Jakarta, Kompas – Pembinaan yang berjenjang dan pelatihan yang tidak terputus dalam jangka panjang oleh Pengurus Besar Taekwondo Indonesia berbuah manis pada Asian Games 2018. Atlet taekwondo poomsae putri Defia Rosmaniar mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia sebagai hasil dari pembinaan jangka panjang itu.
Defia menjadi bukti bahwa hasil tidak pernah mengingkari proses pembinaan dan pelatihan dalam jangka panjang. Defia yang selalu menonjol pada berbagai turnamen di tingkat Bogor dan Jawa Barat dipilih oleh para pemandu bakat PBTI untuk masuk ke pemusatan latihan nasional pada 2012.
Di pelatnas, Defia mendapat pelatihan intensif, tetapi juga menjalani seleksi berulang-ulang. Dua kali Defia terpental dari pelatnas, tetapi dia berlatih lebih keras dan selalu ditarik kembali ke pelatnas di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur.
Pelatnas jangka menengah yang dirancang sejak 2016 membuat Defia semakin matang dan berhasil merebut medali emas perdana bagi Indonesia dari cabang taekwondo di ajang Asian Games. Medali emas itu mengakhiri penantian empat windu PBTI di Asian Games.
“Dengan medali emas ini, saya ingin taekwondo Indonesia semakin berkibar di dunia internasional,” kata Defia.
Negara-negara Asia biasanya menjadi penguasa di cabang taekwondo. Dengan merebut medali emas pada Asian Games, Defia membuat taekwondo Indonesia diperhitungkan di tingkat Asia dan dunia.
“PBTI mempersiapkan Asian Games sejak lama dengan menjaring atlet-atlet berbakat dari berbagai daerah dan melatihnya secara intensif di pelatnas. Kami ingin, taekwondo Indonesia semakin diperhitungkan di tingkat dunia,” kata Marciano Norman, Ketua Umum PBTI.
Jalan mulus
Atlet berusia 23 tahun itu tidak menemui kesulitan saat berlaga pada babak 16 besar dan perempat final. Pelatnas jangka menengah di Jakarta dengan pelatih dari Korsel dan pelatnas lima bulan di Seoul di bawah bimbingan Profesor Tae Seong-jeong dari Asia Taekwondo Union membuat kualitas Defia jauh di atas lawan-lawannya.
Defia menang atas Wong Ka Yiu dari Hongkong pada babak 16 besar dengan perbedaan skor yang sangat jauh. Defia mengumpulkan nilai 8,300 dan Wong mendapat 7,630.
Pada perempat final, giliran Tuyet van Chau dari Vietnam yang dilibas Defia. Defia mendapat nilai 8,460 dan Chau 8,330. Chau biasanya menjadi lawan berat bagi Defia di SEA Games.
Ujian bagi Defia untuk menuju ke final justru terjadi pada semifinal saat ditantang oleh atlet Korsel Yun Jihye. Yun adalah juara Universiade 2017 dan salah satu atlet yang dipersiapkan Korsel untuk menjadi juara dunia.
Pada peragaan jurus yang pertama, Defia sempat tertinggal dari Yun dengan skor 8,440 berbanding 8,500. Yun tampil sangat prima sehingga kesalahan minor dari Defia membuat nilainya tertinggal.
Namun, Defia membuktikan dirinya memiliki mental baja. Dukungan ribuan penonton Indonesia membuat semangatnya berkobar-kobar pada peragaan jurus kedua.
Defia tampil luar biasa dan nyaris tanpa kesalahan. Keseimbangannya saat berdiri dengan satu kaki sangat mantap. Setiap pukulan dan tendangannya sangat keras.
Sebaliknya, Yun justru sering kehilangan waktu saat memperagakan gerak keseimbangan. Beberapa kali kakinya juga agak bergetar saat harus berdiri satu kaki. Di jurus kedua, Defia diganjar nilai 8,600 sehingga nilai totalnya 8,520. Yun hanya mendapat nilai 8,300 pada jurus kedua dan mendapat nilai total 8,400.
“Atlet yang dimainkan Korsel di Asian Games adalah atlet terbaik mereka. Jika dapat mengalahkan atlet itu, Defia berpeluang menjadi juara dunia poomsae,” kata Zulkifli Tanjung, Ketua Harian PBTI.
Kepercayaan diri Defia meningkat saat final melawan Marjan Salahshouri dari Iran. Ia langsung memimpin pada jurus pertama dengan mengumpulkan nilai 8,620 dan Salahshouri mendapat 8,580.
Pada jurus kedua, Defia semakin sempurna dalam memperagakan jurus dan mendapat nilai 8,760 sehingga nilai totalnya 8,690. Salahshouri justru melakukan beberapa kesalahan dengan kaki yang gemetar dan posisi jatuh yang tidak sempurna setelah melompat. Ia mendapat nilai 8,360 pada jurus kedua sehingga nilai totalnya hanya 8,470.
Dengan medali emas yang direbutnya, Defia bakal berhak menerima hadiah Rp 1,5 miliar dari pemerintah. Hadiah-hadiah lain juga bakal datang dari berbagai pihak. Namun, Defia memilih mempersembahkan kemenangannya bagi keluarga dan rakyat Indonesia.
“Saya gembira dapat meraih medali emas pertama bagi Indonesia. Medali emas ini saya persembahkan bagi almarhum ayah, ibu, para pelatih, dan seluruh rakyat Indonesia,” kata Defia.
Pada lomba lainnya, Korea Selatan meraih dua medali emas dari nomor tim putra dan dan nomor perseorangan putra melalui Kang Minsung. Satu emas lainnya direbut oleh tim putri Thailand.