Pencemaran Pantai Balikpapan Tidak Serius Dituntaskan
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS-Sekitar sebulan setelah kawasan Pantai Melawai, Balikpapan, Kalimantan Timur terpapar ceceran minyak, pelaku dan sumber minyak belum diketahui. Pemerhati lingkungan justru ragu kasus itu serius diselidiki mengingat kasus-kasus lingkungan di Balikpapan yang terjadi sebelumnya tidak serius diselesaikan.
“Sebulan, mestinya cukup (untuk menyelidiki),” ujar Fathul Huda, Direktur Jaringan Advokasi Lingkungan (JAL), Rabu (22/8/2018). Ia juga mengatakan cukup ragu apakah penyelidikan kasus itu benar-benar dilakukan.
Kawasan Pantai Melawai, Balikpapan terpapar ceceran minyak sebanyak tiga kali secara beruntun pada 20 Juli, 23 Juli, dan 31 Juli lalu. Ceceran minyak itu terkonsentrasi di pantai.
Pada Jumat, (20/7/2018), ceceran minyak terlihat sekitar 300 meter di kawasan Melawai. Sedangkan pada Senin (23/7/2018), ceceran terpantau 1,5 kilometer. Adapun pada Selasa (31/7/2018), ceceran minyak terhampar lebih 500 meter sepanjang kawasan Pantai Melawai dan sekitarnya.
Saat air laut surut, pantai penuh bercak hitam dan genangan cairan hitam pekat. Ceceran minyak menempel di sampah, bebatuan, tembok pembatas pantai, dan beberapa perahu pemancing, (Kompas, 1/8/2018). Sekitar sepekan setelah kejadian, pantai kembali bersih.
Penyelidikan oleh beberapa instansi sudah dilakukan, namun belum diketahui sumber pencemaran dan pelakunya. Pemkot Balikpapan baru sebatas menduga ketiga kejadian itu berkaitan.
Sampel ceceran minyak sudah diteliti di laboratorium, namun belum diketahui sumbernya.Hasil uji sampel menunjukkan berat jenis minyak di Pantai Melawai tersebut, berbeda dengan berat jenis minyak mentah Pertamina. Sejak awal, pihak Pertamina memastikan bahwa ceceran minyak itu bukan berasal dari fasilitasnya.
Dugaan sempat mengarah ke kapal-kapal besar yang berada di kawasan Teluk Balikpapan. Setidaknya, sudah empat kapal besar diperiksa. Namun Kepala Balai Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Kalimantan Subhan hingga kini belum memaparkan hasil penyelidikan. “Belum ada progres (perkembangan) baru,” kata Subhan.
Fathul Huda mendesak pemerintah pusat melihat lagi kasus-kasus lingkungan di Teluk Balikpapan. Sebab beberapa kasus tidak tuntas.
Pemerintah pusat diminta melihat lagi kasus-kasus lingkungan di Teluk Balikpapan.
Sebelumya pada Oktober 2017, selama empat hari limbah medis berupa jarum-jarum suntik dan infus bekas berserakan di Pantai Kemala. Sebagian tabung jarum suntik itu masih berisi cairan berwarna kuning bening dan merah. Bahkan ada wisatawan melihat satu kantong mayat. Kasus limbah medis itu hingga kini tidak diketahui siapa pelakunya.
Kasus limbah medis itu telah diinvestigasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan. Namun, DLH Balikpapan hanya menyebut dugaan limbah medis ini terbawa dari laut dan terdampar ke pantai. Aktivis lingkungan sempat mempertanyakan hasil investigasi DLH itu.
Lumba-lumba mati
Pascakawasan Melawai terpapar minyak, seekor lumba-lumba tanpa sirip (finless porpoise) ditemukan terdampar dalam keadaan mati pada 7 Agustus lalu, di Penajam Paser Utara. Lokasi penemuan lumba-lumba itu berada di seberang pesisir Balikpapan. Tidak ditemukan luka di badan mamalia sepanjang 120 cm itu.
Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Pontianak Satuan Kerja Balikpapan Ricky mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah ada hubungan kematian mamalia itu dengan ceceran minyak di Melawai. Namun ia menyatakan di badan satwa itu tidak berminyak.