Yayasan Bill Gates Tawarkan Bantuan Vaksin Paru untuk Indonesia
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga filantropi Bill and Melinda Gates Foundation menawarkan bantuan pengadaan vaksin untuk penyakit paru anak di Indonesia. Langkah tersebut sebagai upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang kesehatan.
Dalam pertemuan selama 20 menit di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Senin (21/8/2018), Bill and Melinda Gates Foundation yang diwakili Head of Policy and Government Relations for South-East Asia Chirstopher Elias serta Senior Advisor and Head of Policy and Government Relations for South-East Asia M Hari Menon membahas rencana bantuan tersebut dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro.
Bambang menyampaikan, pertemuan tersebut khusus membahas masalah kesehatan di Indonesia, antara lain soal penanganan stunting dan penyakit paru pada anak.
”Fokus pembicaraan kami tadi adalah bagaimana memperbaiki kesehatan anak di Indonesia,” ujar Bambang seusai pertemuan.
Adapun secara spesifik, Bambang menyebutkan, pertemuan juga banyak membahas ihwal penyakit gangguan paru pada anak. Penyakit itu, lanjutnya, berpotensi menyebabkan tingkat kematian tinggi di kalangan anak-anak.
Menurut Bambang, di Indonesia belum ada vaksin untuk mencegah penyakit paru pada anak-anak. Hal itulah yang diutarakan Bambang kepada perwakilan Bill and Melinda Gates Foundation. Vaksin untuk mencegah penyakit paru itu belum diproduksi di Indonesia.
Untuk itu, Bill and Melinda Gates Foundation akan mengupayakan pengadaan vaksin tersebut dari luar negeri. Bambang menyatakan, pengadaan vaksin dengan bantuan Bill and Melinda Gates Foundation akan lebih terjangkau dibandingkan melalui pengadaan biasa atau melalui pihak swasta.
Pengadaan vaksin dengan bantuan Bill and Melinda Gates Foundation akan lebih terjangkau dibandingkan melalui pengadaan biasa atau melalui pihak swasta.
”Pengadaannya diupayakan melalui PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Sedang dicari mekanismenya supaya PBB bisa terlibat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan belum merinci secara detail jumlah kebutuhan akan vaksin tersebut. Pembahasan terkait hal itu akan dibicarakan kemudian dalam pertemuan berikutnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Eni Gustina mengatakan, pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi anak balita di Indonesia. Hal itu karena hingga saat ini vaksin pneumokokus untuk mencegah pneumonia belum diproduksi di Indonesia sehingga masih harus didatangkan dari luar negeri.
Karena masih diimpor, vaksin pneumokokus menjadi cukup mahal. Eni menyebutkan, untuk sekali vaksin pneumokok, dibutuhkan biaya sekitar Rp 200.000. Oleh sebab itu pula, vaksin pneumokok belum masuk imunisasi dasar.
”Bantuan pengadaan vaksin pneumokokus sangat kita butuhkan untuk saat ini,” ucap Eni melalui telewicara.
”Stunting”
Terkait stunting, Bill and Melinda Gates Foundation menyatakan dukungan terhadap program pemerintah. Mereka menilai, stunting bukan hanya soal kesehatan. Oleh karena itu, penanganan stunting harus melibatkan berbagai sektor. Mereka berharap, Indonesia bisa menjadi salah satu contoh negara yang dapat menurunkan angka stunting dalam waktu singkat.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi anak stunting di Indonesia mencapai 37 persen atau sekitar 9 juta anak. Pada 2018, dana yang digelontorkan untuk program yang mendukung upaya pencegahan stunting melalui kementerian dan lembaga mencapai Rp 47 triliun.