Kubah Lava Merapi Capai 14.000 Meter Kubik, Ada Potensi Awan Panas
Oleh
Haris Firdaus
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kubah lava baru di puncak Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah terus tumbuh. Hingga Selasa (21/8/2018), volume kubah lava baru di puncak Merapi mencapai 14.000 meter kubik.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPTTKG) yang dirilis Selasa siang, volume kubah lava baru Merapi mencapai 14.000 meter kubik. Adapun pertumbuhan volume kubah lava itu mencapai 1.500 meter kubik per hari.
Kubah lava merupakan tumpukan lava atau magma yang telah mencapai permukaan. Kubah lava bisa terus tumbuh atau bertambah ukurannya karena adanya aliran magma dari tubuh gunung api yang sampai ke permukaan.
Meski kubah lava tersebut terus tumbuh, BPPTKG belum menaikkan status Merapi. Status gunung api tersebut masih Waspada (Level II) dengan zona bahaya sejauh 3 kilometer (km) dari puncak Merapi. Status Waspada Gunung Merapi itu ditetapkan sejak 21 Mei 2018.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, status Gunung Merapi belum dinaikkan karena pertumbuhan kubah lava baru tersebut belum signifikan. Selain itu, data kegempaan di Gunung Merapi juga belum menunjukkan lonjakan signifikan.
Meskipun begitu, Hanik menyatakan, BPPTKG terus memantau pertumbuhan kubah lava baru itu. Sebab, apabila kubah lava baru itu terus membesar, ada kemungkinan kubah tersebut akan runtuh dan menghasilkan awan panas.
”Kalau terus terjadi pertumbuhan kubah lava, bahaya yang mungkin terjadi adalah awan panas,” ucap Hanik.
Sebelumnya, Hanik menyatakan, pembentukan kubah lava baru di Merapi diperkirakan terjadi sejak 11 Agustus lalu. Pembentukan kubah lava baru awalnya dideteksi dari foto yang diambil menggunakan drone. Kemudian, Sabtu (18/8/2018), tim BPPTKG melakukan pengecekan langsung ke puncak Merapi dan memastikan bahwa kubah lava baru sudah terbentuk.
Ia menambahkan, terbentuknya kubah lava baru itu menunjukkan magma dari tubuh Merapi telah sampai ke permukaan sehingga fase erupsi magmatik di gunung api tersebut telah dimulai. Namun, erupsi magmatik Merapi bersifat efusif, bukan eksplosif seperti tahun 2010.
Erupsi efusif adalah proses keluarnya magma dari gunung api tanpa menimbulkan letusan atau ledakan. Dalam erupsi efusif, magma yang keluar hanya menimbulkan lelehan ke permukaan, diikuti terbentuknya kubah lava baru.