Mereka yang Bertugas di Balik Pesta Besar
Hampir satu bulan ini, mereka menahan diri menikmati liburan setiap pekan. Konsentrasi mereka hanya satu, Asian Games Ke-18 ini berjalan lancar dan aman. Untuk memastikan itu, mereka sering pulang larut malam hingga dini hari. Begitulah yang dijalani Inspektur Satu Sri Ngamini.
Belakangan, polwan ini semakin sering menghabiskan waktu di medan tugas. Perempuan yang tinggal di Pasar Rebo, Jakarta Timur, ini bahkan kerap menginap di tempat tugas ketika jam pulang sudah berganti hari.
Tugas utama Kepala Urusan Pembinaan Operasi Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Pusat ini adalah memastikan rute yang dilalui atlet Asian Games aman dari segala hambatan. Dia juga harus siaga di posko lalu lintas darurat untuk mengantisipasi kebutuhan mendadak terkait Asian Games.
Secara formal, tugasnya terbagi dalam dua sif, yaitu pukul 05.30-14.00 dan pukul 14.00-22.00. Tidak cukup dengan itu, perempuan berkerudung ini harus siap bergerak jika ada tugas perbantuan dari posko lalu lintas Asian Games. Adapun tugas perbantuan biasanya dilakukan dari pukul 22.00 hingga pagi hari. Tugas ini dibutuhkan karena jumlah polisi lalu lintas Polres Metro Jakarta Pusat hanya 250 orang.
”Tugas ini untuk menangani kerusuhan yang tidak terduga. Tugas perbantuan itu juga dibutuhkan untuk mengantisipasi agenda delegasi VVIP di luar jadwal,” kata Sri.
Padatnya tugas itu menuntut Sri pandai mengatur waktu beristirahat. Agar stamina terjaga, ia kerap menginap di kantor dan memanfaatkan jeda waktu untuk tidur siang di mushala kantor. Tugasnya sebagai polwan ini memang tidak ringan sebab komposisi jumlah polwan saat ini baru sekitar lima persen dari total anggota kepolisian (Kompas, 11/9/2017).
Siang itu, suara Sri terdengar parau. Sri terlalu banyak berbicara keras saat bertugas. Dia baru saja rehat siang setelah tugas dari pagi. Kondisi tubuhnya kurang sehat. Wajahnya terlihat letih, tetapi tak satu pun kata keluhan keluar dari mulutnya.
Kesibukan petugas kepolisian ini tidak hanya terkait rangkaian acara Asian Games, tetapi juga tugas-tugas lain sebelum ajang multicabang digelar. Sejak awal Juli, petugas kepolisian lalu lintas fokus pada program pembatasan kendaraan dengan sistem ganjil genap.
Di sela-sela itu, petugas juga harus mengamankan sejumlah agenda besar, seperti pengamanan senam poco-poco Guinness World Record hingga agenda pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden.
Terima cacian
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Juang Andi mengakui banyaknya tugas yang harus diemban belakangan ini. Karena hal ini, Juang jarang pulang ke rumah di bilangan Tangerang tepat waktu.
”Saat ini, kami fokus pada pengamanan jalur menuju lokasi pertandingan. Jangan sampai alasan atlet kita kalah karena kemacetan dan tidak dikawal polisi,” kata Juang.
Bertugas nyaris tanpa waktu yang jelas tak membuat mereka mengeluh. Mereka bahkan bangga dapat berkontribusi langsung bagi negara demi suksesnya penyelenggaraan Asian Games 2018. Dia merasa menjalankan tugas adalah bagian dari kontribusi dari acara besar.
”Hari ini ada delapan mobil yang saya tilang. Kami juga punya hati nurani, kasihan (masyarakat yang kena tilang) juga. Tetapi, mau bagaimana lagi? Semua itu demi nama Indonesia di mata para tamu Asian Games,” ujar Brigadir Sihombing (32), petugas Kesatuan Polisi Lalu Lintas Polda Metro Jaya, yang lebih banyak berada di pos polisi di depan Halte Transjakarta Gelora Bung Karno, Jumat (17/8/2018).
Pria yang menjadi polisi sejak 2006 itu siap dengan risiko pekerjaan. Karena tindakan tegas di lapangan, tidak jarang pengguna kendaraan melontarkan cacian kepadanya.
”Saya sering menerima cacian dari pengendara setelah menindak mereka yang melanggar. Tetapi, sebagai petugas, ya, kami hadapi dengan kepala dingin,” ujar ayah tiga anak ini.
Pria asal Medan, Sumatera Utara, ini menganggap hal itu sebagai bagian dari tugas. Di menyadari, tidak semua pengalaman di lapangan berakhir manis. Dia tetap berdiri di pinggir jalan, kadang di tengah jalan, untuk memastikan arus lalu lintas berjalan lancar.
Tiga prioritas
Sri Ngamini, Juang Andi, dan Sihombing merupakan bagian dari 15.281 personel yang dikerahkan Polda Metro Jaya dari berbagai satuan. Mereka bertugas menjaga keamanan 9.344 atlet dan 5.500 ofisial di 33 arena pertandingan.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusuf mengatakan, salah satu tugas mereka adalah mengamankan iring-iringan kendaraan Asian Games berjumlah 3-5 bus. Pengawalan tetap diberikan jika hanya ada satu bus yang berangkat ke arena pertandingan.
”Polisi memprioritaskan pengaturan lalu lintas berjalan lancar. Prioritas pertama untuk bus yang membawa atlet yang akan bertanding, prioritas kedua bus yang membawa atlet pulang ke wisma atlet, dan prioritas ketiga bus yang membawa atlet jalan-jalan,” paparnya.
Dari semua rute ke arena pertandingan, kata Yusuf, jalur yang paling sulit adalah dari wisma atlet menuju arena di Cibubur dan Pondok Indah. Sebelum ada pembatasan kendaraan yang diperluas, waktu tempuh ke Pondok Indah 39 menit, sementara ke Cibubur dibutuhkan waktu 45 menit. Setelah ada rekayasa lalu lintas, waktu tempuh menjadi sekitar 30 menit saja.
Ancaman drone
Polisi tidak sendirian, ada unsur-unsur lain yang ikut mengamankan Ibu Kota selama Asian Games, salah satunya aparat Tentara Nasional Indonesia dari Kodam Jaya. Prinsipnya, pengamanan tamu VVIP diberlakukan dengan standar pengamanan internasional.
Ada sekitar 3.000 orang yang bertugas membantu pengamanan VVIP selama Asian Games berlangsung. Pengamanan VVIP itu melibatkan Pasukan Pengamanan Presiden, petugas pemadam kebakaran, petugas rumah sakit, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, dan unsur-unsur lain.
Selain gangguan kelancaran lalu lintas, TNI mengidentifikasi ancaman baru yang perlu diwaspadai, yaitu serangan menggunakan pesawat tanpa awak atau drone. Menurut Kepala Penerangan Kodam Jaya Kolonel (Inf) Kristomei Sianturi, serangan dengan menggunakan drone baru-baru ini terjadi pada Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Drone meledak saat terbang di atas Maduro yang sedang berpidato.
”Kami berpikir skenario terburuk. Kami sudah antisipasi. Maka, pengamanan VVIP melibatkan Komando Pertahanan Udara Nasional untuk mengamankan ruang udara kita. Bisa jadi tren di luar negeri ditiru,” kata Kristomei.
Untuk memperkuat basis pengamanan, anggota Bintara Pembina Desa atau Babinsa dilibatkan dalam pengamanan Asian Games. Tugasnya mendeteksi ancaman dan melakukan pencegahan dini, misalnya jika ada rencana demonstrasi saat Asian Games.
Keamanan adalah salah satu indikator sukses pesta olahraga internasional. Jika selama penyelenggaraan Asian Games aman, diharapkan atlet, ofisial, dan tamu negara lain pulang ke negara mereka membawa kenangan manis. Meski lelah, Sri Ngamini, Sihombing, Juang Andi, dan unsur pengamanan lain akan merasa lega. (E02/E13/E19)