Meski Lolos dari Lubang Jarum, PM Turnbull Tetap Hadapi Tantangan Berat
Oleh
Harry Bhaskara dari Brisbane, Australia
·2 menit baca
Setelah selama beberapa waktu lamanya mengalami tekanan politik, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull membuktikan diri berhasil bertahan. Meski demikian, harus diakui, ia hampir terjungkal ketika Menteri Dalam Negeri Peter Dutton menantangnya dalam pemungutan suara (leadership spill) pada rapat internal Partai Nasional Liberal (LNP), Selasa (21/8/2018) silam di Canberra. Turnbull hanya menang tipis 48 lawan 35.
Dengan hasil itu, Turnbull bisa dikatakan lolos dari lubang jarum. Seusai rapat, Dutton langsung mengundurkan diri dari jabatannya.
Turnbull mengumumkan bahwa Menteri Keuangan Scott Morrison akan merangkap sebagai pejabat sementara menteri dalam negeri.
Sedikitnya dua lagi pejabat mengundurkan diri sampai Selasa malam setelah secara terbuka mengakui telah memilih Dutton: Senator James McGrath yang menjabat Asisten Menteri untuk Perdana Menteri serta Asisten Menteri Keuangan Michael Sukkar.
ABC melaporkan, Turnbull tidak menerima pengunduran diri mereka dengan alasan untuk menghindari perpecahan dan untuk melupakan episode yang sulit ini. Menteri Luar Negeri Julie Bishop yang kembali dipilih sebagai wakil ketua partai LNP dalam rapat internal tersebut mengatakan, Turnbull akan dengan mudah mencari pengganti mereka.
Menjawab pertanyaan wartawan Selasa siang, Dutton mengatakan, ia menantang Turnbull karena yakin memiliki prospek terbaik untuk memenangkan LNP pada pemilu tahun depan. Pada Senin silam, Turnbull masih mengatakan Dutton mendukung dirinya sepenuhnya.
Ia menantang Turnbull karena yakin memiliki prospek terbaik untuk memenangkan LNP pada pemilu tahun depan.
Rapat internal partai, menurut Turnbull, sudah membuat kepemimpinannya sah kembali. Karena itu, ia mengimbau semua peserta rapat bersatu kembali.
Pemimpin oposisi Bill Shorten memanfaatkan kekisruhan di kubu koalisi yang mengajukan mosi tidak percaya kepada Turnbull. ”Hari ini Australia namanya saja memiliki perdana menteri,” katanya, Selasa (21/8/2018), pada sidang kabinet yang disiarkan berbagai jaringan televisi. ”Kalau hampir separuh dari pemerintahannya sendiri tidak mau dia menjadi perdana menteri Australia, mengapa rakyat harus menahannya?”
Pemungutan suara pada Selasa mengungkap fakta bahwa ternyata Dutton mempunyai cukup banyak pendukung yang kebanyakan konservatif. Turnbull dikenal sebagai anggota liberal yang moderat. Perseteruan keduanya cukup tajam, dan sekali-sekali muncul ke permukaan.
Kemenangan tipis ini bukan sinyal bahwa semuanya sudah selesai. Sebaliknya, perbedaan yang tidak terlalu jauh itu justru pertanda betapa rapuhnya kepemimpinan Turnbull.
Tampaknya gonjang-ganjing politik Australia yang sudah berlangsung terus selama hampir 10 tahun sejak pemerintahan Partai Buruh mengganti Kevin Rudd dengan Julia Gillard pada 2010 masih akan berlanjut.