis siang.
Setiap minggu ketiga, satu persatu kelas bergantian ke perpustakaan selama 45 menit untuk membaca buku. Siswa juga diharuskan memilih satu buku yang ingin mereka baca
Menurut Kristiningsih, untuk menumbuhkan kebiasaan membaca di sekolah memang sulit. Pasalnya, siswa lebih tertarik memainkan gawai mereka dibandingkan membaca buku. Selain itu, siswa juga masih memiliki kegiatan ekstrakurikuler dan tugas-tugas yang menurutnya semakin menyita waktu.
Untuk mengatasi hal ini, pihak sekolah telah menganggarkan biaya untuk membeli buku-buku elektronik. Dengan begitu, siswa dapat membaca buku di gawai mereka. Mereka juga berencana untuk memperbarui sistem database buku ke tingkat yang lebih baik.
Perpustakaan SMA Kolese Gonzaga memiliki sekitar 15.000 koleksi bacaan. Jenis-jenis bacaan pun beragam mulai dari buku pelajaran, novel, koran, majalah, hingga ensiklopedia. Menurut Theresia, pihak perpustakaan juga memperbarui bahan-bahan bacaan setiap bulan dengan menambah sekitar 500 hingga 900 bahan bacaan setiap bulannya.
"Dalam proses penambahan bahan bacaan, mulai dari siswa hingga staf sekolah dapat memberikan rekomendasi buku-buku apa saja yang menurut mereka penting untuk ditambahkan ke dalam koleksi perpustakaan," katanya.
Selain sebagai tempat membaca, perpustakaan di Kolese Gonzaga juga dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan di perpustakaan adalah acara menonton film bersama. Kegiatan ini digagas oleh Pecinta Perpustakaan Kolese Gonzaga (PPKG).
"Acara menonton film bersama dilakukan setiap sebulan sekali. Film-film yang ditayangkan merupakan pilihan kami (PPKG) sesuai dengan tema yang akan kita angkat pada bulan tersebut," ujar salah satu anggota PPKG, Sebastian A. Utomo.
Selain menjadi tempat menonton bersama, perpustakaan juga dapat menjadi ruang kelas untuk siswa. Menurut Kristin, ada beberapa guru yang mengajak siswanya untuk belajar di perpustakaan untuk berganti suasana. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebosanan siswa.
Kini, perpustakaan bukan sekadar tempat membaca buku. Beberapa kegiatan sekolah juga dapat dilakukan di perpustakaan
"Kini, perpustakaan bukan sekadar tempat membaca buku. Beberapa kegiatan sekolah juga dapat dilakukan di perpustakaan," kata Kristin. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA)