BOGOR, KOMPAS — Umat Katolik Gereja Keluarga Kudus Paroki Cibinong diajak untuk menghayati kemerdekaan sejati dalam kehidupan sehari-hari dengan berkorban dan tidak mementingkan kepentingan sendiri. Pesan tersebut relevan dengan situasi masyarakat Indonesia saat ini.
Pada hari ulang tahun ke-73 Republik Indonesia, Jumat (17/8/2018), Gereja Keluarga Kudus Paroki Cibinong (GKKPC), Bogor, Jawa Barat, mengadakan perayaan ekaristi pada pukul 18.00.
Kepala Paroki GKKPC Pastor Agustinus Suyatno mengatakan, momen ulang tahun kemerdekaan RI harus digaungkan terus-menerus. Oleh sebab itu, sebagai warga Katolik dan Indonesia, perayaan syukur ini harus dilaksanakan rutin setiap tahun.
Melalui khotbahnya, Pastor Suyatno menyampaikan, kemerdekaan yang sejati harus diwujudkan di kehidupan sehari-hari. Ia ingin umat paroki Cibinong tidak egois, tidak korupsi, dan rela berkorban.
Ia mengatakan, pesan itu relevan dengan situasi politik di negara ini. Negara Indonesia memiliki masalah yang cukup kompleks. Banyak oknum pemerintah yang mencari keuntungan sendiri sehingga menyengsarakan rakyat.
Ia menyarikan bacaan kitab suci pada hari ini memiliki pesan, merdeka adalah milik semua rakyat. Negara yang merdeka adalah rakyatnya sejahtera, seluruh warga, juga pemerintah, bertanggung jawab, dan maju bersama untuk pembaruan. Cara membangunnya adalah semua anggotanya harus mendorong pemerintah dengan sepenuh hati, lalu kritis atas situasi tertentu.
Ia berpesan agar tidak cenderung eksklusif, tetapi inklusif. Dan terakhir, Pastor Suyatno mengatakan, semua itu bisa berjalan apabila ada sebuah komunikasi yang baik.
”Merdeka bukan sebatas peringatan, melainkan sebuah sikap. Banyak oknum yang mementingkan diri sendiri dan lupa kepentingan bersama. Berbeda dengan Yesus yang berkorban untuk orang banyak dan rela mati untuk semua orang,” ujarnya.
Salah seorang umat, Agnes (20), mengatakan, kemerdekaan yang sesungguhnya belum dirasakan oleh Indonesia. Ia menilai, sebagian besar rakyat kurang mendapatkan pendidikan yang layak. Banyak warga yang putus sekolah dan tidak diperhatikan oleh negara.
Hal yang sama diucapkan Gay Agatha (18). Ia melihat, bangsa Indonesia masih kekurangan pendidik. Banyak warga mudah dihasut dan melakukan perbuatan yang kurang terpuji. Sebab, peran seorang pendidik adalah memberikan edukasi kepada semua warga supaya bertindak dengan hati. Ia berharap, kelak Indonesia bisa menjadi negara yang besar dan merdeka lahir juga batin.
Umat lainnya, Sartono (58), mengatakan, Pemerintah Indonesia harus memberikan jaminan hidup yang layak bagi rakyat. Ia menyebutkan, banyak warga yang masih sengsara, takut, dan tidak layak hidupnya. Contohnya, banyak rakyat kelaparan, tidak mendapatkan jaminan kesehatan, dan korupsi merajalela.
”Rakyat ini membutuhkan kemerdekaan yang sesungguhnya. Rakyat harus merdeka dari ketakutan, kelaparan, dan penjajah dari negara sendiri,” ujar Sartono.
Pada awal perayaan ini, umat menyanyikan lagu ”Indonesia Raya”. Setelah itu, koor Vox Amici yang terdiri atas para pemuda ini juga menutup dengan lagu ”Hari Merdeka” karya H Mutahar. Acara perayaan kemerdekaan dirayakan pada Minggu (19/8/2018). Paroki ini mengadakan turnamen sepak bola, voli, dan tenis meja antarparoki. (JOHANNES DE DEO)